Monday, October 31, 2011

(catatan perjalanan) : Sepanjang Jogja-Jepara

“Yang kusuka dari sebuah perjalanan adalah aku tak perlu melakukan hal lain selain berpikir”

Kalimat itu bahkan baru terbaca ketika sepertinya aku –dan juga kami- telah memasuki akhir dari perjalanan. Ditulis oleh rekan perjalanan yang ketika beberapa kali aku tersadar dari tertidur, dalam kegelapan yang melingkupi kendaraan, sepertinya masih terjaga. Entah sepanjang perjalanan ia memang terjaga atau entah kebetulan pas aku terjaga ia terjaga.

Apakah yang kau bayangkan tentang perjalanan di dini hari? Aku sebenrnya sudah tak terlalu antusias membayangkannya. Menerobos kegelapan malam, terlonjak-lonjak di atas kendaraan yang melaju, serta dibuat pening oleh medan yang begitu berkelok-kelok, adalah sebuah keseringan tiap kali aku keluar dari Bontang untuk mengejar pesawat pagi dari Sepinggan Balikpapan. Dan tak ada hal lain yang bisa dilakukan selain…,ya, tidur. Kalau tidak tidur, ya, menidurkan diri. Atau tertidurkan. Sebab akhir-akhir ini, aku sudah kapok dibuat habis isi perut sebab mabuk perjalanan. Belajar dari itu, terutama untuk perjalanan dinihri, setengah jam sebelum berangkat, aku kemudian selalu minum pil anti mabuk perjalanan. Maka kau sudah tahu konsekuensi dari yang kulakukan itu, kepala jadi terasa berat dan akan dengan mudah tertidur. Cara kerja pil anti mabuk ini sebenarnya memanipulasi saja, menurutku.

Maka aku tak akan sempat berpikir lagi. Beberapa saat lepas dari Bontang, aku mungkin sudah tak terlalu nyambung saat diajak ngobrol. Untuk kemudian sama sekali tak nyambung –benar-benar tertidur. Aku kemudian akan terbangun ketika jungkalan begitu keras pertanda lubang lebih besar menghadang, atauakibat rem mendadak akibat tikungan tajam. Begitu saja. Hingga subuh hari menjelang, mobil sempurna memasuki pelataran bandara.

Tapi aku pernah merasakan saat-saat dimana perjalanan adalah keseharianku, dimana berpikir, adalah paket tak terpisahkan darinya. Saat itu, aku paling suka memilih tempat duduk paling belakang di pojok kiri dari angkutan jenis colt atau elf itu. Mendekati jendela, sekaligus menjauhi keramaian penumpang yang seringkali terpusat di tempat duduk sekitar pintu. Itu terjadi di masa-masa SMA, 13 km jarak sekolahku dari rumah. Kau tahu, di masa-masa itu, tak ada kesenangan lain selain kesenangan membiarkan pikiran mengembara untuk menemukan jodohnya. Tak ada masa-masa up date status, tak ada juga saat-saat utak-atik hp untuk melihati sms. Yang ada, mungkin waktu khusyuk memintal kata –waktu SMA aku senang bikin puisi. Atau kalau sedang tidak malas, murajaah bacaan yang aku hafal. Atau menerawang saja. Tiga tahun, seperti itu. Pulang dan pergi. Kecuali saat aku mendapatkan teman perjalanan hingga angkutan tiba di gang menuju rumah.

Itu terjadi bertahun-tahun yang lalu. Dan yang sebelumnya, itu terjadi sepanjang Bontang-Balikpapan. Sedang ini adalah tentang kekinian, apa yang terjadi hari itu, antara jogja-jepara. Bertolak dari Godean sekitar pukul 11 malam, duduk di deret paling belakang, apalagi yang bisa dilakukan? Mencoba tidur. Ya, tetap itu saja. Aku sadar, esok masih ada perjalanan yang tak kalah panjang. Aku harus bugar, aku harus tetap sehat.

Aku bahkan tak tahu kota-kota apa yang kulewati. Biasanya, sepanjang perjalanan seperti itu, aku akan melongokkan pandangan ke luar untuk sekedar mencoba mencari papan nama yang mencantumkan kota yang kulewati itu. Setidaknya aku bakal tahu jalur yang kulewati. Suatu saat, itu akan berguna. Suatu sat yang entah.

Entah sudah berapa kali kepalaku terantuk bodi mobil, sebab jalanan yang bergelombang atau pengemudi yang mengerem mendadak. Untungnya, aku menguasai deret terbelakang, sehingga sekeras apapun goncangan terasakan oleh penumpang deret terbelakang, aku setidaknya masih bersyukur bisa merebahkan badan –toh, itu juga pilihanku. Tapi satu keadaan yang jelas-jelas menolong, yang membuat perjalanan itu menjadi berlipat menariknya, adalah fakta bahwa setelah akhir dari perjalanan lima jam menembus malam ini, aku akan sampai di sebuah tempat, dimana dari tempat itu lah aku akan bertolak menuju ke sebuah pulau yang telah merampas hari-hariku belakangan ini tentang bayangan keindahannya. Kau pasti tahu, segala kesusahan untuk menuju keindahan, keindahan juga.

Aku terus tertidur, meski sama sekali tak bisa dikatakan nyenyak. Hingga aku rasakan mobil terhenti. Seingatku, lima dari enam penumpangnya kemudian turun untuk ke toilet, termasuk aku. Selain kami bertiga, ada tiga penumpang lain memang yang ikut serta travel ini. Seperti kami, mereka juga akan pergi ke Karimun Jawa. Hanya saja memakai jasa tour wisata yang berbeda dengan kami.

Dua rekan perjalananku, yang mulanya hanya kukenal lewat jejaring MP, turun terlebh dulu. Baru kemudian aku. Mobil ini berhenti di sebuah SPBU, entah dimana. Aku juga belum tertarik untuk mencari-cari nama tempat itu. Lebih tertarik untuk segera menjangkau toilet.

Aku sudah selesai dari keperluanku di toilet ketika penumpang perempuan sepertinya masih antri di toilet perempuan. Kemudian memilih duduk-duduk di luar. Agaknya kurang dari sejam lagi sudah masuk waktu subuh.

“berapa lama lagi, mas?”, tanyakau pada pengemudi travel ketika tiba di depanku.

“ini sudah sampai. Hanya saja ini Jepara Kota”.

Tujuan kami semua memang Pelabuhan Kartini jepara. Dan sepertinya, merujuk jawaban si pengemudi, itu berada di pinggiran kota. Entahlah.

Aku kemudian memilih tak melanjutkan percakapan. Mengeluarkan HP, membuka opera mini, terhubung ke MP. Kemudian menemukan qn yang aku tulis di awal tulisan ini. Tersenyum. Sejauh ini, kalau tak salah, ini lah qn pertama yang ditulis oleh salah satu dari kami bertiga terkait perjalanan ini. Tapi aku tak mengomentari qn itu kala itu.

Tak butuh waktu lama, beberapa saat kemudian mobil kembali melaju. Lalu sampai. Sepertinya, adzan subuh belum juga berkumandang.



(masih bersambung. Sepertinya serial catatan perjalanan ini lebih banyak berisi renik-renik perjalanan, tak banyak kronologis atau info yang menjelaskan. Catatan sejenis, serta foto-fotonya, ada di rekan perjalanan saya. Sayangnya saya sedang on line versi mobile sehingga tak bisa memberikan tautannya. Tapi ID mereka malambulanbiru dan keluargabahgia. Silakan dicari di postingan terbaru mereka)

32 comments:

fauziyyah arimi said...

mw dbikin brp episode, masnya?
wah, kyknya sy perlu berteman dulu dgn 2 id mp itu utk melihat foto perjalanannya.

Sukma Danti said...

ha... emang paling enak mikir ya pas di perjalanan bal

iqbal latif said...

@faraziyya...entahlah. Mumpung msh d rumah. Mumpung msh bnyk waktu. Kalau blm slesai, sepertinya catatan ini bkal terhenti kalo sy sdh sampai d bontang.
Silakan diinvite! Salahsatunya jg sdh koment

iqbal latif said...

@kbahgia...mmm..tergantng! Hehe. Btw, aku pernah buat tlsan tentang kurangnya kita merenung tiap harinya. Semuanya serba cepat dg waktu luang yg bs dmanfaatkn untk merenung it, hbs untk up date status :)

Sukma Danti said...

aku sih trekgandeng bal! :D

heheh... update status itu merenungnya habis statusnya keluar, eh kok td aku update iku sih? ngopo ya? dll :))

HendraWibawa WangsaWidjaja said...

kan selain berpikir juga bisa melihat-lihat pemandangan ... he he he ...

iqbal latif said...

@kbhagia...trekgandeng? Iya, ya. Kadang 'menyesal' jg up date status tertentu. Kadang memperlhatkan bgtu lemahnya kita
@hwwibntanto...iya, bang! Untk perjalanan br, menarik untk melhat pemandangan luar..

tun hidayah said...

Ikut senang :)

iqbal latif said...

Hehe. Trmaksh untk ikut senangnya :)

HayaNajma SPS said...

*mikir*

iqbal latif said...

*nyediain cemilan*

iqbal latif said...

*nyediain cemilan*

HayaNajma SPS said...

wah, asik *bawa pulang

anas isnaeni said...

jubul ya padha ya, mas karo Padang-Painan huhuhu

anas isnaeni said...

eaaaaaaaaaaaaa
saya ndak tahuuuuuuuuu hihihih

anas isnaeni said...

hiiiiiiiiiiiiii Jogja Jepara????
kok kayane lewat Salatiga yaaaaaaaaks...
mampir to yo, mas...

*padahal diriku ra ana ing kana hehehehe

iqbal latif said...

@berry89...*g jadi*
@nanazh...salatga it memang sebelahnya apa?

anas isnaeni said...

tergantung juga sih ya lewat jalur ngendi...
tapi nek semisal jogja-solo-semarang-jepara

jelaslah sudah mesti lewat salatiga
secara salatiga tengah2 semarang-solo gituuuu...

*nek lewat jalur lain q kayane lewat grobogan/purwodadikah?
*nguprek2 peta hehehe

iqbal latif said...

Mmm..kayake lewat purwodadi. Seingatku. Kalo magelang pasti lewatkah?

desi puspitasari said...

Kemarin lewat Magelang.

Sukma Danti said...

jogja-solo-semarang??? bukannya itu adalah jalur yg saling berjauhan? kl mo ke semarang lewat solo.... hehehe... itu kan membuang waktu, bensin, tenaga. Magelang & Solo klo dari jogja itu adalah dua arah yang berbeda...

desi puspitasari said...

Jogja melewati Solo itu kalau mau ke arah timur.

Jalurnya kemarin Jogja-Semarang-Jepara.

iqbal latif said...

Jd tjawablah, kalo nanazh waktu plajaran sering ktduran. Dan aku dg polosnya percya ptnjuk sesatnya :D

iqbal latif said...

Jd tjawablah, kalo nanazh waktu plajaran geografi sering ktduran. Dan aku dg polosnya percya ptnjuk sesatnya :D

tintin syamsuddin said...

jalanjalan kog berfikir? bukan menikmati ya?

tintin syamsuddin said...

mo komen kaya gini juga tadinya..

iqbal latif said...

Apakah tak ada kenikmatan dlm berpikir? :)

anas isnaeni said...

bukan geografi... kurang jalan2 huhuhu

anas isnaeni said...

iya deng.. mesti lebih afdhol transit bisnya di magelang...

dan emang setelah tanya rute juga, rupanya ndak bakal lewat Salatiga ya... lewatnya di terminal Bawen, kabupaten Semarang hohoho... baru deh dari titik itu kalau mau ke selatan ke arah Solo lagi ketemu deh Salatiga

iqbal latif said...

Nanazh sdang melakukan klarifikasi untk memulhkan nama baiknya stelah dg sangat fatal hampir menyesatkan petualang :p

iqbal latif said...

Nanazh sdang melakukan klarifikasi untk memulhkan nama baiknya stelah dg sangat fatal hampir menyesatkan petualang :p

Manik Priandani said...

Kali ini ceritanya cukup detail...asyik nih untuk dibaca-baca seperti membaca cerita bersambung...maree.....