Wednesday, January 14, 2009

Percakapan Imaji

....................................................
....................................................
....................................................
...................................................
(Ikut-ikutan bang tere buat yang ginian...he he) .........................................................................

“Mengapa kau datang malam ini?”
“...”
“Mengapa kau datang larut malam begini?”
“..”
“HAI!”
“Assalamualaikum”
“Ya , wa’alaykumsalam. Cepat katakan apa maumu”
“Bukankah dulu-dulu aku selalu datang?”
“Ya, tentu saja aku masih ingat. Tapi itu sudah bertahun-tahun yang lalu”
“Tidak, baru kemarin saja aku datang”
“Hei, jangan bercanda”
“Bagaimana kau bisa lupa?”
“Lupa? Bagaimana aku bisa lupa. Atau, hei! Apakah tidak kau sendiri yang     lupa? Bagaimana kau bisa menganggap kemarinmu adalah kemarinku”
“He..he. Oh ya”
“Cepat, katakan maumu. Kenapa kau tiba-tiba kembali?”
“Ada dua hal”
“Selalu saja kau begitu. Cepat sebutkan!”
“Yang pertama karena kau tidak bisa tidur malam ini”
“Hei apa urusanmu dengan ini?”
“Ini tidak bisa tidurmu yang pertama sejak kemarin. Atau bertahun-tahun yang     lalu menurutmu”
“Benarkah? Lalu apa hubungannya denganmu?”
“Terakhir kali aku datang menemuimu saat kau tak bisa tidur”
“Lalu apakah kau kali ini berharap aku mau berbagi kembali denganmu?”
“Benarkah kau masih memikirkan itu?”
“Bukan urusanmu!”
“Kau selalu tak bisa tidur saat memikirkan sesuatu”
“Mungkin”
“Apakah kau mau berbaginya kembali?”
“...”
“Terakhir kali kau tak bisa tidur juga memikirkan itu”
“Hei, dari mana kau tahu?”
“Apakah kau lupa siapa aku?”
“Oh yah, tentu saja kau selalu tahu. Tapi tetap saja aku tak akan berbagi denganmu”
“Aku tahu”
“Tapi kau tak bisa merasakannya”
“Aku mengerti”
“Apa yang kau mengerti? Lalu kenapa kau datang menggangguku sekarang jika kau mengerti?”
“Siapa bilang aku mengganggu?”
“Tentu saja aku”
“Apakah kau memang terganggu?”
“Hei, kau tahu aku bisa marah”
“Maaf. Apakah memang tak bisa tidur ini menyenangkan?”
“....”
“Apakah memikirkan sesuatu itu menyenangkan? Hingga bahkan kedatanganku ini mengganggu”
“Mungkin”
“Apakah memang yang selalu mengganggu menurutmu memang sebenarnya mengganggu?”
“Jangan berfilosofi denganku”
“Baik”
“Cepat katakana apa alasanmu yang kedua”
“Beberapa orang berdo’a untukmu malam ini. Beberapa orang tak memejamkan mata untuk hal lain. Untuk hal yang lebih berguna?”
“Siapa?”
“Yang pertama tentu saja ibumu. Ia menangis malam ini. Berdoa panjang untukmu”
“Benarkah?”
“Tentu saja. Ia tak pernah lupa mendoakanmu. Hanya saja malam ini doanya begitu menggetarkan. Hingga aku berbaik hati menemuimu”
“Apa saja yang ia doakan?”
“Kenapa kau tiba-tiba saja jadi orang bodoh? Tentu saja semua tentang kebaikanmu. Dan kebaikanmu bisa saja tak terasa baik buatnya. Tapi tetap saja ia mendoakan itu”
“ Ibuku memang ibu nomor satu”
“Tapi sayangnya kau anak yang tak tahu malu. Bagaimana mungkin kau lupa mendoakannya minggu-minggu belakangan ini?”
“....”
“Sudah, jangan menangis!”
“Aku tak menagis”
“Tapi matamu berair”
“Apakah kalau berair itu pasti menangis?”
“Kini kau yang berfilosofi”
“Ya sudah. Lanjutkan! Siapa lagi yang mendoakanku?”
“Aku tak boleh menyebutkannya”
“Kenapa?”
“Ia, atau lebih tepatnya mereka tak menginginkan ada yang tahu?”
“Kenapa?”
“Kenapa kau sekarang hanya pintar bertanya? Tentu saja karena memang mereka tak mengharapkan apapun dari doanya. Hanya kebaikanmu. Bukankah kau sering berdoa untuk orang-orang yang kau tak ingin orang lain tahu”
“ Ya aku tahu. Baiklah, apakah kau ada urusan lain. Aku mengantuk”
“Kau mengusirku? Sebentar lagi subuh”
“Terus kenapa?”
“ Lalu mengapa kau akan tidur?”
“Siapa bilang mau tidur. Apakah kalau mengantuk selalu harus tidur”
“Hei, sekarang kau yang sering memulainya”
“Sudah, pergi sana!”




9 comments:

AKP Yudi Randa said...

ah..iqbal nggak gitu deh hahahahahahaha

Gemma Ayu said...

-pusing-
@_@

iqbal latif said...

ha ha....
ini ngawur emang yud

iqbal latif said...

diminum dulu tuh aspirinnya mbak..he he

juditha elfaj said...

sebenernya bingung... Tp yah... dpt kok feel-nya. Nice!

ali hadun said...

wahai kaum berhidung pesek,tuhan kurang suka dengan kalian
buktinya kalian sebagai insan yang serba dikurangi
hidung amblas kedalam.tubuh pendek kecil kurang gizi dan vitamin.
warna kulit kusam dekil tak sedap dipandang,otak dikurangi bodoh gak ketulungan.
walaupun mereka punya kaca tetapi mata mereka tak mampu melihatnya.
maha besar allah yang mencipta semua ini

ladies me said...

bobokk ajahhh

iqbal latif said...

nggak ah!

ladies me said...

yasudahhh kalau begitu aku ndak bisa bilang apa2 lagi