Bapak yang menceritakannya. Tentang cerita dari kehidupannya di masa lalu. Bahwa dulu, teramat dulu, saat bapak masih bujang, ia pernah bekerja di sebuah tempat yang bernama Kebun Mangga. Kalau tak salah, karena kami terpisah jarak dan tak leluasa menglarifikasinya, Kebun Mangga ini dikelola pemerintah dengan kegiatan utama untuk melestarikan berbagai varietas mangga yang ada. Seingat saya juga, melalui cerita bapak dulu, hampir semua varietas mangga ditanam dan berbuah. Konon, Bung karno pernah menjamu tamu negara dengan mangga hasil Kebun Mangga ini.
Kebun Mangga ini terletak di Pasuruan. Tapi jangan tanya sekarang, apakah masih ada apa tiada. Sebab yang bisa kukatakan hanyalah ini: jejak-jejaknya saja yang masih ada. Kau mungkin menyayangkannya, sedalam saya juga menyayangkannya.
Jaman saya kecil dulu, seusia SD, dimana berjarak 30an tahun dari masa kejayaan Kebun Mangga di atas, varietas mangga lokal masih melimpah memenuhi pasar-pasar tradisional di kota saya. Jaman segitu, mangga-mangga unggulan macam Gedong, Mana Lagi, atau Lali jiwo, boleh dibilang masih langka dan mahal. Hingga tak heran, sepulang sekolah, pada musimnya, mangga-mangga lokal ini lah yang sering menjadi santapan saya. Jaman segitu, ibu saya memang tiap harinya berjualan di pasar hingga selalu membawa oleh-oleh tiap harinya.
Anak-anak sekarang mungkin sudah tak mengenali mangga-mangga ini. Sebab sekarang, mangga-mangga ‘unggulan’ telah menggeser teman-temannya. Mangga-mangga lokal ini, dengan ukuran yang kebanyakan lebih kecil, dengan rasa yang masih ada masamnya, sudah tak menarik lagi untuk dibudidayakan. Sudah tak ada lagi yang sengaja menanamnya dengan sepenuh hati. Kalaupun tiba-tiba ada yang tumbuh di pekarangan, maka si pemilik akan segera menyambungnya dengan varietas unggulan. Jikapun tidak berkenan memelihara, tinggal ditebang saja sebelum membesar. Beres.
Padahal, tidaklah semua varietas ini diciptakan melainkan ia mendatangkan sebuah manfaat. Tapi kita mungkin yang alpa, atau belum menyadari, bahwa ada kebaikan lain dari varietas-varietas terpinggirkan itu. Ada mangga kopyor. Namanya mungkin sudah menggambarkan bagaimana mangga ini. Bentuknya lumayan besar dengan kandungan air di atas rata-rata. Dan manis. Meski ada sedikit serik-serik di anatara manisnya. Ada juga mangga madu yang manis semanis namanya. Ada mangga daging yang teksturnya seperti daging. Ada mangga wader, ada mangga randu, ada mangga kucing, ada mangga centhel. Juga ada mangga renteng yang buahnya kecil-kecil tapi berbuah lebat berenteng-renteng. Jenis yang terakhir ini, lebih nikmat dikonsumsi dengan menggigitnya langsung tanpa mengupasnya. Dikerokoti begitu orang jawa bilang.
Tapi jauh lebih banyak mangga-mangga lain yang tak bernama.
Tapi sekarang, mangga-mangga itu semakin terdesak. Mangga-mangga unggulan semacam gedong mulai deras membanjiri pasar tradisional. Sebuah pemandangan aneh bila dilihat dulu. Mangga gedong itu, dulu lebih sering ditemui di kios-kios buah yang lebih bersih. Sebab harganya yang dulu masih tergolong mahal.
Siapa yang salah? Tak ada. Adalah sebuah hal wajar kalau orang-orang lebih memilih membudidayakan mangga gedong dibandingkan varietas-varietas lokal itu. Sulit kiranya mengharapkan frase ‘kelestarian varietas’mampir di kepala mereka pada orang-orang pemilik kebun. Hanya saja saya kadang berpikir, bagaiamanakah kiranya jika proyek Kebun Mangga itu dihidupkan lagi. Menjadi semacam agrowisata. Mungkin akan ada puluhan varietas, atau bahkan ratusan yang dibudidayakan. Dengan buah-buah ranum yang tinggal dipetik dari pohonnya.
Kita mungkin akan menglami masa ini. Suatu saaf. Seperti kita yang sekarang tergopoh-gopoh kembali ke pengobatan alami setelah dulu dengan angkuhnya mengabaikannya, beralih ke pengobatan kimiawi. Kita mungkin, suatu saat, akan merindukan citarasa beragam mangga-mangga kampung itu. Setelah bosan dan jenuh, dengan citarasa buah mangga yang itu saja. Semoga saja, jika saat itu telah datang, pohon mangga kampung itu masih tumbuh terselip di pelosok kampung. Mungkin sudah menua. Mungkin sudah jarang berbuah. Tapi masih bisa untuk diambil bijinya untuk dikecambahkan. Tapi masih bisa diambil pucuknya untuk disambungkan. Semoga.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
53 comments:
entah mengapa sejak kemaren pengen nulis ini....
sebab yang bisa kukatakan hanya ini.
Kenapa?
ada ku di antara saya :D
wah, saya ada mangga gedong di halaman rumah ... he he he ...
rasanya memang manis ...
ulet bulu
Ingin mangga
@ai..haha. Orang tuh yg diliat memang celahnya, ya?:)
@banghendra..iya. D pasuruan, hampir tiap halaman rumah, yg memungknkan, ada mangga ini7
@berber...knp? Lg wabah tuh d kota sbelah
@mahia... Sdang musim, kan?
uletnya dioseng
@berber...memang drimu berani?
gak juga sih, hw..
bawaan otak kiri :D
gimana yaa? Harusnya yg utama menulis tentang ini para biolog. Memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya keanekaragaman hayati. Tapi ke mana mereka? Ckck
@berber...hehe
@ai... La dirimu? Mangga2 kampung ini sdh tak ada yg nanam. Tinggal pohon tua. Kalo pohonya bsr g akan btahan lama. Sebab lbh mgiurkan mjual kayunya
I love mango...
Terutama yang asem2...
oo pantes dirimu komen tentang apel lokal semangat banget.. _mbiyen_
jebul ono kisah sejarah bersama mangga lokal..
iyo iq..slein mangga macem2 iku.. mbiyen aku guampang banget entuk sawo, manggis.. dll ning pasar..
tapi saiki.. susah..
@umi2aulia...suka asem2? Lg ngidamkah? Hehe
@jaraway...pernah kah, jar? Kalo it bkn masalah ini saja. Tp terkait eknmi. Terkait ptani2 apel qt. Coba deh liat d kios2 buah! Skrg sdh dserbu prduk2 impor. Bakalan gulung tikar ptani qt kalo qt sndri lbh milih prduk impor,
pernah
Ngidam pengen mangga:p
Panggil abi2aulia, tuh
Oh my--! dah gak ada? waduh... harusnya dri dulu menggunakan teknologi utk melestarikan plasma nutfah yg sangat2 bernilai tinggi itu! *tp jgn todong aku
ah, iya... ini kerjaannya Danti.. Ayo, jangan nyalon saja :)
di jaman suatu saat nanti, semua makanan adalah hasil rekayasa....
amit-amit... masak gak ada yang natural...
modernitas kudu ada batasannya dah
nggak ada gambarnya ya?
mangga itu buat tropis yang paling disukai masyarakat Indonesia...begitu kata dosen saya pada suatu waktu :)
@nanaz: konteksny apa ya? Sy rada g spakat ama pernyataannya
iya, nih...
mas anas kok tiba2 mbahas makanan sintesis ya?
gambar apa, des?
hwah! iya kah? memang sepertimnya begitu
ayo! dijelaskan, dan!
gambar mangganya :D
mangga lokal lebih sulit lagi nyari di Bontang...
mangga di bontang mahal, euy!
Bentar, nggu blesan si nanaz, hehe... Ntar uda komeng pjg lebar maksud dy lain lg ama yg kupikirkn :D
Ya gpp.. Ntar komen lagi kalo bd
oh... cuman terbersit dalam pikiran kok....
pada bahasan ni kan tentang varietas unggul hasil rekayasa... nah, karena semakin lama semakin terpinggirkan, tentunya produk alami akan jarang begitu bukan?
makanan hasil rekayasa nggak mesti makanan sintesis bukan ya?
udah diotak atik DNAnya aja kan udah jadi produk rekayasa to... varietas unggulan bukannya termasuk kek gini...
CMIIW
udah lama ga makan mangga, perasaan dari dulu taunya manalagi :D
mmm...sepertinya mangga gedong bukan varietas hasil utak-atik itu. Sepertinya hanyalah varietas unggul. Hanya saja kemudian maunya nanm mangga itu. Meninggalkan mangga2 lain
kalo masih sebatas penyilangan2, kayake masih oke
aduh...
eh..eh, jangan2 dirimu kayak rekan kerjaku yg asal Depok. Sawo saja tidak tahu :D
Nah, brati apa yg dimaksud nanas sama dg yg kupikirkan. Jadi, bukan gtu jg kali mas nanas, varietas unggul akan sll dikembangkan demi kesejahteraan petani it sendiri. Masalah varietas lokal yg tpinggirkan it dpt diakali dgn membuat semacam 'bank varietas', justru var lokal pntg sbg bhn mbuat var unggul bru, makany (mestinya) tdk dimusnahkn bgtu saja
Kl var unggul it bukan rekayasa, mngk lbh tepat pake kata perakitan, gtu mas nanas...
Beda lg rekayasa genetik mas nanas.. It jg masih bnyk kontroversi sampe skrg..
mensyukuri karunia Allah.
iya.iya..setuju..
nah, gini lo metu asline...
iya ya, jadi mestinya ada bank varietas gitu (atau sudah ada?). Jadi bisa ditumbuhkan lagi suatu saat
yup..super sekali
tentu tidak pak,
di bukittinggi sawo itu banyak :D
uow..dirimu tak lahir dan besar di jkt kah?
kemaren ada teman mkn sawo dikupas dulu.. tertawa lihatnya
Untuk bebrapa komoditas ada balainya, khusus melestarikan plasma nutfah komoditas tertentu tsb. Setauku ada manggis di tasik, dsb :p *lupa2 ingat yg lainnya*
i see i see i see...
akhirnya tercerahkan jua...
hehehe fakir ilmu ni...
makasih makasih makasih
oke, jelas ya...
Hoho, sama2 belajar, tp klo ginian mang suka jd ajang debat dan diskusi di kelas *mengenang masa2 itu, hoho :D
menarik dan penting bahasannya untuk keberadaan mangga varietas lokal...(:
ijin sharing donk..gmana caranya..
Post a Comment