Sunday, December 9, 2007

PUISI KENANGAN

    

Gerimis Empat Tahun Lalu

Dari halaman yang dulu :

Sepasang kursi lapuk yang tak pernah

kita duduki membaurkan perjalanan, harapan,

dan catatan hidup yang lowong. Sejak seperti kemarin saja

karena gerimis telah menghantarkan kilatan

dan jalan yang licin tak mampu membendung konvoi mobil

yang melaju. Mungkinkah

kata-kata terpencil dari maknanya

di rahimnya sendiri


Dalam gerimis berbeda

dan bau tanah yang menidurkan lolongan serigala

semuanya telah menyaksikan pergumulan

pena menyergap nasib, atau

setumpuk buku telah penuh dengan aksara. Tapi kita

belum berujung

dan seorang dalam gerimis dahulu akan

melangkah dengan seragam putih bersih

di koridor rumah sakit yang riuh


Saat itu

jangan beri aku obat yang lain

ba’da sholat subuh

19 juni 2006

Pelajaran Dari Sebuah Sepak Bola

    

Pelajaran Dari Sebuah Sepak Bola

 

Sehari yang lalu, seperti biasa, karena memang hari Sabtu, sehabis subuh saya dan teman-teman kontrakan olah raga bersama. Seperti biasa pula, kami olah raga futsall di lapangan basket kampus. Selain untuk melemaskan otot-otot yang kaku, olahraga hari Sabtu ini sering kali saya gunakan sebagai refreshing, semacam pelepas beban-beban pikiran yang terakumulasi selama semingguan bergelut dengan rutinitas kuliah. Ada tawa di sana, sering kali gojlokan, atau bahkan joke-joke segar yang terlontar begitu saja. Dalam waktu yang kurang lebih sejam itulah kira-kira saya sejenak melupakan segala persoalan.

Namun sabtu kemarin berbeda, diri ini tak mampu bermain bola dengan lepas seperti sabtu-sabtu biasanya. Jarang sekali terdengar tawa, apalagi celetukan-celetukan kecil. Bukan karena Sabtu kemarin kita sedang malas bermain, justru sebaliknya, kita semangat sekali. Masalahnya (sebenarnya bukan masalah sih) adalah hari itu kami mengadakan pertandingan persahabatan melawan anak kajian Teknik Elektro. Walaupun pertandingannya bertajuk persahabatan, sebagai sarana mempererat ukhuwah, tapi namanya pertandingan ya tetap saja pertandingan, berbeda dengan sekedar permainan yang biasanya rutin kita lakukan tiap sabtu. Sedikit banyak tetap saja ada gengsi yang diperebutkan, tetap saja ada keinginan untuk menjadi pemenang. Sekecil apapun itu. Maka itulah sebenarnya inti dari ketidakbiasaan hari itu. Ketika seseorang ingin menampilkan suatu performa terbaik ia sering kali justru terjebak dalam permainan yang buruk, tergesa-gesa, dan tidak tenang. Kasus seperti inilah yang dalam pertandingan sebenarnya disebut oleh para komentator dengan sebutan bermain tidak lepas.

Sepak bola, ataupun olah raga turunannya :futsal, adalah permainan kolektif, sebuah contoh paling pas untuk menggambarkan sebuah kerja sama itu harus dilakukan. Tidak boleh ada yang merasa lebih penting dari yang lain, semuanya punya tugas dan fungsi masing-masing. Tapi yang perlu dicamkan dalam dada masing-masing pemain, hanya satu tujuannya : memenangkan pertandingan. Dan untuk memenangkan sebuah pertandingan maka jalannya hanya satu pula :mencetak gol lebih banyak daripada lawan.

Namun sayangnya prinsip itu mungkin yang saya lupakan sabtu kemarin. Entah mengapa diri ini merasa lebih hebat dari pada yang lain, meremehkan kemampuan teman sendiri. Maka selanjutnya yang terjadi adalah ketidak percayaan. Ketika saya membawa bola maka akan perlu berpikir dua kali untuk mengumpan pada teman. “Ah jangan-jangan kalau saya umpan nanti direbut lawan” begitulah mungkin yang terbersit dalam pikiran saya. Jadilah saya sabtu kemarin lebih sering mengiring bola sebdiri atau  sibuk melakukan tendangan-tendangan jarak jauh, padahal stamina saya terbatas. Tak selamanya saya bisa berlari dengan kencang , sedangkan pertahanan lawan juga tidak dijaga seorang. Akhirnya bisa ditebak, saya kelelahan sendiri. Sedangkan maksud untuk membobol gawang lawan tak kesampaian.

Hasil akhir pertandingan sabtu kemarin adalah 8-3. Sudah bisa diterka mungkin, kamilah yang kalah. Bukan kekalahan inilah yang sebenarnya yang saya sesalkan, tapi perasaan “lebih hebat” yang sempat terlintas dalam pikiran inilah yang sebenarnya saya sesalkan. Benar memang, ketiga gol yang kami ciptakan kesemuanya adalah gol saya, tapi dari ketiganya tak ada satupun yang benar-benar produk dari sebuah kerja sama. Ketiganya lahir dari sebuah solo run atau tendangan jarak jauh. Sepintas terlihat hebat , padahal peluang yang saya milki jauh lebih banyak dari gol yang saya ciptakan itu.

Sepak bola adalah sesuatu yang unik, sebuah gabungan antara seni dan olah raga. Disinilah potret kehidupan sosial bisa dilihat. Disini pula wajah dari sebuah organisasi dapat ditonton. Ada saat dimana kita harus percaya dengan kemampuan sendiri, dan ada saat pula kita harus percaya dengan kemampuan teman kita. Saat itulah bola amanah itu mesti kita umpankan. Di suatu waktu, kita mesti melakukan tendangan-tendangan jarak jauh, namun di saat yang lain kita mesti melakukan umpan-umpan terobosan. Perlu kejelian dalam menghadapi situasi. Perlu strategi-strategi. Tidak boleh ada monotonsi.

Sepak bola adalah sebuah olah raga dimana individu-individu yang terlihat berbeda kemampuannya disatukan dalam sebuah kesebelasan untuk mencapai tujuan bersama. Tidak ada yang perannya lebih penting dari yang lain.Sebelas orang itu masing-masing punya fungsi yang penting, tak boleh tercampur aduk. Hanya di saat-saat gentinglah seorang penjaga gawang dianggap perlu untuk maju kedepan tatkala memperoleh tendangan penjuru.

 

Griya Nurul ‘Ilmi

Ahad, 9 dec 07