Sepertinya mulanya agak aneh juga menerapkan apa yang tertulis di buku parenting itu, bahwa anak kecil pun, yang masih bayi dan belum bisa berkata-kata, sesungguhnya indera pendengarannya sudah terbentuk sempurna. Maka berbicaralah dengan dia, bahkan berbicaralah dengan bahasa yang boleh jadi kita anggap rumit menurut kita untuk anak seusia itu. InsyaAllah, ia sempurna mendengar dan memahaminya. Aneh memang, sebab bagi orang yang tak paham akan ini, akan menganggap kita berbicara pada orang yang tak akan menjawab pembicaraan kita, pada orang yang tak mengerti ucapan kita.
Tapi keanehan itu saya terapkan pula pada akhirnya. Keponakan kecil laki-laki saya lah targetnya.
Berbulan-bulan yang lalu, kala terakhir kali pulang ke kampung di sekitaran idul adha, keponakan kecil saya ini masih baru tahapan membuka mata. Sayapun belum berani untuk menggendongnya karena satu dan lain hal. Tapi saya sering untuk menyempatkan diri menungguinya ketika tiduran di ranjang, sekedar menghiburnya dengan kreasi-kreasi yang saya harapkan akan mampu menyunggingkan senyum di bibirnya. Yang tentu saja masih abstrak, tak terlalu teridentifikasi sebagai senyum karena seringnya hanya berupa gerakan bibir. Boleh jadi itu interpretasi salah.
Lalu saya harus kembali. Kembali ke tanah perantauan untuk melanjutkan hidup saya. Merajut kembali mimpi, menekuri lagi harapan.
Waktu pun berlalu. Sempurna berlalu. Berbulan-bulan lamanya. Hingga kesempatan untuk pulang itu kembali datang juga.
Kali ini keponakan kecil saya itu ternyata sudah bisa tengkurap, bahkan merangkak sambil tengkurap. Saat ia terlentang bangun tidur, itu lah kesempatan pertama saya menyapanya. Agak sedikit pangling juga saya dibuatnya. Kulitnya terlihat lebih putih dari terakhir kali saya melihatnya berbulan-bulan yang lalu. Dan ia tak menangis, suatu ketakbiasaan bagi anak kecil yang bagun tidur. Saat itu mbah buyutnya mencoba menghiburnya ketika saya datang. Langsung sok akrab tidur di sampingnya dan mulai menyapa-nyapa mencoba menghiburnya untuk menghasilkan senyum. Tapi sayang, hasilnya justru berkebalikannya, sekarang ia malah menangis. Amboi, mungkin saya adalah orang asing baginya. Orang asing yang tiba-tiba saja hadir di sampingnya, laksana raksasa dari negeri antah berantah yang hendak mengusik ketentraman hidupnya. Maka saya pun mundur teratur, membiarkan neneknya yang dengan sedikit tergopoh mengambil alih persoalan.
Tapi selalu ada kesempatan kedua, kan? Nah, beberapa waktu kemudian lah kesempatan itu datang. Kali ini tokohnya bertambah satau orang lagi; keponakan saya yang termuda. Perempuan. Dan ini lah kali pertama saya melihatnya langsung. Bermula ketika dua keponakan kecil saya itu berkumpul di ruang tengah dan saya ditawari untuk menggendong si kecil, Azka namanya. Mudah saja, dan ternyata ia lebih koperatif dibandingkan keponakan saya yang satunya tadi, si Azmi. Ia anteng dalam gendongan saya dan beberapa kali saya menyorongkan muka untuk ia cium, ia ikhlas saja. Sampai kemudian saya lihat Azmi, yang sedang dalam gendongan yang lain, awas melihat gerakan saya. Mengikuti kemanapun saya bergerak-gerak. Semacam ada ketertarikan. Semacam ada keinginan untuk diperlakukan sama.
“hayooo, kepingin, ya?”, itu adalah godaan saya untuknya. Semoga saja ia bereaksi hingga tak lagi merasa asing dengan saya. Tapi ia tak bereaksi apa-apa.
Kemudian, setelah waktu dirasa cukup, ketika saya sudah agak pegal juga menggendong Azka, ketika Azmi dirasa sudah cukup waktu mengobservasi saya, saatnya dilakukan pergantian objek gendongan itu. Azka saya serahkan pada yang lain, dan saya mulai menggendong Azmi. Beberap detik berlalu sepertinya aman, ia tenang dalam gendongan saya. Sampai kemudian, suara tangisnya menggagalkan kesimpulan kepagian saya itu. Aih..aih, ia sepertinya masih belum merasa nyaman dengan saya. Kalau sudah begini, terpaksalah gendongan saya serahkan kembali.
Ajaibnya adalah, ketika gendongan itu berganti, Azmi seketika berhenti dari tangisnya. Saya yang merasa ‘tak terima’ diperlakukan sebagai orang asing itu, mulai melancarkan keanehan seperti yang sebutkan di awal tadi.
Mula-mula saya jabat tangannya. Mirip seperti orang yang sedang berkenalan. Tak lupa, saya pandang matanya dengan cara semenyenangkan mungkin. Lalu meluncurlah kalimat ini: “Perkenalkan, saya namanya iqbal. Sama seperti mbak puteri, manggilnya lek iqbal. Lek Iqbal itu adiknya ayah. Sekarang sudah kenal, kan? Ayo salaman lagi!”
Begitulah. Seperti itulah episode perkenalan itu. Saya agak-agak lupa persisnya monolog itu. Agak lucu memang. Apalagi di antara banyak orang. Tapi asyik juga sebenarnya.
Maka ini lah kemudian hasil dari itu semua; beberapa saat kemudian saya sudah ayik bermain merangkak bersama dengannya. Kali ini tak ada tangis meningkahi acara kita itu. Entah karena ini efek tadi, entah karena yang lain. Tak jadi soal. Yang penting saya senang melakukannya.
#episode pulang kampung
@ruang tamu
8 juni 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
62 comments:
hahaha... lucu juga! ah, sayang nggak ada fotonya yaa..
mau lihat wajah azka n azmi (ini namanya cocok juga kalo dijadikan anak kembar :D)
btw, kata temanku, anak kecil nggak terlalu suka memulai sesuatu dengan perkenalan: namanya siapa, namaku siapa. mereka lebih tertarik pada apa2 yang dia suka. entahlah.
wuih jadi ingat keponaan yg baru belajar bicara.. karena sangat jarang bertemu. ketemu suatu kali dia memanggil "Om Agus"...padahal itu bukan nama saya. :D
anak2 memang selalu menyenangkan.
sepengetahuan saya, indera pendengaran manusia mulai berfungsi sempurna, (bahkan) sejak dia usia 4 bulan di dalam kandungan ibundanya. itulah mengapa, ibu hamil 4 bulan ke atas sangat dianjurkan untuk tilawah dan memperdengarkan Al Quran pada janinnya.
jangan pikir mereka tidak tahu apa yang kita lakukan, ibarat spons yang masih baru, anak kecil (terutama balita) mampu menyerap (dan kemudian meniru) hampir 100% semua informasi yang dilihat dan didengarnya.
*Senyamsenyum*
lho, udah sampe rumah tho?
memang kadang anak kecil suka 'lupa' kalo pernah akrab.. hwhw
tapi ada anak yang nurutan banget.. gampang lengket.. *enak buat diculik ama aku*
saya juga suka banget sama anak-anak bayi ... he he he ...
lucu dan menggemaskan ...
hehehe..
Omnyah serem si,jadi takut duluan :))
kapan punya anak sendiri?:D.
@akuai...oh ya? Sahih g itu infonya? Tp mungkin saja sih
foto? Karena aq jarang2 nguplot foto, maka g usah saja
@yasirburhani... Untng saja g dipanggil 'agus..agus' (beserta gaya iklan)
@yasirburhani... Untng saja g dipanggil 'agus..agus' (beserta gaya iklan)
Hmm... :)
@akhwatzne...iya, betul banget, ida.. Sering baca di bukubuku..
Periode menentkan it, harus benar2 lah qt
@keluargabhgia... Komen panjangmu padahal kutaksir bkl tjdi, lbh dr skdar senyum2 :)
@berber... Sudahlah. Aih, jangan2 dirimu msk sindikat penculik it, ya?
hahah... ente dah jago, ngapain aku komen panjang2... sip2 lanjutkan!! :))
@hwwibntanto..iya, lucu dan menggemaskan
@megalatous...kenapa, rifa?
@luvummi...yeah! Td sore sudah mw digendong untk diajak jalan2. Oi, skrg diah benar2 jd kompor. Cariin ibunya dulu! :p
@rifzahra...ada apa dibalik 'hmm'mu, rif?
@danti...aha. Seperti it kah? Eh, bukunya bu ida nur laela yg kmrn aku baca, bgz jg tuh..
ahaha... masi mati lampu po? kan masing2 (calon) ortu unique on their own way... *halah, diulang2 :p
ya mana, bukumu aja dihibahkan kepadaku *masi blm minat membelinya :p
Ga apa2, ingen Oom Tegar aja :)
@danti..sudah nyala, kok.. Unik? Hoho
memangnya dirimu tw buku yg aku maksud kah? Isinya bkn pengalaman2 kyk mb asma kmrn, kok.. Ada, sih, tp sdkt.
@rifi...om tegar?haha. Ada miripnya kah? Haruse aq ajari kpnakanku manggil mcm2 ya?
La apa mang judule?
Opo yo? Smart parenting : menyayangi anak sepenuh hati..
Akuu pingiin punyaa bayii
*culik Ber-ber*
ya mana bukumu itu hibahkan saja kepadaku *keekeuh :))
@danti....jiah, aku kan jg ingn kami nantinya masih bisa membaca2nya..haha
@mlmbln...cari dulu si bapaknya bayi
hahahahahha... siapa Bal? kami? cie cie... :))
iya neng, sabar yaak *hwe?
Hehe.. Kalo 'kami' kan tak melibatkan pembaca.. Daripada 'kita', kan? G enak jadinya..
pernah dikasih tau teman. Dia dikasih tau sama pakar anaknya langsung. Kak siapaa gitu. Lupa!
Untuk seumuran bayi, perilakumu (yg mengajak berkenalan) mungkin jarang dipraktekkan, tapi biasanya ke batita kita suka ngajak kenalan, 'namanya siapa?' nah, sebaiknya ini bukan jadi pertanyaan awal. Diganti dengan 'suka makanan apa?' atau kesukaan lainnya.
Kalau aku malah, "halo, bayi (nama). Jalan yuk!" ;)
Uow.. Bgtu. Tp aku tak tanya2 nama, kok. Kan sudah tw. Tp aku yg memperkenalkan diri..(beda g)
tp btw, si azmi sudah lengket kok sama paman asingnya
kata si baby: 'jalan2 ke mall yaa tante? Beliin buku..'
@mlmblnbr...hehe. Diajak bekpeker, yo?
kadang di depan bayi,org dewasa sering melakukan hal2 aneh tanpa malu2 biar bayinya ketawa. Entah sadar atau tidak. Hehehe..
ih tante genit... :p
haha :))
Iqbal lucu iki, aslii...!! hadoh2... :D
@danti: qeqeqe genit piye :p
aku malah rencana meh ngajari bayiku mendengarkan musik rock sejak dini \m/ ngko perihal inputan islami men bapake *bagi tugas*
La itu ngajak nge-date anak bayi :P
Wahh... anake metal... :))
Hi hi .. Lha nek ngejak nge-date mas" aku kan isiiin ")
ho oh.
Eh tapi rapopo, adike sik dideketin, buat masnya si adek terkesan dulu *halah :p
Ahahaha .. Wegah, ah. Aku males berusaha membuat orang terkesan, soale aku uwis memesona dan mengesankan alamiah.
Sakjane aku ora isa bersikap bermanis-manis :p
biasa apa anane, Dant.
Aih, aku suka wanita yang apa adanya... *Haha :p
Sayang, aku hanya suka pria.
Hahahaha ayo mulih, ngrusuh wae ning kene *geret Danti*
:)) :)) :)) :))
Emoohhh.... huaaa...wawa.... *ngesot karo nangis2...
Perlu lapor kepolisian, nih! Ada yg membuat kerusuhan di rumah orang
dan menjadi begitu membahagiakan lah kala si bayi mulai tertawa-tawa
jiah..tapi jangan sampai yang diajarkan si bapak dan si ibu bertolakbelakang, ya, bu?? tapi saling melengkapi, saling mendukung... sukses dengan bayinya :p
ha ha..benarkah?
#terharu
film terbaru kita: "Misteri Danti Ngesot"
Iqbal sutradarane :D
:))
disponsori oleh fatimah salon..he he (betul nggak namanya?)
betul2.... :D
Oke! Sgra saja kirim dana segar.. Haha
dan semakin si bayi tertawa, semakin anehlah tingkahnya.., semakin menjadi-jadi... hehehe
kalau begitu, marilah kita aneh berjamaah..ha ha
jiah...aneh kok ngajak-ngajak
Biar 27 derajat, rif. Haha
he? 27 derajat?
Kalo bjamaah kan dapat 27... :)
Oo...*manggut2
Manggut2nya jangan kenceng2, ntar kebentur meja..
Post a Comment