Hujan turun! Aih, harusnya aku senang. Sebab hujan memang menyenangkan. Mengamati lentik bulir-bulir air menitis tanah. Menyentuh kaca yang berembun, lalu menuliskan huruf-huruf dengan jemari. Bau tanah. Atau suara-suaranya—genting yang diketuk-ketuk atau dahan yang diterpa-terpa. Ritmis, dan kadang melankolis.
Tapi tidak menyenanghkan kala itu terjadi di pagi hari. Seperti hujan tadi pagi itu. Lihatlah, aku telah sempurna memakai setelan kerjaku. Melapisinya dengan selembar jaket hitam penangkis dingin kala menderu di jalanan. Tinggal memakai kaos kaki saja, lalu safety shoes. Sempurna.
Hujan! Mengapa? Mengapa itu turun justeru ketika aku hendak berangkat? Aih, pertanyaan itu, bukankah itu semacam penyesalan atas sebuah keadaan? Dan itu, tidaklah meluncur dari seorang yang menyukai keadaan itu. Jelas tidak. Mereka, para penyuka itu, akan mengulum senyum seraya bertahmid. Terimakasih ya Allah, terima kasih atas turunnya hujan ini. Berbinar.
Maka lihatlah aku, dengan muka sedikit terlipat, melepas kembali jaket hitamku. Menggantungnya kembali di gantungan baju balik pintu. Menggantinya dengan setelan jas hujan yang tersampir di seutas tambang. Malas-malasan memakainya, sambil awas menatap luaran. Berhentilah! Berhentilah minimal sejarak tempuh 6 km itu.
Begitulah! Mungkin aku perlu mempertanyakan kembali, benarkan aku penyuka hujan sejati. Betapa susahnya menyukai jika masih banyak ‘yang’ menyertai. Hujan yang tak terjadi di saat aku berangkat kerja, yang tak membadai, yang tak membanjiri, yang tak berhalilintar, yang ritmis, yang tak membasahi jemuran, yang tak lebat. Betapa banyak sarat. Betapa itu kian menyempit. Berapakah kemungkinan itu terjadi dengan ‘yang-yang’ tadi ikut serta mengiringi? Sedikit!
Aku menyukai hujan yang berair. Mungkin harusnya begitu. Harusnya aku menyertakan ‘yang’ yang memang. Bukankah hujan memang titik-titik air yang berjatuhan dari udara karena proses pendinginan—lain soal bila kau kemudian punya makna generalisasi dari hujan ini. Maka aku akan selalu menyukai hujan selagi orang-orang bersepakat bahwa definisi yang kusebutkan tadi adalah hujan. Hingga begitu luas semesta kesukaanku.
Bila kemudian banjir datang, badai menerjang, atau alasan kecil semacam cucianmu tak kunjung kering, tak akan ada lagi kutukan buat hujan. Terima kasih ya Allah, lewat hujan yang berakhir banjir ini, kau tunjukkan pada kami bahwa kami sudah terlalu. Kemudian aku akan (kembali) menanam pohon rindang di halaman rumahku (aih, bulir-bulir air yang memantul dari daun-daun juga tak kalah cantiknya), melepas paving di halaman (biarlah…biarlah air meresap, meski sedikit becek), atau membuat tempat jemuran yang terbebas dari hujan. Berharap orang-orang juga akan melakukannya
Mengendarai motor pelan-pelan di tengah guyuran hujan, sepertinya asyik juga. Itulah yang harusnya terucap. Terserah! Terserah bila kemudian ada wajah cemas yang melepasnya. Itu hanyalah bonus yang menambah syahdunya. Yang menambah bobot acara menerjang hujan itu. Menambah nilainya.
Aku menyukai…….yang…… Sepertinya, akhir dari semua ini, aku harus pandai-pandai mencari pengisi titik-titik kedua atas titik-titik pertama yang telah kuputuskan. Sebab, inilah yang bakal menentukan jangkauan kesukaanku. Juga kualitas tentunya, mungkin. Juga yang pasti nilanya.
Aku tak sanggup lagi meneruskannya, Kawan! Ataukah memang sudah selesai. Mungkin.
74 comments:
Kalo bilang aku ga suka, boleh ga?
Kalo bilang aku ga suka, boleh ga?
aku suka abangggg
:D
*OOT*
g papa kok....
:)
kalo yg ini aku gbs njawab
Aku juga suka diaaah :*
aku bingung mau komen di tempatmu di, karena aku gatau itu beneran kamu yg post atau bukan :p
tadi yang komen itu diah, pakai satu 'a'.... ini bentuk jamak kah?
hahaha
kerjaan fans2, pada ngebajak..
ade'2 yang Diah sayangin..hmm..kangen mreka...
skarang dah pure Diah kok ;))
''Hujan, yang mengenakan mantel, sepatu panjang, dan payung, berdiri di samping tiang listrik. Katanya kepada lampu jalan, ''Tutup matamu dan tidurlah. Biar kujaga malam''. *Sapardi Djoko Damono.
Aku menyukai....hujan yang menyukaiku :D
fansnya pengertian berarti :)
wuih, bs komen....
sapardi pusinya romantis-romantis...
bagaimanakah hujan menyukai kita itu ya?
karna fansnyah penyayang...:">
@mylathief
huruf a diperbanyak adalah selain untuk menguatkan maksud juga untuk menyesuaikan dgn pernyataan sebelumnya (kata abang dgn g yang banyak :p)
@luvummi
cie diah, mau nyaingin abang, hehe
pindah tempat ngobrol deh di, disini ga enak sama yg punya rumah, tapi aku lagi pake hp, kusms aja yaw :D
penyayang apa?
aih aih...kalian memang kompak
;)
Tentu saja harus kompak, seorang suami dgn istri pertamanya. Hehehe
penyayang akuuuhhh :))
*klo ketauan bisa digetok*
Bisa, mesti pake HP dulu :D
Begini, ''aku'' dan ''hujan'' saling menyukai. Tetapi hujan ''suka'' karena lebih dulu ''disukai''. kalau korelasinya ke 'perasaan'', analoginya kira2 begitu.
Rain..up above from the skies.. You come as drops of joy, as drops of sorrow, as a shower of blessing from the heavens..
And joy in our hearts. Rain is a miracle.
There's happiness that you feel...
haduduh abang
jadi malluwww
:">
aku suka huja, tergantung suasana hati hehe
tapi hujan itu kan rezeki juga :D
kangen menikmati hujan di bontang.. tapi, tetap saja suka hujan disini..
Allahumma shayyiban nafi'an... satu dari sekian banyak rahmat yang Alloh berikan..
Memang unconditional love itu konon kabarnya langka ya....
@pemikirulung &luvummi..................
maaf, sy bukan penghulu, ya!
:p
saling me dan saling di.....
membuat ber...
ho ho
bingung
suka hujan pas suasana hati sedang gmana achan??
malang sering hujan juga ya?? asyik kayake....
kalo langka berarti perlu dilindungi, mb! he he
macem2 sih,,,tergantung
kayaknya hampir semua suasana hati
dengan catatan ga ada petir :P
jangan tergantung, achan! kumohon :)
nah itu, kan! suka hujan yg tak berpetir...
oke oke kuperjelas
aku suka hujan-hujanan, saat hujan tersebut tak berpetir dan saat hujan tersebut turun di saat aku sehat :D
ahaha
sepakat
*ngambek,,pura2 ga baca komen pemikir dan luvu
suka hujan2an? msih? sekarang? ha ha...
kalau sy nggak lagi..he he..meski sekali2 berkhayal melakukannya hanya sekedar bernostalgia masa kanak2 dulu
yap.
kadang2 si,,hehehe
makanya aku suka ga bawa payung,,buat menikmati hujan
tapi tergantung situasi juga
kalau payung sih sy memng g pernah bawa.....
sekarang pun di jok motor sy nggak membawa jas hujan.... Ditaruh di rumah..
yg menarik dr hujan di sini adalah tdk berpetir.... Rasa2nya sy belum pernah mendengar petir yg menggelegar
^_^ itulah kenapa rasanya kangen hujan di bontang... malang sering hujan tapi juga sering banjir...
kadang2 menikmati hujan dibalik jas hujan...
@aishalala
tuh kan chan, mending kaya aku, bilang aja aku ga suka, hehe, kata mas iqbal boleh bilang gitu :p
kamu ga usah cemburu dul, tunggu tulisanku, hahahaha
sepertinya tata kota malang sdh mulai mengacau juga....
dataran tinggi tp banjir juga...... hmmm
boleh kok cemburu.. :)
iya... bumi kita ini sudah terlalu lama tertindas rupanya.. agak heran sebenarnya, banyak pepohonan besar di sepanjang jalan di malang, tapi mungkin sistem drainasenya masih kurang memadai dan lahan hijau sudah sangat sempit dibandingkan lahan bangunnya... jadinya banjir.. T.T
he he...memang begitu....
sepanjang perjalanan bpp-btg......mmmm, tak ada lagi hutan!
adanya apa? ilalang ya?
heh mas lathif jangan ikut-ikutan, aku lagi ngomong ke istri keduaku itu, hahaha
@drdee19...hehe..iya betul.. dan tunggultunggul kayu
@pemikir..haha, kalau bgitu tak carikan yg ketiga dulu
udah ada mas...yang belom ada yang keempat, pernah mengajukan tapi ditolak, jadi sekarang cukup dengan 3 dulu
sedih ya... T.T jadi ingat kejadian sepuluh tahun yang lalu saat kebakaran hutan melanda di kaltim... kami sekeluarga jalan darat dari bpp-btg sereeeem banget deh rasanya, langit jadi merah dan jalanan ditutupi asap. dari dalam mobil ber AC saja terasa panasnya... makanya dina senang hujan soalnya kejadian itu saat musim kemarau panjang di kaltim... hujan membawa berkah......
@pemikir....yg keempat? hoho.. ntarlah
@drdee... pernah kemarau panjang jg y?soale slma d sini kayake msm hjn trs..
aku suka hujan koq bang
soalnya asik ajah
tapi syarat dan ketetentuan berlaku hehe
ah kutunggu2 tapi tak tiba2 juga tulisannya :P
pernah dulu kemarau panjang... tapi, waktu kemarau juga seru sih... daun2 depan kelas meranggas berguguran jadi kalau dari dalam kelas melihat keluar jendela serasa lagi musim panas di luar negri, he3...
@aishalala
tapi kata yg punya tulisan ga boleh pake syarat, hehe
sabar neng sabar, dasar bocah dewasa :p
@aishalala
tapi kata yg punya tulisan ga boleh pake syarat, hehe
sabar neng sabar, dasar bocah dewasa :p
ho ho..imanajinasinya kejauhan... :)
apakah ini ada hubungannya dengan bocah tua nakal ? petkong!
belum bisa ke luar negri jadi berimajinasi dulu serasa diLN.. di bontang tuh bisa menyalurkan imajinasi looh... saya lebih aktif menulis ketika disana dulu.. disini tingkat stress kayaknya lebih tinggi, dan objek untuk berimajinasi juga kurang. huhuhu....
kalao sy aktifnya pas berkunjung ke tempattempat baru....
suasana baru mungkin......
di malang kan lebih kompleks? haruse punya banyak 'bahan'.. Stress itu salah satunya. (btw, pak arif kemarin mbawain materi manajemen stres islami)
wah, dr arief ksana lagi?? atau yang dulu itu??
bukunya dr arief juga bagus, ya tentang manajemen stress itu...
sebenernya waktu juga mungkin, beda kan dulu di btg sekolah sekarang kuliah apalagi pas koass ini tambah gak ada waktu nulis (waktu istirahat aja kurang T.T) tapi alhamdulillah sekarang sudah agak longgar, kpengen aktif nulis lagi nih.....
g! Yg dulu itu. Pas ramadhan...
oh iya, waktu itu memang cerita tentang bukunya.. Gramed kalo g salah penerbite...
masalah klasik ya? waktu! he he... harus bs menaklukkan yg satu ini :)
aku br nyadar klalo quote ku keliru:
apakah ini ada hubungannya dengan bocah tua nakal ? petkong!
yg bener mw ngreply ini, inetnya dudul itu pasti
iya betul.. betul.. betul..
klasik memang, tapi, kalau kita punya tekad yang kuat insya Allah bisa kok...
he2.. harus SEMANGAT!!! ^_^
semangka!
-_-'..... hmm??? no comment deh.. (hehehe..)
la itu comment!
-__-"
bontang : kota yang gak punya musim. hujan kayak jelangkung hehe datang tak diundang reda gak dianter.
ngisi titik2 : aku menyukai hujan yang bukan abu. cucian kena abu semua, jadi nyuci lagi, rumah kotor, kamar kotor kena abu, motor kotor dicuci emaneman entar di jalan kena lagi, berasa pengen pake cadar aja sekalian klo keluar rumah. (*eh curcol)
wah, syukurlah desti masih bisa menjelaskan musim di Bontang...
:)
eh kayakny harus ngedit komenku yg kedua. harusny lebih bersyukur cuma kehujanan abu bukan wdhus gembel atau lahar. n bersyukur masih bisa diberesin, sedangkan yg di atas tinggal puing tersisa.
astaghfirullah.
he he..mwnya tak komentari yg komen bagian itu...(kok g biasa2nya)
untunglah nyadar sendiri.. he he
hujan...:'-)
-hujanan
hmm..iya ternyata dsini hampir tiap hari ujan. dari sabtu di Bontang sehari pasti ada ujannya.. Senaang ^_^
@drdee...uow.. sdh ada di bontang to?
iya, alhamdulillah.. dari Sabtu kemarin.. ada suasana baru disini yang membuat ana senang, yaitu burung2 walet yang terbang bertebaran di langit sore yang memerah, Subhanallah... indah sekali. satu lagi yang membuat hati ana tertambat di kota kecil ini...
menarik. saya mungkin gabisa menjadikan hujan (aja) sebagai satu tema dengan 9 paragraf yang mengalir.
*ah sial masih jauh kemampuan kita, hahaha..^^b
hoho.. semangat! semoga bisa menjadilebihbaik lagi :)
bayak n asyik wtd bc tp ma,v lg mlez bc bu....
hehehehe
Post a Comment