Sunday, December 9, 2007

PUISI KENANGAN

    

Gerimis Empat Tahun Lalu

Dari halaman yang dulu :

Sepasang kursi lapuk yang tak pernah

kita duduki membaurkan perjalanan, harapan,

dan catatan hidup yang lowong. Sejak seperti kemarin saja

karena gerimis telah menghantarkan kilatan

dan jalan yang licin tak mampu membendung konvoi mobil

yang melaju. Mungkinkah

kata-kata terpencil dari maknanya

di rahimnya sendiri


Dalam gerimis berbeda

dan bau tanah yang menidurkan lolongan serigala

semuanya telah menyaksikan pergumulan

pena menyergap nasib, atau

setumpuk buku telah penuh dengan aksara. Tapi kita

belum berujung

dan seorang dalam gerimis dahulu akan

melangkah dengan seragam putih bersih

di koridor rumah sakit yang riuh


Saat itu

jangan beri aku obat yang lain

ba’da sholat subuh

19 juni 2006

1 comment:

aji mustopa said...

dulu adlah hal-hal indah saat aku bersama ibuku, bapakku, aku sekarang mengerti betapa semua keindahan itu tidak akan sselamnaya ada. aku ahrus mandiri, biarpun iru pahit tapi itulah warna hidupku kini, walupun ibuku, bapakku tetap ada, aku harus tetap melalui kemandirian