Sunday, February 17, 2008

ESOK

 

 Kadang di ujung waktu itulah kebahagiaan

Baru saja aku sadar

Baru saja

Oleh sebuah kebetulan

Bahwa menahan juga merupakan hal indah yang diberikan tuhan

Dan bosan tiba-tiba jadi kosakata asing

Yang terlalu naif untuk mencampuri urusan

 

Terima kasih tuhan

Untuk satu lagi pelajaran

Esokmu memang lebih indah dari yang sudah dibicarakan.

 

*pas siang-siang lagi ngenet di lab kampus*

 

Saturday, February 16, 2008

Tentang Andrea Hirata

        salam.
        Baru saja saya membaca blognya Andrea Hirata, penulis tetralogi  Laskar Pelangi yang super best seller itu. Wuih saya terkaget, guest booknya banyak banget, hampir 2000. Dan saya tambah tercengang ketika tahu isi guestbooknya itu hampir semuanya pujian untuk laskar pelangi yang begitu memotivasi itu. Saya sudah membaca tiga dari tetralogi Laskar Pelangi tersebut, memang benar begitu memotivasi, tapi saya tidak menyangka kalau ternyata novel itu juga mengispirasi ribuan orang lain.
        Uigh, saya jadi berpikir, betapa bahagianya mungkin menjadi seorang Andrea Hirata, menjadi seorang yang mampu menginspirasi banyak orang, bahkan orang-orang yang tidak ia kenal. Menjadi pembangkit manusia-manusia yang mungkin sudah dirundung putus asa. Menjadi lebih dari sekedar super trainer. Menjadi perantara datangnya hidayah.
        Setelah membaca blognya bang Andrea itu saya jadi malu sendiri, pas kemarin ada seorang teman yang mengembalikan buku Laskar Pelangi saya yang lecek, saya sempat menggerutu dalam hati. Padahal, jika
seandainya saya  sadar, bukankah walau sekedar meminjamkan, mungkin saja saya turut andil sebagai kepanjangan tangan dari inspirasi yang diberikan oleh  Bang Andrea itu.

Friday, February 15, 2008

Lari Pagi, Futsall Sabtu, dan Kenangan Empat Tahun Bersama BNI

Tadi pagi, sekitar lima seperempatan, setelah lama sekali tidak melakukan aktivitas yang satu ini, akhirnya saya bisa juga untuk mewujudkan keinginan terpendam saya yang sudah lama terpendam : lari pagi. Ya, sudah sangat lama sekali saya memang tidak lari-lari .Lari dalam artian benar-benar lari murni, bukan dalam rangka  main bola atau dikejar-kejar anjing. Terakhir kali saya lari-lari mungkin pas SMA dulu, waktu pelajaran olahraga, itupun rutenya pendek.

Saya memutuskan lari-lari karena memang sudah sangat lama sekali saya tidak olahraga. Dulu (apalagi pas maba), saya tidak perlu lagi memasukkan menu lari pagi dalam kegiatan olahraga saya karena sudah hampir tiap minggu (terutama hari sabtu) kita sekontrakan mengagendakan futsal bareng di lapangan jurusan. Seru banget pokoknya dulu. Kita tidak perlu lagi mencari-cari orang untuk menggenapkan pemain. Dari 18 orang penghuni kontrakan saya dulu (nama kontrakannya adalah BNI 45), sebagian besar memang adalah gila bola yang suka main bola. Nama-nam teman sekontrakan yang dulu suka main futsall bareng itu adalah Ery, khaerudin, Ian, Zainudin, Mas Zaki, serta Pak Laifa. Itu adalah pemain tetap kita, yang lainnya terkadang saja ikut kalau lagi enak hatinya. Hanya sekali-kali saja kita mengajak teman-teman lain yang tidak sekontrakan semisal Baydawi dan Winarto. Pokoknya waktu itu kita bisa dikatakan tidak pernah kekurangan pemain untuk main futsall hari sabtu. Jadilah kemudian futsall sabtu jadi agenda rutin kita. Olahraganya dapet, refreshingnya juga dapet, karena saat main futsall akan banyak sekali humor-humor segar yang terlontar.

Memasuki tahun kedua di kontrakan, agenda rutin futsall sabtu masih jalan, hanya saja sekarang masih sering tersendat-sendat. Itu karena komposisi penghuni kontrakan yang berubah. Saya dan Ery masih tetap tinggal (bahkan kami masih tetap sekamar), sedangkan teman-teman yang menjadi pemain tetap kami yang saya sebutkan di ats sudah tidak tinggal lagi. Ian akhirnya diterima di teknik pertambangan ITB, Khaerudin pindah kos ke kosannya Baydawi, Zainudin ikutan tinggal sama bapaknya yang ngontrak di daerah ketintang (bapaknya kerjanya memang di Surabaya, asalnya tuban), Mas Zaki sudah sejak dulu pindah karena mendapatkan amanah jadi ketum JMMI dan tinggal di sekretariatnya JMMI, sedang Pak Laifa juga ikut-ikutan pindah ke kosan sekitar masjid BM. Memang, orang-orang yang pergi itu ada penggantinya yang bisa dikatakan suka main bola juga, tapi entah mengapa acara futsall sabtu sedikit terhambat. Mungkin karena semangat berfutsall kami yang mulai pudar. Saat itu mulai banyak yang mementingkan diri untuk tidur lagi habis subuh daripada main futsall bersama. Beberapa kali memang kami masih sering main futsall sabtu, tapi harus berburu pemain lain ke kosan teman. Salah satunya dengan (lagi-lagi) mengajak Pak Lai dan Khaerudin atau Baydawi.

Dan di tahun ketiga, agenda futsall hari sabtu semakin nyata tersendat. Di tahun ketiga ini BNI terpecah. Bukan dalam artian buruk lo ya. Di tahun ketiga ini, saya dan beberapa teman BNI lama mengontrak lagi sebuah rumah di sekitaran pasar keputih. Yang ikut berpindah ke kontrakan baru ini adalah Bos Thon, mas Arif, Shofiyudin, Djenk Sri(ono), dan tentunya saya. Yang lain masih tetap mengontrak di BNI lama. BNI yang baru ini diberi nama BNI 23 dengan kapasitas maksimal yang hanya 16 orang. Akhirnya orang-orang barupun masuk, kebanyakan adalah maba angkatan 2006 kala itu. Sempat harapan untuk main futsall dengan lancer kala itu melambung. Secara kasaran, dengan menggabungkan jumlah kedua BNI itu saja sudah tercapai 40-an lebih orang. Artinya dengan efisiensi 30 % saja sudah tercapai syarat untuk terselenggaranya futsall di lapangan basket Tekkim. Tapi ternyata jumlah bukanlah menjadi jaminan, sulit sekali untuk kembali melaksanakan rutinitas sabtu pagi itu. Selain karena memang penghuni baru yang masuk BNI memang sebagian besar bukanlah pecinta futsall, mengordinasikan dua kontrakan yang lumayan berjauhan juga bisa dibilang sulit. Jadilah saya jarang olahraga. Tapi beruntung kemudian teman-teman seangkatan mulai latihan rutin futsall, jadi saya bisa olahraga.

Sekarang, di tahun ke empat saya menjadi BNI-er, masih di BNI 23 , acara futsall pagi hari sabtu sudah menjadi barang langka. Di tahun keempat ini akhirnya BNI 45 bubar, kontraknya tidak diperpanjang lagi. Teman-teman di BNI 45 yang dulu kemudian bergabung dengan anak jurusan lain mendirikan kontrakan rumah muslim. Untuk diketahui saja, gagasan awal didirikannya BNI adalah sebagai wadah teman-teman mahasiswa untuk mendapatkan hunian yang kondusif dan islami. Sedang saya dan shofiyudin, serta Djenk srie tetap bertahan. Bos Thon dan mas Arif karena memang sudah lulus akhirnya milih kos seperti biasa saja.

Uigh, menulis ini saya jadi rindu momen-momen awal ketika saya kuliah di ITS ini. Anak desa, berbekal minim, hanya punya semangat, dan idealisme, menjejak tanah keputih. Memandang seliweran mahasiswa. Lugu sekali kala itu. Tak tahu apa-apa, gaptek, tak mengerti computer, hanya mengenal samar-samar internet. Tapi luar biasa sekali saya bisa punya keluarga bernama Baitun Nurul Ilmi. Tempat yang kemudian mengajarkan serta mengenalkan saya banyak hal. Rizka, Ian, Ery, dan Khae masih ingatkah kalian saat kita kerja sama mengerjakan soal ATK sehabis acara taujih subuh hari. Seru sekali diskusinya kala itu.Ataukah ingatkah kalian saat setelah sholat isya, kita jalan ramai-ramai mencari makan malam di warung KITA (warkit). Atau khusus untuk Ery, masih ingatkah kau saat kita kumpul angkatan membahas CSD di parkiran BAAK lama (malam hari kala itu), kita kepikiran esok harinya karena jadwal taujih esok paginya adalah kamar kita, tapi kita belum punya bahan untuk ditaujihkan. Dan esok subuhnya kita gelagapan ke kamar mas Zaki mencari buku kultum. Saya menemukan bukunya Aa Gym kala itu.

(wah kok jadi melebar gini)

Kembali ke lari pagi tadi. Ternyata ITS di pagi hari cukup indah.. Suasana memang belum terang. Pencahayaannya romantis. Tak kalah lah ITS dengan kampus-kampus Eropa yang saya lihat di internet . pagi tadi saya mengambil rute mengeliling : blok T-Tekkim-poltek-graha-bundaran-masjid-biologi-Sakinah-kosan lagi. Ajaibnya ternyata itu hanya saya tempuh dalam waktu 35 menitan. Hanya sebentar kok malasnya minta ampun.

 

 

MAAF SEKALI KALAU TULISAN INI MELEBAR KEMANA-MANA (awalnya saya sebenarnya ingin menuliskan pengalaman jogging, tapi…). Sebagai bahan panduan agar lebih memahami isi tulisan saya di atas berikut mungkin info yang bisa saya berikan.

Penghuni BNI 45 angkatan Satu

  1. saya (Tekkim 04)
  2. Khaerudin (Tekkim 04)
  3. Ery (Tekkim 04)
  4. Zainudin (Tekkim 04)
  5. Rizka (Tekkim 04)
  6. Mardiansyah atau Ian (Tekkim 04)
  7. Zaky (Tekkim 02), kemudian harus pindah setelah menjabat ketum JMMI
  8. Andik sujatmiko (Tekkim 02)
  9. A. Fatih (Tekkim 02)
  10. Fambudi (Tekkim 02)
  11. Arif Setiawan  (Tekkim 02)
  12. Abdul Rohim  (Tekkim 03)
  13. Hafidz  (Tekkim 03)
  14. Andi Hidayat  (Tekkim 03), kemudian harus pindah karena diterima di PPSDMS. Sisa kontrakannya akhirnya digantikan ke Arif  (Tekkim 04)
  15. Yudho  (Tekkim 01)
  16. Ahim  (Tekkim 01)
  17. Laifa  (S3 Tekkim )
  18. Andi Aladin  (S3 Tekkim )

 

Monday, February 11, 2008

Keajaiban Memberi

    Kemarin, sekitar jam sepuluh, saat saya berangkat kuliah numpang teman kos yang bawa motor, saat saya melihat sebuah pengumuman donor darah serta menggumamkan keinginan saya untuk ikut, teman saya itu tiba-tiba nyeletuk bertanya : apa sih enaknya ikut donor darah?
    Saya terdiam. Berpikir sejenak. Memang benar sih, apa enaknya donor darah, apa untungnya. Malah kita mungkin yang berkurang darahnya. Dan setelah beberapa jenak lalu saya cuma bisa menjawab singkat : keajaiban memberi.
    Siapapun boleh saja tidak sepakat dengan jawaban saya itu, tapi itulah yang ada di pikiran saya saat itu. Saya tak tahu bagaimana lagi menjelaskannya. Pikir saya saat itu, teman saya itu akan bisa menjawab sendiri pertanyaannya saat ia merasakan sendiri keajaiban memberi tadi. Saat kedamain itu melingkupi. Senang yang gagal terbahasakan. Kebahagian tak terungkapkan. Sesuatu yang tak bisa diganti dengan hal lain. Maka memberi kadang tak perlu alasan yang rasional.
    Sekedar menambahkan : kata seorang teman sih, kedamaian itu tak perlu dicari, kedamaian itu ada pada diri kita sendiri, saat kita mencoba untuk berhenti berlari, menarik nafas, mulai menoleh sekeliling, memperhatikan sekitar, dan saat anda mulai memberi. itulah kebahagiaan sejati.


*sebagian terinspirasi setelah nonton oprah show dengan bintang tamu Bill Clinton