Saturday, January 10, 2009

Tolong!!!! Jangan Tanyakan itu

Berbulan yang lalu, di suatu malam, beberapa saat setelah berita tak mengenakkan itu saya dengar , hal yang saya takutkan justru bagaimanakah menghadapi pertanyaan-pertanyaan ingin tahu teman saya di kampus esok. Saat itu menjelang batas akhir pengumpulan tugas akhir. Sedang sibuk-sibuknya menyelesaikan pra desain pabrik dan skripsi. Ketika kabar itu darang, saya pun sebenarnya sedang seksama mengamati deretan angka dan dan rumus-rumus panjang dalam kotak-kotak kecil excel. Mengerjakan pra desain pabrik. Seorang teman mengabarkannya. Langsung menelepon saya. Benar-benar berita mengejutkan yang tak mengenakkan. Ingin rasanya tak percaya, tapi itu benar-benar terjadi pada saya. Dan sudahlah, hilang sudah gairah melanjutkan mencermati angka-angka tadi. Saya terdiam, melongo, memikirkan banyak hal, membayangkan konsekuensi-konsekuensi kurang menyenangkan yang bakal terjadi. Lama sebenarnya untuk menemukan penjelasan atas apa yang terjadi itu, tapi kemudian ketakutan terbesarnya adalah seperti yang saya ungkapkan di atas tadi. Bagaimanakah menjawab pertanyaan ingin tahu teman saya esok. Saya masih terguncang, benar, tapi bukan itulah permasalahannya. Sedikit banyak saya sudah bisa menguasai diri kala itu, mencari-cari hal positif, hal-hal baik, tapi saya tak yakin untuk bisa menerima apa yang terjadi itu, jika kemudian akan banyak pertanyaan yang bakal mengungkitnya kembali. Dan yang paling saya khawatirkan adalah: kebanyakan dari pertanyaan itu adalah sebuah pertanyaan basa-basi. Pertanyaan yang diajukan sambil lewat. Saat ketemu di jalan. Berpapasan di koridor. Atau kebetulan ketemu di tempat parkir

Untunglah kemudian, esok paginya, ternyata tak banyak yang tahu berita itu. Atau mungkin tak ada. Bahkan, ketika saya masuk ke lab, yang kenetulan sudah banyak orang, semuanya biasa-biasa saja. Tak ada tatapan penuh tanda tanya. Atau prihatin. Atau menyelidik. Semuanya bias-biasa saja. Maka, baiklah! Inilah saatnya. Sebelum mereka mendengarnya dari sumber yang lain, biarlah saya sendiri yang mengabarkannya. Menjelaskannya. Menjelaskannya bahwa semuanya akan baik-baik saja (atau mungkin lebih tepatnya bahwa saat itu saya baik-baik saja). Berharap mereka tak akan bertanya dengan sebuah pertanyaan dasar yang justru akan amat berat untuk menjawabnya.

Hari kemudian berlalu. Jam-jam pertama yang memberatkan telah lewat. Satu dua hari juga terlampaui. Tapi konsekuensi dari semua itu, berita buruk itupun berhembus dengan cepat. Menjalar dari mulut ke mulut. Berkembang ke obrolan di YM. Maka pertanyaan-pertanyaaan berat itupun menjadi lebih kerap menyapa. Mulanya mungkin sebuah keprihatinan, atau simpati. Tapi menjadi berat saat ditanyakan sambil lalu tadi, setengah-setengah, sama sekali tak memberi penyelesaian, atau bahkan seolah tak membutuhkan jawaban. Mungkin sesekali sedikit terhibur dengan beberapa kawan yang begitu tulus bersimpati. Memompakan kalimat-kalimat penyemangat. Tentang bersama kesulitan pasti ada kemudahan.Tentang bahwa kadang Allah menguji hambanya dengan sesuatu yang berat sebelum memberikan sebuah kebaikan. Tapi tetap saja itu tak mampu menandingi gelombang pertanyaan sambil lalu yang datang lebih deras. Ingin rasanya tak menjawabnya. Apalagi hanya pertanyaan itu-itu saja yang terlontar. Berharap mereka mencari jawabnya sendiri. Pikir saya kala itu, sungguh saya mengerti kalian peduli dengan ini. Tapi ijinkanlah saya sejenak tak diganggu pertanyaan itu. Semuanya baik-baik saja. Amat baik, selagi kalian tak lagi menanyakan itu. Pertanyaan itulah yang membuat semuanya menjadi berat.

Dan seterusnya. Dan seterusnya. (tak perlu saya lanjutkan cerita ini)

Dan begitulah kawan, kadang memang seperti itulah kita. Kita ingin orang menganggapnya biasa saja. Bukan sebuah masalah besar. Tak ingin ada yang tanya hal-hal itu lagi. Yg standar. Kadang retoris. Sungguh, banyak hal lain yang bisa dilakukan sebagai sebuah bentuk kepedulian. Tapi bukan dengan pertanyaaan sambil lalu itu. Mulai bergerak dengan sesuatu yang lebih solutif, aplikatif, dan bukan sekedar basa-basi, itu jauh lebih baik. Lalu memang jika tak mampu dilakukan, maka diam pun itu sudah lebih dari cukup.

Pertanyaan-pertanyaan itu (yang entah basa basi atau tidak) sebenarnya banyak yang tak memerlukan jawaban. Kalaupun memerlukan, sebenarnya banyak yang bisa kita cari sendiri jawabnya. Bertanya ke teman dekatnya yang mengerti mungkin. Menganalisa sendiri. Menjawab pertanyaan yang itu-itu saja, apalagi jawabannya tak mengenakkan hati, akan sangat menyebalkan lama-lama bagi yang ditanyai..

Dan inti dari semua ini, mulai sekarang marilah kita memberi sesuatu yang lebih bermanfaat pada saudara kita yang tengah dirundung masalah (atau yang dianggap masalah). Bukan sebuah pertanyaan yang justru menambah beban itu. Jika kita memiliki kawan atau saudara yang juga belum menikah di usia yang sudah tak lazim, berhentilah untuk bertanya dengan pertanyaan : kapan nih menikah? Mulailah bergerak aktif, turut mencarikan jodoh yang baik. Karena kalau kita hanya sibuk bertanya tiga patah kata di atas, itu hanya menambah beban saja, kian menjatuhkan mental, atau membuatnya serampangan mencari jodoh. Atau yang lain, kepada saudara yang belum juga dikaruniai momongan, cobalah untuk tidak bertanya tentang kapan dapat momongan. Tentang sudah isi belum (padahal sudah jelas-jelas mengerti kalau tidak isi). Cobalah mulai lebih aktif membantu. Memberi saran-saran. Merekomendasikan terapi-terapi. Dan lebih dari itu, mulailah ikut andil menyertakan nama saudara kita itu dalam do’a-doa kita. Sungguh itu jauh lebih baik dari sekedar pertanyaan-pertanyaan yang sebenarnya tak membutuhkan jawaban tadi.



* di tengah ketidaknyamanan atas pertanyaan beberapa orang : sekarang sdh dimana?

23 comments:

Haerul ... said...

Iqbal jurusan teknik kimia ya?

iqbal latif said...

iya...mas khaerul juga ya...tw dari yudi

danu ardi kuncoro said...

wah...
Suara Persaudaraan - Galau.mp3
Free Mp3 Code @ www.codelagu.com

AKP Yudi Randa said...

hehehe bal..
remember..
orang yang cuma bisa manasin doang sebaiknya nggak usah digubris..biarin aja..mereka bisanya manasin doang nggak akan ngasih kita solusi.:)

danu ardi kuncoro said...

gak usah sedih...
jodoh gak kemana...

linda mayarni said...

kalo lagi dlm kondisi kek gitu,saya suka bilang..'mohon doanya yah..'

iqbal latif said...

iyah....
nggak lagi papa kok
pingin nulis tentang ini saja

iqbal latif said...

he he..
insyaAllah nggak lagi sedih...
dan insyaAllah nggak sedang mikirin jodoh (meski kudu dipikirkan jg)

iqbal latif said...

he he...iya....simpel tp ngena

fifi hasyim said...

sabar.

fifi hasyim said...

sabar.

iqbal latif said...

he he..tenang saja...tidak terjadi apa2 kok..
sabarnya berarti dobel nih ya??

Anisa Nisa said...

hm..... words can't bring you down

iqbal latif said...

hwe he..kenapa semua berpikir sy sedang "jatuh"...
tidak, semuanya baik2 saja. masih semangat. semangat nulis. semangat ngempi :p..
hanya ingin menuliskan ini saja,....

shofie syamwiel said...

semangat...jangan2 ntar kmu nduluin kakakmu yah??? yg d malang da pengen tuh....d bantuin taarufin po'o...ma sapa gitu..heheheheheh

iqbal latif said...

mohon do'anya saja.....(lo?)

shofie syamwiel said...

oke...tak doain....tpi jangan lupa undang2 lo ya....:d

khaleeda killuminati said...

Ya Allah, ana merasa sangat bersalah..
seringkali ana menanyakan hal ini pada mba2 yang belum menikah...
tidak maksud apa-apa, hanya ingin tahu saja (atau menggoda? astaghfirullah....)
jazaakallah dah diingatkan

ali hadun said...

wahai kaum berhidung pesek,tuhan kurang suka dengan kalian
buktinya kalian sebagai insan yang serba dikurangi
hidung amblas kedalam.tubuh pendek kecil kurang gizi dan vitamin.
warna kulit kusam dekil tak sedap dipandang,otak dikurangi bodoh gak ketulungan.
walaupun mereka punya kaca tetapi mata mereka tak mampu melihatnya.
maha besar allah yang mencipta semua ini

Permainan Zakati Education said...

Saya mengerti perasaan antum ^_^
La Tahzan.. smua orang mengalami
ntr abis itu kapan punya momongan, kapan anak kedua, kapan naik haji
dan bla bla..... dan itulah hidup,
atau gak ada topik lain heehhe

iqbal latif said...

wah....ini tulisan luama buanget

Permainan Zakati Education said...

hehee.. maap, ru baca
maksud e, yg nanya itu gak punya topik lain
jd ya itu itu aja

iqbal latif said...

he he...mungkin prasangka baiknya itu