Tak ada yang aneh dari kata ini selain ia memerlukan jawaban saat terlontarkan. Tak sulit pula sebenarnya menjawabnya, tak seperti kata ‘mengapa’ yang membutuhkan ‘karena’, maka ‘kapan’ ini hanya membutuhkan keterangan waktu sebagai jawabnya. Sebab, karena memang kata ini, sesuai yang dimaktub dalam kamus besar bahasa indonesia,memiliki arti sebagai kata tanya untuk menanyakan waktu. Maka hari, atau tanggal, atau tahun, atau bahkan jam kerap kali menjadi jawaban atas pertanyaan ini. Tapi tentu saja tak melulu itu, sebab kata keterangan waktu memang juga tak melulu itu. ‘setelah saya melesaikan semuanya’ atau ‘saat semua persyaratannya terpenuhi’ pun sah-sah saja bila digunakan sebagai jawaban atas kata kapan yang terlontarkan.
Dan inilah seninya. Hari, jam, tanggal, ataau tahun, adalah sebuah kepastian. Atau anggaplah seperti itu. Ia independen, yang jarak menuju itu ditentukan oleh pergerakan benda-benda langit. Bukan oleh manusia, atau pemecahan sebuah masalah, atau yang lain. Jika ada yang bertanya ‘kapan’ lalu kau menjawabnya dengan ‘besok’ maka itu artinya yang ditanyakan dengan bantuan ‘kapan’ itu diharapkan (kalau tidak dipastikan) terealisasi sehari setelah hari ini. Tapi jika kau menjawabnya dengan ‘bila semuanya telah beres’ itu adalah jawaban ketidakpastian. Meskipun tak berarti lama. Karena sifatnya yang tergantung. Tergantung dengan keberesan semuanya. Maka untuk memastikannya, butuh kata ‘kapan’ lagi : ‘kapan semuanya beres?’. Selesai? Belum tentu juga. Tergantung keterangan waktu yang dijawabkan atas pertanyaan itu.
Begitulah. Kata kapan ini tiba-tiba memfobia. Tiba-tiba dihindari oleh sebab ketaktahuan dengan keterangan waktu apakah ia harus dijawab. Mau dijawab dengan sebuah tanggal tentu saja tak mungkin, sebab belum ada kepastian tentang hal itu. Dijawab dengan ‘masih dalam proses’ tentu saja kurang sreg saja. Itu sama sekali tak menjawab pertanyaan. Bukan karena tak ada keseriusan untuk merelaisasikan apa yang ditanyakan dalam kata ‘kapan’ itu. Bukan! Sungguh ingin betul segera menuntaskannya hingga akan dengan wajah sedikit tegak menyebutkan sebuah hari atau tanggal untuk kata ‘kapan’ yang dilontarkan. Hanya itu tadi, ini butuh keputusan-keputusan selain kegigihan. Juga daya tahan untuk mencoba dan mencoba. Tak melulu soal menunggu hingga putaran jarum jam yang menjawabnya. Butuh kelengkapan data, butuh kecepatan sarana, juga butuh kecermatan yang nyata. Maka jelas, independensinya sangat-sangat kecil. Banyak hal lain memengaruhinya. Maka sulit pula menjawab kapannya.
Sudah berhari-hari kata kapan itu tak muncul. Tapi pagi itu jebol juga.
“CFD-nya ini kapan selesai?”, demikian pertanyaan sederhana itu terlontar di meeting pagi harian pada akhirnya. Nah...mau kujawab apa coba. Tentu saja tak bisa menentukan tanggal. Ada kesulitan tak terprediksi di tiap tahap penyelesaiannya. Ingin rasanya menjawabnya dengan kalimat begini: ‘saat saya telah berhasil merunningkan programnya’.
34 comments:
ati2 jurig pertamax
Tak ada yang aneh dari kata ini selain ia memerlukan jawaban saat terlontarkan. Tak sulit pula sebenarnya menjawabnya, tak seperti kata ‘mengapa’ yang membutuhkan ‘karena’, maka ‘kapan’ ini hanya membutuhkan keterangan waktu sebagai jawabnya. Sebab, karena memang kata ini, sesuai yang dimaktub dalam kamus besar bahasa indonesia,memiliki arti sebagai kata tanya untuk menanyakan waktu. Maka hari, atau tanggal, atau tahun, atau bahkan jam kerap kali menjadi jawaban atas pertanyaan ini. Tapi tentu saja tak melulu itu, sebab kata keterangan waktu memang juga tak melulu itu. ‘setelah saya melesaikan semuanya’ atau ‘saat semua persyaratannya terpenuhi’ pun sah-sah saja bila digunakan sebagai jawaban atas kata kapan yang terlontarkan.
Dan inilah seninya. Hari, jam, tanggal, ataau tahun, adalah sebuah kepastian. Atau anggaplah seperti itu. Ia independen, yang jarak menuju itu ditentukan oleh pergerakan benda-benda langit. Bukan oleh manusia, atau pemecahan sebuah masalah, atau yang lain. Jika ada yang bertanya ‘kapan’ lalu kau menjawabnya dengan ‘besok’ maka itu artinya yang ditanyakan dengan bantuan ‘kapan’ itu diharapkan (kalau tidak dipastikan) terealisasi sehari setelah hari ini. Tapi jika kau menjawabnya dengan ‘bila semuanya telah beres’ itu adalah jawaban ketidakpastian. Meskipun tak berarti lama. Karena sifatnya yang tergantung. Tergantung dengan keberesan semuanya. Maka untuk memastikannya, butuh kata ‘kapan’ lagi : ‘kapan semuanya beres?’. Selesai? Belum tentu juga. Tergantung keterangan waktu yang dijawabkan atas pertanyaan itu.
Begitulah. Kata kapan ini tiba-tiba memfobia. Tiba-tiba dihindari oleh sebab ketaktahuan dengan keterangan waktu apakah ia harus dijawab. Mau dijawab dengan sebuah tanggal tentu saja tak mungkin, sebab belum ada kepastian tentang hal itu. Dijawab dengan ‘masih dalam proses’ tentu saja kurang sreg saja. Itu sama sekali tak menjawab pertanyaan. Bukan karena tak ada keseriusan untuk merelaisasikan apa yang ditanyakan dalam kata ‘kapan’ itu. Bukan! Sungguh ingin betul segera menuntaskannya hingga akan dengan wajah sedikit tegak menyebutkan sebuah hari atau tanggal untuk kata ‘kapan’ yang dilontarkan. Hanya itu tadi, ini butuh keputusan-keputusan selain kegigihan. Juga daya tahan untuk mencoba dan mencoba. Tak melulu soal menunggu hingga putaran jarum jam yang menjawabnya. Butuh kelengkapan data, butuh kecepatan sarana, juga butuh kecermatan yang nyata. Maka jelas, independensinya sangat-sangat kecil. Banyak hal lain memengaruhinya. Maka sulit pula menjawab kapannya.
Sudah berhari-hari kata kapan itu tak muncul. Tapi pagi itu jebol juga.
“CFD-nya ini kapan selesai?”, demikian pertanyaan sederhana itu terlontar di meeting pagi harian pada akhirnya. Nah...mau kujawab apa coba. Tentu saja tak bisa menentukan tanggal. Ada kesulitan tak terprediksi di tiap tahap penyelesaiannya. Ingin rasanya menjawabnya dengan kalimat begini: ‘saat saya telah berhasil merunningkan programnya’.
gambar diambil dari sini
he he...berhubung latihan maka nggak papa mbak...
ini inet lemot nekat ...
kapan ya xixix
doakan segera saja, mbak..
ho ho (lo?)
kapan menggenapkan setengah dien :D ?
Kalo baca cuma stngah dikira ditanya kapan merit hehe
Iya, Mbak Ari, saya baru baca judulnya aja, blm baca keterangan selanjutnya... *masih dlm proses baca, hehe...
kapaaaannn....
ini ngomongin apa sehhh..? gak mudheng... :(
wakakak, pertamax-nya amankan dulu tuh ;-)
Yuk? *lho?
mulai panas niy lomba hihih
nah, kapan ini yg termasuk agakagak dihindari... disenyumi saja kala terlontar...
(sekarang pede ya nanya gituan? ho ho)
he he..iya... sengaja
di sebuah waktu yg tepat :)
cak n yuk
perlu kipas berarti----
wah nek wis mulai lombane ke-dis iki
lek lomba dostrategiin lah
menghibur diri yaa? haha..
nggak kok.. aku sadar kalo di rumah sulit utk dpt pertamax
Kapan ---> pertanyaan yg takkan pernah usai. Dulu : kapan lulus? Kapan wisuda?, setelah itu : kapan kerja?, sekarang pas udah kerja : kapan nikah?
terus kapan punya momongan? kapan ini punya adek.....
Tuh kan bener ga selesai2...hehehe :D
kalo kunkun jawabnya gini: saat kau tak lelah mendoakan lelaki ini..
ha ha
wah, jawaban yang diplomatis tuh :)
kalo saya milih jawab : "ini juga lagi ikhtiar...doakeun atuh..." sambil senyum n ngeloyor....hehehe :p
pertanyaan itu mungkin suatu saat bakal menyebalkan... saat ini sih masih senyum2 saja
waaahh... jurig pertamaxnya ikut latihan juga ya Mbak Intan..:)
Om Iqbal, afwan kayaknya nt kena diskualifikasi.. :( ada yg komenin pertama...
wkwkwk. Yg komen ati2 jurig pertamax malah jadi pertamax sendirinya.
eeh..ini kan latihan.. jadi memang sengaja menyenangkan pemburu pertamaks..ha ha
@atik...kok sekarng pada manggil om semua.. Berasa tua jadinya :)
lah, emang udah tua kan? :))
@ai...begitukah?hoho.. tp ada lo g om lbh tua kponakannya
Post a Comment