Bila saya yang mengalaminya, saya tak cukup yakin akan sanggup melakoninya sebaik bagaimana teman saya itu melakoninya.
Ini cerita tentang seorang teman. Teman kerja yang tempat duduknya persis di depan saya duduk sehari-harinya. Juga tentang istrinya. Juga tentang calon bayi dan kemudian menjadi bayinya.
Sanggupkah anda membayangkan, mempunyai seorang istri yang sedang hamil tua, bahkan di hari-hari itu lah diprediksi bakal melahirkan, tapi anda malah tak di sampingnya, justru meninggalkannya sendiri tanpa seorang yang membersamainya selain ponsel yang seketika bisa digunakan untuk keadaan darurat, demi sebuah pekerjaan yang tak bisa ditinggalkan. Itu lah yang terjadi pada teman saya itu. Turn Around Kaltim-1 2011, mungkin kata-kata itu akan benar-benar terpatri dalam ingatan teman saya itu. Kata itu lah yang menyebabkan ia menguat-nguatkan hati untuk terus berangkat kerja, menstarter motornya, dan meninggalkan istrinya yang sedang hamil tua. Untuk mencabangkan pikirannya ke hal lain, untuk memfokuskan diri pada pekerjaan yang menuntut keterlibatannya. Mungkin dengan harap-harap cemas tiap kali menatap layar HP. Ah, bagaimanakah jadinya jika ponsel itu berdering ketika ia di berada di plant?
“kapan orang tuanya pean datang?”
Itu adalah pertanyaan saya di awal-awal turn around ini. Sudah memasuki hari-hari yang diprediksikan untuk istrinya melahirkan, tapi belum juga ada tanda-tanda orang tuanya itu datang dari kampungnya, lampung. Ya, sudah jauh-jauh hari ia mengabarkan, kalau orang tuanya bakal ke Bontang untuk membersamai menantunya itu menjalani persalinan.
“besok insyaAllah”, begitu jawabnya.
“24 jam yang panjang menuju besok”
o0o
“bapak klenger tekan kene”, begitu katanya di sebuah pagi. Kabar tak menyenangkan sebenarnya, tapi kabar baik bila dipandang di sisi lain. Orang tuanya telah datang. Itu artinya ia tak terlalu harap-harap cemas meninggalkan istrinya yang sewaktu-waktu bersiap melahirkan.
“mabuk kah?”, saya tersenyum. Medan balikpapan-bontang tentunya tak terbayangkan sebelumnya bakal mampu menguras isi perut orang tuanya itu.
o0o
“nanti kalau lahir dinamakan apa ya, enaknya?”, seorang rekan kerja melontarkan pertanyaan seloroh untuk teman saya itu.
“kalau cewek katalisia saja, pak”, canda saya. Katalisia yang saya maksud tentunya dari kata katalis, item yang menjadi tanggung jawab kita dalam turn around.
“atau secondaria”, seorang lain nyahut. Secondaria dari kata secondary reformer. Peralatan yang menjadi tanggung jwab teman saya itu.
“Kalau cowok reformax saja. Kayake nggak ada yang namanya itu”, giliran teman sebelah yang nyahut. Saya tertawa kecil. Reformax adalah nama katalis yang bakal diloading ke secondary reformer itu.
“atau methanator”
o0o
“istriku masuk rumah sakit”, katanya lagi, juga di pagi hari. Ada wajah cemas sekaligus antusias di wajahnya
“Kapan? Sudah mau melahirkankah?”
“kemarin jam tiga. Waktu periksa nggak diperbolehkan pulang sama dokter. Sudah menjelang melahirkan katanya”
(ah, seharusnya di waktu-waktu seperti ini ia berada di samping istrinya itu)
o0o
“sudah lahir, ya”
“laki-laki?”
Kabar itu datang juga. Malam hari ketika saya sedang ketiban masuk malam. Tentu saja tak ada teman saya itu. Ia tak kena jatah shift di turn around kali ini. Hingga saya tak bisa menglarifikasikannya. Seharian ini memang saya hampir sepnuhnya di rumah. Tak tahu info terbaru. Lebih banyak tidur untuk menggantikan waktu tidur malamnya yang terenggut.
o0o
Pagi hari.
“jam berapa lahirnya?”, saya menghampirinya yang sedang duduk menekuri layar laptop
“jam sembilan. Aku ditelpon”, mmmhh..itu artinya dua hari yang lalu. Kemarin ia mengambil cuti sehari untuk kelahiran anaknya itu. Saya sedang masuk malam, jadi tak tahu persoalan ini.
“sempat melihat proses kelahirannya”
“Sempat. Aku masuk ruang persalinannya”, sahutnya, “ngeri, ya?”
Saya tak mampu menjawab apa.
o0o
Ini cerita tentang seorang teman. Teman yang tak sekedar teman. Teman pergi kemana-mana. Teman bersama mengantuk mendengarkan kajian di masjid kompleks. Teman pergi ke ramayana. Teman pergi mengambil paket di kantor pos. Teman bersama makan malam di warung sederhana dekat masjid. Dulu.
Sanggupkah anda membayangkan, mempunyai seorang bayi mungil yang baru saja keluar dari rahim istrinya, bahkan belum genap dua hari membaui dunia, tapi anda harus meninggalkannya untuk bekerja, berangkat di pagi hari, pulang jam 10 malamnya, demi sebuah pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Teman saya itu sanggup, bahkan tak sekedar membayangkan, tapi menjalaninya.
o0o
“siapa namanya?”, tanya saya.
Ia tersenyum, “belum waktunya dipublish”
Senyum itu, senyum yang tak mampu kueja. Atau, barangkali bukan tak mampu, tapi belum saatnya lah lebih tepatnya.
28 comments:
**terharu**
tapi pernah nemu kasus yang sama pas jaman stase obsgyn, beberapa bulan yang lalu.. :)
semoga kuat mereka yang menjalani long distance love...
jadi laki2 atau perempuan? Sepertinya Katalisia nama yg cantik :D
=)
stase obsgyn? apa itu.. gimana kjadiane?
bukan ldl, kok, ini, mb.. ;)
laki-laki... jadi pantesnya katalisio...ho ho...
apakah makna yg terkandung dalam dua karkter ini?
Masih beruntung beliau bisa menyaksikan anaknya lahir.
Masih beruntung istrinya ditemani saat persalinan.
Masih beruntung beliau masih dapat kembali ke rumah dan melihat bayinya meski hanya sedikit waktu dari 24jam dlm sehari.
Jika tidak semuanya, perasaan sang istri adalah...bagai berjuang antara hidup dan mati dalam dunia yang tidak mengerti ada dimana.
Seakan kolong langit ini, hanya disediakan untuknya mengalami sakit dan lelah sendirian saja.
Kalau ada suatu waktu yg bisa dipinta utk bersama, sekali saja seumur hidup, adalah saat melahirkan sang buah hati :)
Mungkin aku atau kita tidak tahu persis perasaan sang suami, tapi aku *mungkin* tahu persis perasaan sang istri jika tiada suaminya disisinya dalam keadaan demikian...
Mmmmh
*nggak bisa berkatakata*
yang pasti ingin segera pulang saja ...
atau bolos sekalian ... he he he ...
kandungan.. gimana ya kejadiannya?
**begini ceritanya** :-p
keliru ya koment ku?
he eh..
gimana perasaan sang istri ketika.... tak ada suami saat harus melahirkan anaknya..
kalo itu bisa mbayangin.. hehehehe
@hwwibntanto..iya, sayangnya teman saya ini tak mungkin melakukan kedua hal itu
@trasyid....menunggu jawaban --ngantuk--
@katerinas.. oh, tentu saja tidak, mb.. malah bagus
@jaraway...hee? bukane biasae dirimu lebih bisa membayangkn dr sudut pandang laki2? :p
iya doong... namanya juga bapak..
pas aku lahir, pas bapak lagi libur kuliah di bandung.. dan sejak saat itu.. suara bayi selalu ngingetin bapak ke aku.. huhuhu~ pulang tiap jumat, balik bandung pake bis paling malem.. terharu dah..
Selamaaat..
mau gak mau, harus dijalani ya...
wah, ayahku ayah nomor satu sedunia ya, ber? :)
oke..diteruskan..
:) absolutely yesss
iya... begitulah keadaannya
*uasli pengen nguakak.. =))))
iyo yo.. tumben insap.. hahaha
lha aku wis tau ngancani tanggaq babaran ning omah je.. hihi
ho..sip
wow...itu yg urung tw aku jar...he he..
kalau ngelihat orang sakaratul maut sdh pernah
waaahh..mas nomo dan istrinya memang hebat..subhanallah :)
siapa itu, mb? :p
*saat melihatnya boncengan dengan kondisi hamil besar, wah, subhanallah...
Post a Comment