Suamiku, Telah kutulis puisi-puisi itu sejak usiamu 26 tahun Ketika pertama kali kita bertukar senyum Pada jarak pandang yang begitu dekat
Kau ingat Saat kubisikkan mungkin aku tak perlu matahari, bulan atau bintang lagi Cukup kau, cahaya yang Dia kirim untukku Ah, apakah kau masih menyimpan puisi-puisi itu?
Dua belas tahun kemudian Aku masih menikmati mengirimi puisi Hingga hari ini Aku pun menjelma hujan yang enggan berhenti di berandamu bersama angin yang selalu kasmaran
kau tahu, aku masih saja menatapmu dengan mataku yang dulu lelaki sederhana berhati samudera yang selalu membawaku berlabuh pada-Nya
pada berkali masa, kau pernah berkata: “aku tahu, aku hanya ingin menikahi jiwamu selalu”
8 comments:
kenapa buku nikah lagi?
Suamiku,
Telah kutulis puisi-puisi itu sejak usiamu 26 tahun
Ketika pertama kali kita bertukar senyum
Pada jarak pandang yang begitu dekat
Kau ingat
Saat kubisikkan mungkin aku tak perlu matahari, bulan atau bintang lagi
Cukup kau, cahaya yang Dia kirim untukku
Ah, apakah kau masih menyimpan puisi-puisi itu?
Dua belas tahun kemudian
Aku masih menikmati mengirimi puisi
Hingga hari ini
Aku pun menjelma hujan yang enggan berhenti
di berandamu bersama angin yang selalu kasmaran
kau tahu, aku masih saja menatapmu
dengan mataku yang dulu
lelaki sederhana berhati samudera
yang selalu membawaku berlabuh pada-Nya
pada berkali masa, kau pernah berkata:
“aku tahu, aku hanya ingin menikahi jiwamu selalu”
(dibuat resensinya dong, iqbal!)
eh, tantangan bukunya jadi 99...biar cantik. Nggak seratus lagi
opo se, Bal. ndang maca, ndang digae resensine
wes yo! wes diwoco...
jare aku arep dikei buku terbaru.....
(eh, urung turu kah?)
yo ndang digae resensine
sapa sing jare? ih ...
pun tilem nu. saiki jatahe jaga siskamling
la, kan dulu pernah bilang mau ngasih buku terbaru.... yang terbit februari itu....
dialamatke pasuruan jg gpp..
Post a Comment