Subuh itu biasa saja. Ia pergi ke masjid biasanya tak jauh dari huniannya. Melakukan hal yang sama seperti hari-hari sebelumnya. Dengan imam sholat yang tak asing. Dengan bacaan
“ ya Allah yang maha memiliki hati-hati kami. Seperti halnya engkau telah kumpulkan kami empat tahun yang lalu dengan hati yang dipenuhi impian-impian besar, dengan idealisme-idealisme yang begitu menjulang, dengan pengharapan-pengharapan yang terlihat kecil mungkin tapi sesungguhnya itu begitu mulia. Ya Allah.....hari ini, esok, dan seterusnya...tetapkanlah itu dalam hati-hati kami. Teguhkanlah itu di sepanjang jalan hidup kami. Biarpun kami harus sendiri untuk itu ya Allah, biarpun kami harus terasing, biarpun tak ada teman yang membersamai langkah kami. Jika itu telah mulai membelok, sederajat saja ya Allah......luruskanlah.
“ya Allah ya lathief. Jadikanlah kami termasuk golongan hamba-hambamu yang pandai bersyukur. Syukur atas hari ini. Syukur atas wisuda ini ini ya Allah........ Syukur atas ketetapan-ketetapan hidup yang kau gariskan . Meski itu selamanya tak terlihat menyenangkan, meski itu terkadang terasa sesak, meski itu kadang terasa berat kami emban ya Allah.
“ya Allah ya rokhman. Lindungilah kami dari termasuk golongan hambamu yang ingkar. Ingkar terhadap perintahMu, ingkar terhadap teman-teman kami, ingkar terhadap hati nurani kami sendiri, dan ingkar terhadap setitik pengetahuan yang Engkau titipkan pada kami
“ya Allah..hanya Engkau tempat meminta segala pertolongan”.
Lama ia terpekur. Hingga masjid mulai beranjak sepi. Sesorang bahkan telah memadamkan salah satu lampu. Seketika mulai remang, meski masih cukup mencahayai. Berdiam diri saja.
Hingga ia bangkit. Melangkah keluar. Menggapai sandal jepit yang bulan-bulan belakangan ini membersamai langkah. Ke jogja (yang sempat oleh salah satu penghuni penginapan disangka fasilitas penginapan hingga seenaknya saja dipakai mandi dan dibawa masuk ke kamarnya), dua kali pulang kampong, serta kemanapun hari-hari ia lalui.
Masuk ke kamar. Masih ada waktu sejam untuk mempersiapkan diri. Menyetrika celana dan baju (tapi kebingungan dulu mencari pinjaman setrika). Menggapai ponsel. Hei!!
“come on wake up.. Wake up. This one of your big day.. Congratulation for you”
Benarkah????
Dan semuanyapun kemudian bergerak, berarak. Toga. Berangkat. Graha. Teman-teman. Foto-foto. Masuk. Prosesi-prosesi. Nyanyian-nyanyian.. Pemanggilan-pemanggilan. Rector. Sambutan. Berjabat-jabatan. Wajah sumringah orang tua. Foto-foto lagi.
Kembali. Selesai.
Menuliskan ini.
9 comments:
Congrats... :)
Semoga bisa mengamalkan Ilmu yang didapat dari Civitas Akademika...
kakak udah wisuda? wah, subhanallah, barakallah.. :)
"Menggapai sandal jepit yang bulan-bulan belakangan ini membersamai langkah"
wah sandal itu patut diabadikan untuk menyimpan memori detik^^ terakhir sebelum wisuda,,hehehehhe
omedetou dech dah wisudanya...
"Biarpun kami harus sendiri untuk itu ya Allah, biarpun kami harus terasing, biarpun tak ada teman yang membersamai langkah kami. Jika itu telah mulai membelok, sederajat saja ya Allah......luruskanlah."
YA ALLAH LURUSKANLAH...LURUSKANLAH....dimohon sesering mungkin.
amin..amin..ya Robbal alamin
iya alhamdulillah..
amin
he he....sayangnya g ada satupun museum yg mau menerimanya
iyah....karena apabila belokan itu sudah teramat jauh, teramat menyimpang...akan sulit untuk meluruskannya kembali.
ngiri euy..:((
Post a Comment