Dear Hanna
Apakah kau punya kehendak, Hanna?
Ah, pertanyaan macam apa itu? Kau boleh saja menertawaiku dengan pertanyaan balik itu. Sebab bumi yang telah sesak ini, sejatinya memang bertambah sesak dengan kehendak dari tiap-tiap makhluk yang menghuninya. Tak terkontrol, tak terredam, kecuali oleh kehendak lain untuk menghentikan kehendak itu. Perbukitan itu, kau bisa lihat, kan? Mulanya sebuah padang tanaman yang melapangkan pandang, bertahun-tahun yang lalu. Begitu nyaman melihatnya, begitu asri merasainya, hingga orang-orang dari negeri gurun itu terkesima lalu berteriak, “inilah surga! Inlah surga!”.
Tapi Hanna, seperti yang sudah kusebutkan, pemandangan itu hanya berjudul ‘mulanya’. Hanya sebuah masa lalu yang meninggalkan kenangan di benak orang-orang yang sempat merasainya. Kini, seperti yang telah kau ketahui, ada kehendak yang telah meluluhlantakkan bangunan alam itu. Ada kehendak dari manusia siluman yang membabat tetanamannya, atau kehendak dari orang-orang berduit yang memenuhi bebukit itu dengan vila-vila indah nan gemerlap. Membuat semakin sempit ruang buat burung bernyanyi, membuat semakin terbatas untuk air hujan meresap. Sesak, sesesak dada orang-orang yang dipenuhi kehendak.
Sayangnya, Hanna, tak ada yang benar-benar serius berkehendak untuk menghentikan kehendak liar itu. Tak ada. Meski banjir kian merajalela, meski teriakan dari orang-orang kian menggema, tak ada yang berubah. Orang-orang itu, orang-orang yang kehendaknya adalah titah, masih biasa-biasa saja seolah semuanya baik-baik saja. Tak ada gurat khawatir, lebih-lebih aksi nyata. Semuanya serba mudah. Entahlah, aku juga tak cukup sakti untuk mengetahui apa yang benar-benar menjadi kehendaknya.
Kehendak, Hanna. Kehendak. Akhir-akhir ini aku banyak merenungkannya. Aku masih ingat, tak banyak kehendak yang memenuhi dadaku ketika aku masih seorang kanak-kanak. Kalau tidak sebuah es wawan, mungkin hanya mainan murahan yang tengah kukehendaki kala itu. Remeh-temeh saja. Begitu sederhananya. Hingga kalaupun tak kesampaian mendapatinya, ya sudah. Tak apa. Atau mungkin paling banter hanya akan menangis. Lalu lupa. Lalu bermain. Lalu tertawa lagi. Selesai. Sesederhana itu memang.
Tapi sekarang, Hanna, begitu luar biasanya kehendak itu menjejali mimpi malam-malam. Membuatku kadangkala berpikir, atas dasar apa kehendak itu begitu saja menghuni ruang batinku. Apakah hanya nafsu belaka, remeh temeh duniawi, keisengan, atau apa. Apakah kehendak itu telah benar, apakah kehendak itu sudah baik. Atau, ah, aku bahkan telah sungguh-sungguh jarang mempertanyakannya.
Hanna, pertanyaan ini mungkin menyulitkan, tapi aku mesti sering-sering menggumamkannya; apakah kehendak-Nya telah menjadi kehendakku? Memalukan sekali kala pertanyaan ini mengemuka. Malu pada diri sendiri, juga tentunya malu pada-Nya. Betapa diri ini, Hanna, betapa kehendak yang telah melekat dengan liat ini, seringkali hanyalah sekumpulan remeh-temeh dunia, hanyalah sejumput kesenangan sesaat. Tak lebih. Hanyalah kehendak yang berdasar tafsir pribadi yang individualistik dan dangkal.
Sungguh tak ada bedanya kalau begitu, Hanna. Tak ada bedanya aku dengan yang kusebutkan di mula. Barangkali kehendakku sama liarnya dengan kehendak mereka, boleh jadi kehendakku sama individualisnya dengan kehendak orang-orang itu. Hanya salurannya saja yang berbeda, hanya daya jangkaunya saja yang tak sama. Amat mungkin, Hanna, jika aku seberkuasa mereka, aku akan lebih parah dari mereka. Bahkan jauh lebih parah.
Hanna, belakangan ini ada kehendak-kehendak lagi menghuni benakku. Ada beberapa, menjadi sebuah paket yang aku harap mewujud satu. Aku boleh jadi telah bersikap atas dasar kehendak itu. Yang aku harapkan benar, tepat, juga baik. Hingga aku mesti sering-sering berdoa karenanya, agar kehendak-kehendak itu juga benar. Agar kehendak-kehendak itu memang representasi dari kehendakNya. Sebab hanya dengan itu lah, Hanna, langkah yang diambil juga menjadi benar.
Maka demikianlah. Doakan aku, Hanna. Sebab boleh jadi bukan karena doaku lah semua ini terkabul. Tapi justru oleh karena doa orang-orang sepertimulah, orang-orang yang ikhlas berdoa untuk saudaranya, semuanya menyata. Semuanya menjelma.
Bontang
2 Agustus 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
45 comments:
jadi namanya Hanna nih? Hahay!
lumyan, dapat satu lagi :D
sudah baca belum? kok cepet amat
skimming
siapa hanna? es wawan tu apa?
boleh juga... Total jadi berapa sama yang ini?
sudah berapa, ya.. ha ha..lupa
kayake es wawan ini adalah es yg khas di daerahku.. ada pabriknya, terus ada yang menjajakan... Rasanya macam2... Dulu sewaktu kecil sih terasa enak banget
ahaha.. Baru baca 2 paragraf trus langsung komen. Jadi dirimu gagal pertamax yaa :D
hooo, i see...
aku memang nggak cepet2, sih... jarang2 pula ada yg komen cepet di lapakku
mau nggak?
mau, segerobak
es wawan
oalah.. Itu mah es bonbon..
wooooow.... enakk :D
favoritku dulu yg rasa coklat, susu, sama kopi :)
Sabar ya, Bujang...
Ku tw kau sudah berkehendak...tapi yaa bersabarlah bujang..
segerr
ha ha...
bagaimana mungkin kau tw sedang kau bukan aku?
(jawab: bagaimana mungkin kau tw kalau aku tak tw sedang kau bukan aku)
kyake bikin meler :)
bagus malah :D
Hahahaha :D
Bujang galau ya? :D
Yg galau yg meracau
Hanna, apa itu? *Deep gaze
Haha
Bujaaang.. Uis maem durung?
Hannamichi sakuragi. Haha
Urung. Kirimi po'o?
Hanna pasti cantik, ya? "̮ ƗƗɐƗƗɐƗƗɐ "̮
q tentang apa toooh???? ora mudeeeeeeeeeeeeeeeeeeeng
kaya-kayane ada yang tersirat niiiiih.... hmmm
Haha.. Aya aya wae kang hendra ini..
apa pun kehendakmu... semoga hanna menjadi milikmu
ixixixixixixi
Hanna, nama yang cantik :)
jadi ingat raihana, dipanggil hana: gadis kecil yg sayang sama adiknya. *iya, sy jg bingung lg komen apa
hanna keknya nama kembang
Wah, jebul si hanna. Cah fkm ui kui, Bal. :))
@topan
hanna(h) ghanay? Wedew.. Istri orang itu... :))
Nah, malah istri orang tuh, Bal. Cari yang lain aja. -_-
haya nnajma?
@topan&ai...sapa it? Kenalin dong!(lo?)
@trewelu...haha. Sy suka jawbn anda
@megalatous...siapa it raihana, rif? G kenal
@kakrahmah...ada ya nama yg cntk gt?
@utewae...kembng apa it?
@jampang...haha. Bisa saja kang rifki ini
id MP: mandikopa
Kok gpernah liat id it, ya?
aktif tahun 08/09 gitu. Sekarang aktifnya di fb dan twitter.. Nikahnya bulan juni kemarin sama idris sukses *kayaknya ka idris punya id juga, lupa!
Ow..bgtu.. Pantesan
Post a Comment