Monday, January 5, 2009

Ketika kami sungguh keterlaluan ya Allah

Masaku mungkin bukanlah masa menyaksikan burung-burung beo ramai menjarah jagung di sawah. Masaku mungkin  bukanlah masa melihat burung gelatik terbang rendah di hamparan padi. Masaku mungkin juga bukanlah masa merasai ikan-ikan berkecipak di beningnya sungai.  Atau menemukan begitu banyak sarang burung di pucuk pelepah salak.  Atau hal yang lain. Atau juga hal-hal lewat yang lain. Tapi masaku, adalah masa dimana aku masih sempat menyaksikan begitu banyak burung-burung manyar membuat sarang di pelepah daun pohon kelapa depan langgar. Sambil menunggu bedug maghrib, takjim menatap burung-burung kecil itu begitu piawai menjalin ilalang-ilalang menjadi sarang yang kokoh. Masaku, masa kecil itu, bagaimanapun juga adalah masa dimana aku masih sempat (sejarang apapun itu) melihat tupai-tupai berlompatan di rimbun bambu, atau mendengar celotehan sepasang burung sri gunting yang sedang bertengger di dahan tertinggi, atau sekedar melihat trenggiling, luak, bulus, burung hantu, kepodang, serta nama-nama asing yang lain.

Tapi kini, masa apakah ini? Apakah yang masih sempat dilihat? Apakah yang sekarang masih bisa dilihat langsung keponakan kecilku yang baru menjejak tk? Atau kelak, apa pula yang masih bakal sempat ditemui anak-anak kami ketika mereka mulai melihat dunia?
Ya Allah, ketika kami sungguh keterlaluan, ketika kami tak pernah sekalipun merasa cukup. Ketika tiap hari, deru gergaji mesin menumbangkan satu persatu pohon-pohon tinggi desa kami. Habis yang tinggi, maka beralih ke pohon-pohon agak tinggi . Dan begitulah seterusnya. Merobohkan semuanya. Tak lagi menyisakan dahan tinggi untuk burung-burung bernyanyi di pagi hari.

Dan sayangnya, bukan hanya itu, bukan hanya karena kian menghilangnya habitat-habitat itu semuanya menjadi tiada. Beberapa orang ternyata juga bangga menenteng senapan angin kemana-mana. Menembaki burung-burung, tupai, serta hewan lain yang bisa ditembak. Menyembelihnya, memakannya. Mereka bahkan tak risih untuk menenteng-nenteng musang. Atau nyambek hasil buruannya. Kemudian mengulitinya. Kemudian memakannya ramai-ramai (ya Allah, sekecil apaun pengetahuan itu, mereka sebenarnya mengerti, hewan-hewan itu pemakan daging, bangkai pula. Mereka juga tahu,hewan-hewan itu bercakar, bertaring pula. Tapi ah, bagaimana mereka akan hirau dengan itu. Bagaimana mereka sempat memperdulikan hal itu).

Lalu, apakah akan tiba masanya, hanya cericit tikus yang akan meningkahi malam. Merusak pepadian di sawah. Menjarah rumah-rumah. Ketika keseimbangan itu mulai bubrah. Ketika rantai makanan itu sempurna tersendat. Ketika salah satu komponen penyusun rantai makanan itu membantai segalanya.

Anakku, kalaupun memang begitu, kelak, biar kuceritakan saja masa itu. Menjelang tidurmu.

10 comments:

ladies me said...

dalem banget kata2nya.....T_T...aku juga sering melihat orang2 yang bawa senapan terus menembak burung-burung hanya untuk kesenangan,kata mereka itu HOBI....fiuhhh...nggak nyangka juga mas iqbal ternyata peduli dan memperhatikan hal seperti itu...rasanya setiap kejadian sesimple apapun bisa dijadikan tulisan,dan setiap kata2 didalam tulisan mas iqbal itu bisa menyentuh hati...TOPS BANGEUD....^_^
ditunggu tulisan berikutnya yahh mas...hehehe

Atik Savitri said...

Nuansa biologi-nya kental bgt :D
Benar sekali, gmn nasib anak cucu qt jika lambat laun bumi ini semakin mengalami degradasi ke-alamiah-an krn keserakahan manusia..

Prasetyo Wibowo said...

rawa2 tempat bernaung para gagak pun kini tlah berganti jadi real estate megah ...

hehe, buat anak2 masa depan, kita siapin tuh dvd discovery yang banyyakkkk n sesekali naek gunung n menginap di perkampungan safari ... wakaka :D

Anisa Nisa said...

: ( iyaaa

iqbal latif said...

ha ha
iyakah??? harusnya sih semua peduli.....wuihhhh akhir2 ini jengkel sama orang2 kampus (nggak tw sih sapa yg berwenang) yg seenaknya sendiri nebang2 pohon

iqbal latif said...

he he..mentang2 orang bilogi nih ye...

iqbal latif said...

ITS itu kan dulu juga rawa-rawa yah?? tapi burung2 aman kok g ada yg berani nembak... SKK nya galak2

iqbal latif said...

kalo di taiwan masih banyak tupai ya mbak??

ladies me said...

sabarrr...sabar...orang sabar disayank Allah...^_^
padahal aku sendiri orangnya gak sabaran...hihihi....

^_^ PEACE

ali hadun said...

wahai kaum berhidung pesek,tuhan kurang suka dengan kalian
buktinya kalian sebagai insan yang serba dikurangi
hidung amblas kedalam.tubuh pendek kecil kurang gizi dan vitamin.
warna kulit kusam dekil tak sedap dipandang,otak dikurangi bodoh gak ketulungan.
walaupun mereka punya kaca tetapi mata mereka tak mampu melihatnya.
maha besar allah yang mencipta semua ini
alhamdulilah tuhan telah menhukum hamas dan melapangkan jalan bagi bani israel.
semoga tuhan terus melindungi umat pilihanmu ya tuhan dan berikanlah kebodohan kepada bangsa yang memang tidak kau sukai
berikanlah azabmu pada kaum ikut2an.sebagai mana tsunami dan gempa jokja.mereka adalah bangsa miskin dan bodoh.
doa.bukanlah senjata.akal fikiran dan kepandaian lebih ampuh.biarkanlah bangsa2 munafik itu bersetru satu sama lain.
amin ya robbal alamien