Ya, yang perlu saya lakukan memang ini; membuat tujuan-tujuan lain yang lebih menarik agar apa yang saya lakukan ikutan menarik.
Ini bukan keumuman, jadi jangan serta merta menerapkan apa yang saya tulis di awal itu terhadap pekerjaan Anda. Sebab boleh jadi beda hasilnya. Ini tentang kembalinya saya ke jakarta ini.
Jadi, baru dua minggu yang lalu saya meninggalkan jakarta ini. Balik lagi ke tempat saya mencari rizki, Bontang. Maka ketika tengah pekan kemarin saya mendapati tiga carik kertas berisi surat perintah perjalanan dinas dengan tujuan Jakarta, tidak seantusias sebelumnya lah saya menerimanya. Biasa-biasanya, saya akan cukup senang karena ini lah kesempatan untuk keluar dari Bontang dan memuaskan diri di toko-toko buku yang memang tak tersedia di Bontang. Tapi, masalahnya, saya sudah memuaskan diri di Pesta Buku Jakarta dua pekan sebelumnya dan telah membeli banyak buku di sana. Ditambah fakta bahwa dari banyak itu hanya dua buku lah yang baru selesai saya baca, maka antusisme untuk menjelajahi lagi toko buku itu tak sebegitu menggebu. Itu pula lah yang mempengaruhi keantusiasan saya menuju jakarta kali ini. Saya memang senang, tapi tak terlalu. Biasa saja.
Berbeda halnya mungkin jika harus ke Jogja, sudah tiga tahunan saya tak kesana. Atau mungkin ke semarang, kota besar di jawa yang belum pernah saya kunjungi. Atau lombok, atau wakatobi, atau derawan, atau bukit tinggi, sebab itu memang daerah-daerah yang ingin saya kunjungi. Tapi tentu saja ‘atau-atau’ itu hanyalah andai-andai yang tak mengubah apapun. Tetap saja kota tujuan dinas kali ini adalah Jakarta, seberapapun inginnya saya kalau ini berganti kota lain.
Maka, seperti halnya dengan apa yang dikatakan Aa Gym bahwa jika nasi sudah menjadi bubur, jadikanlah bubur ayam istimewa, maka sebisa mungkin saya harus menjadikan kedinasan kali ini juga istimewa. Maka jadilah saya membuat rencana-rencana, tujuan-tujuan penyerta yang membuat kepergian kali ini memiliki nilai lebih. Tentu saja, tujuan-tujuan penyerta itu, jangan sampai mengganggu tujuan utama kenapa saya mesti ke sini.
Yang pertama tentang tanggal 23 juli yang tertera di surat perintah perjalanan dinas itu sebagai hari keberangkatan. Itu artinya hari sabtu. Dan, eh, saya kemudian tersadar, ternyata tanggal yang sama pula sebagai tanggal acara ultah MPID. Jika saya berangkat tengah malam via darat (selain karena memang kehabisan pesawat bontang-bpp), menembus jalan trans kaltim, maka saya bisa mengejar pesawat terpagi menuju jakarta. Satu setengah jam penerbangan ke jakarta, maka dengan sedikit ketergesaan, mungkin saya masih bisa menjangkaunya. Mengikuti jam-jam terakhir acara. Menjadikan ini sebagai pengalaman pertama. Saya membayangkan, rasa-rasanya bakal menarik, sebab yang pertama itu seringkali yang berkesan. Tentu saja, di luar fakta saya tipe yang tak terlalu pede untuk acara kopdar-kopdar begini.
Yang kedua tentang tanggal 28 sebagai hari seharusnya saya sudah balik ke Bontang. Itu adalah hari kamis. Maka tentu saja hari jumatnya saya sudah harus masuk kerja lagi. Atas dasar fakta ini lah kemudian rencana lain tersusun. Jika saya mengambil cuti untuk hari jumat, lalu menyempatkan diri untuk pulang ke pasuruan di rabu malamnya tepat setelah selesai acara, maka setidaknya saya akan dapat empat hari di rumah. Ditambah kenyataan bahwa lebaran nanti, lewat meeting department, saya telah diputuskan bakalan stand by lagi di bontang alias tak pulang, rencana kepulangan ini cukup sudah untuk membuat segala hal yang berhubungan dengan kedinasan ini menjadi spesial. Orang-orang yang di perantauan pasti mengerti betul akan hal ini. Ketika kepulangan tak bisa dilakukan setiap saat, ketika ada jarak yang begitu menganga antara tempat kita yang sekarng dengan kampung halaman, maka momen kepulangan selalu menimbulkan sensasi-sensasi ganjil yang menyenangkan. Bahkan sulit dijelaskan, hanya dirasakan.
Maka, begitulah. Kepergian ke jakarta ini menjadi spesial. Di awalnya saya akan ikutan kopdar MPID, di akhirnya bakalan menyempatkan pulang. Dengan spesialnya awalan dan akhiran itu, menjadi ikutan spesial lah yang ada di antaranya. Maka kemudian saya mesti bertanya pelan-pelan; nikmat Tuhan yang manakah yang akan saya dustakan? Ah, semoga saja tak ada.
#di ketinggia tujuh lantai. Menikmati kerlap-kerlip lampu jakarta. Ah, ternya sama menakjubkannya dengan ketika memandangi kesunyian jalan dan kebun salak lewat teras depan rumah kampung halaman.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
44 comments:
Alhamdulillah, lagi2 hal2 yang terlihat sederhana tapi luar biasa, yang sudah selayaknya disyukuri :)
Bontang, jadi kangen dengan sambal gami cafe kapal...
spesial karena ketemu aku yo mas? :D
sekali dayuang, 10 pulau dilewati
ntar kepulauan wakatobi menjadi lain kali kog yakin deh... aminnn xixixixixx
wis to.. we have the same feeling kok mas huhuhu... bener2 dah nasib perantauan... tos sik mas, hehehe
wis to.. we have the same feeling kok mas huhuhu... bener2 dah nasib perantauan... tos sik mas, hehehe
iya, rifi... Alhamdulillah....
selalu menyenangkan saat pulangkampung (*ngiming2i rifi ceritanya)
sambal gami itu yang bagaimana, mb? cuma sekali saja ke cafe kapal...
ha ha...
iya, wes...
#menyenangkan orang lain pahala
he he.. iya, mbak....
wakatobinya buat bulan madu saja, mb! he he..upss!
kayake mb ari sudah kesana ya?
ah, dirimu melu-melu ae... iki pulkam juga, nggak?
kan wis takceritani....
heheheh alhamdulillah dah dapet tiket Senja Utama rebo malem sok mas...
mase numpak apa? bis yo?
njaluuuuuuuuukkkk salaaaaaaaaaaaaakkkkkkkk baaaaaaaaaaaallll
saktrek.. ya..
wis diceritani ta aku? hoho.. wah, podo rebo malem yo...
aku numpak kapal mabur....
lek saktrek yo kudu ditebang pisan wit salake, jar...
weeeeeeeeeeeeh gaya
Ayo mampir ke sumatra, hehe...
alhamdulillah... tugas terlaksana, hati pun senang
asyik sekali ... he he he ...
bagaimana bisa sama menakjubkannya?
Ah, kirain mau cerita pas ketemu keponakan jauh.. #ngarepdibahas, haha..
fa biayyi aalaaiRabbi kuma tukadzzibaan.. smoga kita slalu menjadi hamba2 yg bersyukur..
*selamat menikmati bubur ayamnya ya.... :p
Sambal gami tuh terdiri atas : lombok, tomat, bawang putih (dikiiiiit), dan bawang merah (banyak), tanpa diulek. Hanya diiris dan digoreng diatas cobeknya... Cobeknya panas... Kaya' hot plate gitu, Mas....
Beuh.... Dikau ajha masih belum seneng gak bisa ketemu aku...
yap... intinya mensyukuri apa yang ada di depan mata ^_^
b. interlokal
hehehe...jadi...dinas ternyata :D
jiahhhhhhh..... gaya gravitasi
eh, kakrahmah oalembang apa pekanbaru, ya? kalo palembang ada teman sekamar saya selama dua tahun
he he.. betuk betul
alhamdulillah
yup...betul... kalo pulkam paling suka duduk di teras, saat lewat jam sembilan... sepi.. Sambil berbincang
kenapa tidak... ? hmm...sama-sama menyukainya
mau diceritaiin? bagian yang mana? :)
he he...bubur ayamnya enak, kok....
huoo..belum pernah denger n lihat.. (kemana saja saya, ya?)
:)
*g ikut2an
iya....berat, tapi harus
inginnya s. lokal sekaligus interlokal
:D
nggak tahu? nggak perhatian, ah! :p
karena itu 2 hal yang berkebalikan. keramaian dan kesunyian. aneh saja..
ga usah om, ga usah... ga usah dibuat jadi satu jurnal tersendiri. hohoho...
Ai, aku menuliskan ini jam 11an malam.. Dr balik kaca yg tak memungkinkan suara luar it masuk. Hanya kerlapkerlipnya saja yg ternikmati, tdk dg suaranya (dan aku memang lbh menyukai yg seperti it)
weeh... sedang tugas toh, mas?jd mylathief itu laki? heeewww...kabuuur... *becandadotcom. :d
iya, laki..kalau perempuan jadinya mylathiefah..ha ha
MPID itu apa ya? kopdar gitu kah? hoho...*belum ngertiy
antum ini datang dari kampung mana, sih? :p
multiply indonesia....komunitas mo-ers indonesia
Post a Comment