Friday, July 18, 2008

Susahnya Menerima Penjelasan

Dulu, saya kira itu tak pernah nyata. Saya kira itu hanya ada dalam cerita-cerita saja, dalam adegan sinetron-sinetron picisan, hanya akal-akalan sutradara, hanya sebagai upaya mendramatisir cerita. Biar serulah, biar ada gregetlah, atau bahkan biar membuat orang yang nonton marah-marah.

Si cewek berjalan cepat. Si cowok mengejar. Meraih pundak si cewek. Membalik badannya .  Memaksanya untuk saling bertatapan (tapi sia-sia karena si cewek sudah keburu melempar muka ke sisi lain). Menarik nafas sebentar. Lalu dengan wajah sedikit memelas berucap, “Tolong dengarkan dulu penjelasanku. Itu semua yang kau lihat--?”.

Memotong. Belum selesai si cowok berucap, si cewek sudah memotong, Kali ini menatap tajam wajah si cowok “Tak ada lagi yang perlu dijelaskan. Semuanya sudah jelas. Dengan mata kepalaku sendiri. Aku sudah melihatnya sendiri. Teramat jelas. Seharusnya sejak dulu aku percaya dengan berita itu. Desas-desus itu. Ah sudahlah!!”.

Si cowok hanya hanya bisa memandang, tak percaya bahwa itu bisa serumit ini, “Tapi, tidak semua yang kau lihat benar. Biarkanlah aku memberi penjelasan. Sedikit saja. Setelah itu, terserah kau ingin menilaiku bagaimana”.

“Apa bedanya? Itu tak akan merubah apa-apa”

“Tapi…..”

“Sudahlah!!! Aku masih banyak urusan. Jangan pernah mencoba menghubungiku”

“Tapi…….”. Hanya suara menggantung. Hanya menandai sebuah kekalahan. Padahal, ah bahkan  penjelasan itu belum terucap.

 

Sangat sering sekali bukan adegan seperti itu kita lihat di sinetron-sinetron kita. Adegan yang seringkali membuat yang nonton jadi gregetan (apalagi kalau memang prasangka si cewek keliru). Ikut-ikutan mengumpat dalam hati “apa susahnya sih menyediakan beberapa menit untuk menerima sebuah penjelasan”.

Baiklah saya tak ingin membicarakan panjang lebar hal itu. Itu semua hanya rekaan. Sedang yang terjadi ini benar-benar nyata. Ternyata hal seperti itu juga banyak sekali di dunia nyata. Benar mungkin kalau dikatakan kalau fiksi itu terkadang lebih fakta dari kenyataan itu sendiri.

Ternyata, memang ada orang yang begitu bebal untuk sekedar memperoleh sebuah penjelasan. Terlalu percaya dengan apa yang dilihat, apa yang dirasakan. Lebih suka hidup dalam anggapan-anggapannya sendiri, nyaman dengan penjara prasangka yang ia bangun sendiri. Tak boleh ada yang memberi penjelasan apa-apa. Semuanya salah. Sepatah katapun tak boleh.

Maka tak ada yang bisa diperbuat ketika kau menghadapi orang semacam ini. Mengalah, atau kalah. Bahkan saat kau diberi sedikit waktu untuk berucap, mencoba memberi sedikit penjelasan, ia sudah terlebih dahulu menembok rapat dirinya dengan sebuah anggapan, “apa sih yang kalian omongkan?”. Dan, penjelasan itupun tak akan pernah sampai. Sampai kapanpun tak akan pernah.

Mungkin mudah, saat orang ini adalah orang kebanyakan. Orang-orang kebanyakan yang nyaman dengan sangkaannya sendiri. Cukup ditinggal saja, itu mungkin alternatif terakhir yang bisa dilakukan. Tapi, bagaimana jika orang itu adalah seorang yang terhormat, yang begitu wah dengan sebutan-sebutan yang disandangnya. Sedangkan kau hanyalah seorang anak bau kencur yang mencoba mengutarakan sedikit pengetahuan yang dimiliki. Sedikit penjelasan saja. Mencoba mengajak untuk merekonstruksi sebuah kebenaran. Kebenaran bersama.

“Lihatlah apa yang dikatakan, jangan melihat siapa yang mengatakan!”. Terasa sekali, petuah sederhana ini kian asing dimakan zaman. Keangkuhan.

Lalu kapankah penjelasan-penjelasan akan sampai pada orang semacam ini. Kebenaran-kebenaran lain, yang mungkin jauh lebih benar. Semuanya serba menurutnya, bahkan kebenaran itu sendiripun adalah kebenaran menurutnya.

12 comments:

'Titin Fatimah' said...

nice writing... TFS :-)

AdiT ^__^ said...

mungkin scara psikis dia udah 'bega' (males bangett..)
dan yang pasti...saat itu emosi sudah menguasai seluruh indera dan hati menuju rasionalitas yang kosong...

iqbal latif said...

sama-sama mbak.

iqbal latif said...

begitu ya.
tp perasaan orang yg satu ini, g emosi g biasa, ya selalu gt. he..he

AKP Yudi Randa said...

sok atuh bikin novel..:)

iqbal latif said...

he..he
(baru saja tanya arti "sok atuh" ke temen yg dr jabar)

fifi hasyim said...

mang jelasin apaan mpe gak didengerin (he...hal berat pasti)?. sambiL bcanda gtu biar dy maw pasang telinga...(hwehehehe....salah y?)

abdul halim said...

O.........mplong

iqbal latif said...

becanda???
he....he...gak kebayang jadinya

abdul halim said...

alah...
tidak semua perlu dikatakan dan dijelaskan tetapi perlu dimengerti. entar juga klo dah waktunya akan tersampaikan sendiri.

ilalang hijau said...

ah sudahhlaahh...pergi sajah darikuu...!

*hehe..sinetron ala punjabi banged..;p*

iqbal latif said...

iya yah..