Tadi pagi saya dibuat takjub. Bukan hal spesial memang, hanya sebuah tawaran pertemanan yang muncul ketika saya membuka akun facebook menjelang jam blokir berdentang—jam tujuh pagi. Juga bukan tentang spesialnya orang yang mengajukan pertemanan itu. Rasa-rasanya, minimal sampai saat ini, tak pernah ada orang yang membuat saya bersorak atau bahagia secara berlebihan ketika namanya terpampang di daftar nama-nama yang mengajukan pertemanan di dunia maya ini.
Adalah dua nama yang masuk sebagai ‘mutual friends’ antara saya dengan si pengaju pertemanan inilah yang membuat saya tersenyum kecil pagi itu. Ah, dunia yang begitu luasnya, dengan manusia yang sudah mencapai milyaran ternyata tetap saja ada potongan-potongan kejadian yang membuat kita sekali lagi bergumam, ‘dunia sempit sekali’. Saya dan si pengaju pertemanan sudah lumayan lama terhubung lewat blog, tapi saya dan dia juga memiliki penghubung lain selain blog, yang dekat sekali dengan dunia nyata, adalah hal yang baru saya ketahui ketika mengeklik ‘mutual friends’ tadi.
Nama pertama yang muncul di mutual friends itu adalah seorang adik tingkat di kampus saya dulu. Perempuan, angkatan 2007, yang artinya berselisih tiga tingkat dengan saya. Tapi saya kenal baik dengannya. Waktu ORMABA, ia dan beberapa temannya tergabung dalam sebuah kelompok dimana saya menjadi SC-nya kala itu. Dan di pagi itu lah otak saya merangkai sebuah penjelasan, ‘bukankah teman ngeblog saya itu orang ponorogo? Bukankah adik tingkat saya itu juga orang ponorogo? Bukankah usia mereka sama? Bukankah?’. Demikianlah, saya sudah menyimpulkan sendiri bahkan sebelum teman ngeblog saya itu memberikan penjelasan langsung kalau adik tingkat saya itu adalah teman SMA-nya. Begitu sempitnya dunia.
Nama kedua adalah sosok yang bahkan saya belum pernah ketemu langsung dengan orangnya. Saya juga lupa bagaimanakah mulanya saya bisa terkoneksi dengannya di FB—entah saya yang ngeadd, ataukah dia. Tapi tentu saja saya tahu siapa dia, sangat tahu. Minimal saya sangat tahu dengan orang yang begitu spesial baginya. Ia adalah istri rekan kerja saya di Bontang. Boleh dikata pengantin baru. Orang Jogja atau Solo—entahlah, saya tak begitu tahu. Ternyata, demikian yang dikatakan teman ngeblog saya, ia adalah teman kakak tingkatnya sewaktu di STAN. STAN, memang alamamater teman ngblog saya itu. Begitu rumitnya sebuah jejaring.
Itu baru yang terlihat. Itu baru yang bisa kita klik lewat menu ‘mutual friends’. Boleh jadi, sebenarnya kita semua ini saling terhubung oleh sebuah jejaring yang sangat rumit. Orang nun jauh di sana, taruhlah di Papua, yang saya tak pernah bahkan untuk mendengar namanya, boleh jadi temannya si ini, yang si ini itu temannya si itu, yang si itu temannya si fulan, sedangkan si fulan suaminya si fulanah, dan si fulanan ini tak lain adalah kakak teman adik saya yang ada di kota x. Begitu seterusnya. Hingga apabila hubungan itu digambarkan, bahkan untuk melihatnya saja akan rumit.
Tapi saya tidak hendak berbicara hal itu. Saya akan berbicara hal lain, hal lain yang bila didekat-dekatkan, boleh jadi berhubungan dengan hal di atas. Hal tersebut, adalah apa yang sering disebut dengan butterfly effect. Bahwa, kepakan kupu-kupu kecil di belantara Borneo dapat menyebabkan Putting Beliung di Tasikmalaya. Bahwa, tindakan kecil kita boleh jadi berdampak besar bagi orang lain di sebuah tempat yang jauh dari kita.
Saya sedang memikirkan itu. Lebih tepatnya, kemarin, ketika menunggangi motor sepulang kerja, saat hendak mampir untuk membeli makan malam, pikiran itu selintas membayang. Bahwa tindakan teratur kita, yang terkesan biasa-biasa saja, semisal dimanakah membeli makanan untuk membeli makan malam, atau apakah membeli buah lokal atau import untuk memenuhi kebutuhan harian, boleh jadi akan bertumpuk-tumpuk dengan hal-hal sederhana lain membentuk akibat yang begitu rumit.
Tapi contohnya yang sama-sama sederhana saja. Ketika kita ingin membeli buah, keputusan kita apakah membeli di supermarket atau kah kios buah pinggir jalan, akan menentukan nasib banyak orang. Selanjutnya, ketika taruhlah kita memilih kios pinggir jalan, tentang buah apakah yang kita pilih, apakah buah-buahan lokal atau import, juga berdampak pada hal-hal lain yang ternyata tak sesederhana pilihan tersebut. Semua pasti mengerti ini. Keputusan kita untuk memebeli buah lokal, mungkin akan menjamin kelangsungan hidup seorang petani buah tua di pelosok desa nun jauh di sana. Tapi saya juga tahu, ada yang dengan ringannya berkata, ‘ah, persetan dengan akibat-akibatnya. Toh nggak berhubungan dengan gue. Gue pingin beli ini ya beli ini, ngapain ngurusin orang lain yang tak ada hubungannya dengan gue’.
Ah, ya, tak ada yang bisa memaksa kita untuk memikirkan itu semua kala mengambli sebuah tindakan. Tapi agaknya, kita perlu merenungkan ini sekali-dua barang sejenak, bahwa boleh jadi kerumitan-kerumitan yang membebat kita, adalah akibat tindakan sederhana dari orang lain nun jauh di sana. Bahwa seseorang yang nun jauh di sana, yang memperoleh kerumitan akibat pilihan sederhana kita, boleh jadi temannya si X, sedangkan si x itu kakaknya si anu, si anu keponakan jauhnya si itu, dan si itu teman kakak sepupunya si fulanah. Nama terakhir, si fulanah, boleh jadi tetangga dekat kita.
Kita memang tak pernah tahu dengan pasti akibat dari tindakan kita, tapi bertindak sebaik yang kita bisa, sebijak yang kita mampu, agaknya lebih tepat untuk dijadikan sebuah pilihan. Dan itu, semoga menjadi bekal jawaban, ketika kelak, segala tingkah laku kita dipertanyakan.
Wallahu a’lam.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
42 comments:
kalo waktu di-add saya seneng sambil senyum gak mas?
#eeaaa
*manggut2* betul ya :)
hooooooooooo sami2
emang dunia terasa sempit bagi para alumni STAN... secara alumni tersebar di mana-mana sih hehehehe
katanya orang yang mau nikah tuh jadi tambah bijaksana ya memang :)
nice....
Kita adl sebab dan akibat bagi orng lain. Bgtu sebaliknya.
Mgkn bgtu y?
RTJ
cwiwiwt
satu manfaat dari jejaring-sosial :)
oohh begitu jadi ada butterfly effectnya.. *tetep ramudeng sama ceritanya..
Dunia yg sempit atau jejaring yg luas? Tindakan yg kecil, atau pemikiran yg besar? :D
Dunia yg sempit atau jejaring yg luas? Tindakan yg kecil, atau pemikiran yg besar? :D
mas iqbal nih...hal2 sederhana pembahasannya sering mendalam ya :D
ky benang layangan yg nyangkut dtiang listrik dmusim layangan.
ruwet,saling terhubung,susah dcari ujungnya,susah misahinnya..
ya gtu dah
Wah, menarik.. :)
pengen membahas lebih soal chaos ini, tapi nanti dech....
Bal, forumsains rame lho :D
diantara kita, siapa yang lebih dulu nge-add di FB? :)
Sepertinya, FB lebih membuat "letupan" daripada blog ya... ^_^
nggak senyum lagi..malah ketawaketawa :)
manggut2nya jangan kencengkenceng...nanti kejenthos meja
haha...hipotesa dari mana? aku takutnya malah omdo..Astaghfirullah
hoho...mungkin begitu...
"karena kita tak pernah tahu takdir kita, kita dapat berpindah daeri takdir satu ke takdir lain dengan takdir Allah"
apa itu?
la? ini apa juga
satu manfaat ada yg ngeadd...jadi satu tulisan :)
ah, masak ra mudeng sih?
dapat kalimat itu dari mana, ai? hehe
hehe...masak sih?
hehe..kayake dulu suka main layanglayang, ya, nis?
oke deh...
wah, forum sains apa mas hay?
memang siapa yg duluan? kayake nt baru2 saja :p
letupan gimana?
hehe... kalo MP kan an yang duluan. Kalo FB antum deh yang duluan. Tapi akhirnya, yg sering mangkal di MP jadi antum. An malah seringnya mangkal di FB... :)
lebih "meletup" dan mengejutkan di FB ^_^
ada merconnya kayake..:p
ada cinta...
#plakkk#
#menunggu ada yg nyamber komene chip...
katanya sih mas... hehehe
ndak kok mosok omdo, anane tudo... tulis doang... tulis doang tapi manfaate lan hikmahe dadi akeh kan mas :)
masak apa toh mas? kepiting? :DD
iya...masakin rifi spesial buat tgl 25 :p.. Kali saja ada pembukaan cabang baru di sini..hehe
pengen bisa hadir, tapi pas cek tiket, harganya mahal bangeeet... :|
hemm.....
eling fb dadi eling tahsin *loh
La, kok iso?
hahaha..
setoran talaqqine via video calling ning fb.. =D
Post a Comment