Dua-tiga minggu lalu perasaan itu berkelebat, satu dua kali memenuhi dada, terngiang-ngiang dalam pikiran. Membayang. Bagaimanakah rasanya mempunyai adik itu. Atau dengan bahasa lain, bagaimanakah menjadi kakak itu. Sebagai anak kelima dari
Maka sayalah yang dalam jangka waktu yang lama menjadi yang terspesial. Menjadi seorang yang nyaman, aman, karena di depan saya akan selalu berdiri kokoh yudistira hingga nakula saya. Maka jangan sampai ada yang mengganggu saya. Jikapun saya sedang tak ada di rumah, sayapun pasti masih mendapat bagian makanan terlezat saat orangtua saya mendapat makanan karena itulah memang aturannya. Sisakan buat adik kalian! Begitulah kalimat yang sering berulang. Dan ”sisakan” itu bukan bermakna saya bakal mendapatkan sisa-sisa. Sama sekali tidak. Itu berarti jika bapak pulang dari syukuran di tetangga maka bagian saya adalah telurnya sedang yang lain kebagian tahu
Dan begitulah. Saya berada dalam posisi nyaman. Terlindungi. Hingga ketika waktu kian beranjak matang, kadang perasaan itu hadir. Ternyata saya butuh melindungi, tak hanya dilindungi. Saya juga ingin sekali waktu ada yang mengadu ke saya dengan suara terbata: ”kak, saya dipukul si anu”. Lalu saya membelai kepalanya. Menenangkan. Mengucapkan kata-kata bijak. Mengajarkan nilai-nilai. Ah, sesorang akan selalu butuh untuk dibutuhkan.
Maka tak pelak lagi, 2-3 minggu yang lalu perasaan itu hadir lagi. Lebih deras dari biasanya. Perasaan yang muncul saat saya melihat, mendengar, dan ikut merasakan bagaimana teman saya begitu luar biasanya memperlakukan adiknya. Teramat spesial (lepas dari baik tidaknya cara dia memperlakukan adiknya itu). Telaten, perhatian, seolah semuanya demi adiknya. Kebahagiaan adiknya adalah kebahagiannya, urusan adiknya pun mau tak mau bakal menajadi urusannya juga. Dan tak heran, ia nampak begitu perkasa bagi adiknya itu.
...........
Kawan! Begitukah menjadi kakak itu? Ketika senyum sang adik adalah seringai kemenangan baginya. Ketika masalah sang adik adalah palu godam yang menghantam kepalanya, yang memaksanya untuk ikut berpikir mencari penyelesaian gemilang. Dan, ketika tawa sang adik adalah bulir-bulir air mata haru yang seketika menyejukkan hatinya.
Saya tak punya adik. Dan mungkin tak akan punya adik. Tapi saya, akan terus mencoba mencari adik-adik lain. Dimana saja. Untuk menjadi partner sejalan. Dan bukan untuk merasakan bagaimana berkuasanya saat memerintah, menyuruh-nyuruh itu.
18 comments:
yang jelas..
sampai saat ini saya bangga jadi anak pertama dalam keluarga..:)
jadi kakak?
rasanya?
gak gampang!
he...he...
bangga??
he he mentang2 postingan terbarunya "kebanggaan"
pasti adeknya bandel!!!
biarin..:P
emang bener kok...:D
Wah.. Emm.. Kadang2 sy yg anak pertama jg pengen punya kakak.. Tp, ada suka dukanya jg kok jd adik n kakak. Jd keinget kalo ma ortU disuruh ngalah terus ma adek. N adikq jg protes, coz kakak yg lebih didengar,krn dianggap lebih dewasa n powerful dlm mngambil keputusan. Yg jelas, byk kakak n adik yg lain, dlm ukhuwah islamiyah
memang sudah fitrah kali ya, kita sering pingin memiliki yang g kita punyai
menjadi kakak?
bahagia dong! bgt!
saya banyak belajar dari adik2 saya
makanya..., saya mempunyai banyak adik di luar sana, selain di rumah!
aku chandra... anak ke - 3 dari 3 bersaudara... sama nasibnya denganmu, selalu menjadi adik, dan slalu teristimewakan...
saya punya dua kakak yg sangat saya banggakan, karena mereka selalu ada di mana saya membutuhkan mereka dan selalu membimbing saya ke jalan yg benar saat saya mulai menunjukkan kenakalan remaja...
tapi... tahukah anda.. karena semua kakak saya cewek, saya tidak mau munafk, terkadang saya ingin. sekali merasakan bagaimana rasanya punya kakak cowok... dan itulah yang saya lihat selama ini dari dirimu.. karena itu saya panggil kmu brother... boleh kan???
Selalu saja ada hari - hari dimana kita merasa kesepian. saat yang terjadi bukannlah yang menyenangkan. tetapi... saya selalu meminta pengganti yang terbaik untuk menggantikannya. dan saya yakin. Allah akan memberikan yang terbaik sebagai pengganti. pengganti orang yang selalu saya nantikan ketika saat tidur. selalu diimpikan saat tidur. dan selalu saya tunggu kedatangannya saat saya terbangun. sejak dulu. tapi, itu hanya impian anak kecil yang menatap kepergiannya diatas pohon jambu. sambil terus berkata dalam hati. "dia kan kembali lagi". mas udin bilang. kita terjatuh untuk bangkit. tapi klo jatuhnya dari lantai 100. mungkin kita kan bangkit di alam lain. untuk selalu bersabar dan beryukur. terima kasih untukmu. masku.
emmmmmh, ya, ada banyak adek2 di luar sana, yang membutuhkan qt, yg qt pun juga butuh mereka.....
jadi terharu.......aq kan sudah manggil dikau sis.
dan itu, sudah kau temukan pada berapa orang lim?
ada kalanya menanti itu begitu menyenangkan.....
jadilah adek yg g bandel,, trims mau beli'in kertas A5 kmarin
Ya........... kemarin kepanasan.
Hhhmmm...jadi inget seseorang ^_^
Aku anak pertama, seorang kakak...dan sepertinya bukan kakak yang baik bagi adikku...hehehee.. kami sering bertengkar...karena aku suka iri padanya. Iri knapa?? ya iri karena aku juga pengen punya kakak... hihihihiihiii...
kita berseberangan yah...
kalo sy g punya adek...
dl suka bertengkar juga
huehehhe..iya
eh, aku jadi terinspirasi juga buat nulis seperti ini.. dah jadi nih...mau ku posting aaah :D
ok..tak liat
Post a Comment