Sunday, February 22, 2009

Seorang spesial di masjid deket kos

Dalam beberapa hal, saya adalah seorang pengamat yang baik. Benar-benar pengamat. Mengamati dalam artian sebenarnya. Melihat, memperhatikan, merasakan, atau membandingkan. Karena bagi saya itu menarik. Seorang teman bisa heran atas sebuah kesimpulan yang saya hasilkan atas sebuah tempat atau peristiwa yang sebenarnya kita tempati atau jalani bersama-sama. Teman ini memang tipe orang yang tak terlalu pusing dengan keadaan. Tak terlalu suka mengindahkan. Cuek.

Maka kegemaran ini, tak ayal menjangkiti saya dimanapun saya berada. Di mall (‘sebenarnya orang-orang yang kesini itu benar-benar mau beli sesuatu atau nggak ya?’, atau, ‘maghrib-maghrib begini mushola mall-nya kok sepi banget, padahal yg sedang belanja ramai’), di jalan (‘mengapa orang jadi berebutan membunyikan klakson keras-keras di detik pertama lampu hijau menyala, seolah mereka adalah seorang yg begitu menghargai waktu’, atau, ‘pernahkah anak-anak penjual koran itu membayangkan bahwa dialah yang sedang duduk nyaman di jok mobil itu dan sedang ditawari koran oleh orang lain’), di kampus (‘mengapa banyak sampah bekas makanan dan minuman bergeletakan di areal hot spot itu padahal pemakainya adalah orang-orang berkelas yg kesehariannya berbicara hal-hal ilmiah’, atau, ‘mengapa pihak kampus suka sekali menebangi pohon padahal di kelas-kelasnya mungkin saja sedang terjadi diskusi hangat tentang pemanasan global’). Serta tempat-tempat lain. Serta pengamatan-pengamatan lain.

Dan parahnya, kegemaran ini, masalah amat-mengamati ini, juga berlaku saat saya ada di masjid. Maka tak heran jika saya akan selalu mengedarkan pandangan tiap kali sampai di masjid atau tiap kali selesai mengucapkan salam penghujung sholat. Menatapi orang-orang. Mengamati tingkah polanya, kebiasaan-kebiasaan uniknya, atau pakain favoritnya. Dan kebiasaan itu, tak jarang menghasilkan kesimpulan-kesimpulan unik. Yang mungkin luput dari pengamatan orang.

Majid yang paling sering saya kunjungi namanya Baitul Muttaqin. Letaknya dekat dengan kos. Amat baik manajemennya. Tak perlu bingung lagi siapa yang bakal jadi imam (stoknya banyak). Tepat waktu mengumandangkan azan, tepat waktu pula mengumandangkan iqomah. Berjarak 10 menit. Selalu tepat. Sebab ada timer yang menghitung mundur waktu 10 menit itu. Terpampang jelas di depan. Dan kesimpulan unik itu, awalnya saya ragu. Pas awal-awal menjadi jamaah di masjid itu, sebenarnya kesimpulan itu sudah saya dapati. Tapi masih ragu. Mencoba mengamati terus. Hingga hari-hari berlalu, hingga berbilang tahun, dan kesimpulan itu tak berubah. Malah menguat.

Kesimpulan itu tentang seseorang. Seseorang yang bahkan namanya pun tak saya tahu. Hanya saya tahu dia saja. Tahu karena sesama jamaah masjid. Tahu karena sering bertemu. Tapi tak juga pernah bertegur sapa. Ada banyak hal yang memisahkan saya untuk melakukan itu. Seseorang itu seperti punya kehidupan sendiri.

Kesimpulan ini rentang kebiasan unik orang itu. Bermula dari kebiasaan saya mengedarkan pandangan seusai salam. Menoleh ke belakang mengamati siapa sajakah hari ini yang sholat di masjid, mencari tahu siapakah yang masbukh, mencari-cari anak kecil imut yang selalu diajak abinya sholat di masjid. Sekali, dua kali, hingga berpuluh kali mungkin tak ada kesimpulan yang saya dapat. Tak ada hal yang aneh. Tapi suatu saat, yang saya sudah lupa kapan, saya baru sadar kalau ada hal sama yang kerap saya temukan saat menoleh ke belaknag tiap kali usai salam : sesorang pria muda  yang selalu bangkit lagi untuk menambah satu atau beberapa rokaat yang tertinggal. Ia masbukh. Dan sesorang itu adalah seseorang yang saya singgung di awal tadi.

Aneh, begitulah yang terbersit pertama kali mendapati kenyataan itu. Maka setelah itu, saya selalu mencari-cari seseorang itu tiap kali usai salam. Sayangnya, yang saya dapatkan hanyalah penegasan atas kesimpulan saya yang pertama. Ia selalu tertinggal. Tak pernah saya jumpai ia datang sebelum iqomah dan berada di shof terdepan. Tak pernah pula saya jumpai ia tak menambah rokaat lagi. Bahkan untuk sholat yang paling ringan orang melaksanakannya di masjid, sholat maghrib, ia tertinggal juga. Ok, bagi siapa saja yang mengira ia adalah seorang yang ogah-ogahan datang ke masjid, maka itu adalah kesalahan besar. Karena tiap sholat subuh, saat terberat untuk orang menjangkau masjid, ia juga datang. Ia hadir dengan muka tak berekspresinya itu, muka dinginnya itu. Meski itu tadi, ia tetap saja tertinggal.

Iseng-iseng saya ceritakan kesimpulan saya ini pada seorang teman yang kebetulan jamaah masjid itu juga. Awal mulanya ia tak percaya. Hingga setelah beberapa kali pembuktian, kesimpulan yang sama ia utarakan; “iya yah..aneh orang itu”. Tapi sama seperti saya, ia tak berdaya menghadapi itu. Meski kita sama-sama berstatus sebagai jamaah masjid itu, kita seperti berjarak dengan orang itu. Sampai saya tulis ini, saya bahkan belum mendengar suaranya, tak tahu juga dimana ia tinggal, apa kesehariannya (sebenarnya ini misteri terbesar yg ingin saya tahu hingga kenapa ia selalu telat). Untuk menegurnya langsung? Mmmhhh....

“cari tahu nomornya saja, kita nasehati lewar SMS”, teman saya memberi usul
“caranya?”
“mmmmhhh”

Ada yang punya saran??

(*sebenarnya sih masalahnya ada pada keseriusan saya)

23 comments:

ladies me said...

Hmmm...biar tahu tempat tinggalnya,diikuti ajah dari belakang pas dia pulang..hehe
jadi detektif gitulohhhh..... ^_^
SELAMAT MENCARI TAU YAHHHH MAS......
SEMANGATTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTT

iqbal latif said...

halh...yah itu, karena sy g serius jdnya males..
penasaran thok tp g bertindak...arah kosnya berlawanan dengan arah kosku sih..

ladies me said...

ewleh-ewlehh....cuma penasaran ajahh...ntar bisa2 nggak bisa bobok lohhh yahhhh
sok's atuhh...cepet cari inpormasinya
atau langsung ditegur ajahh orangnya
disapa gitulohhh....nyoba SKSD(sok kenak sok dekat)hihihihi

Jumadi Sanubari Ahmad said...

Ikuti saja.
Bisa jadi, dia itu rumahnya jauh, sehingga tak mendengar 'adzan.
Cari tahu dulu dengan lengkap kayaknya:-)

iqbal latif said...

saran dipertimbangkan...
SIAP BU!

iqbal latif said...

iyah sih..
tp kalo jarak kayake nggak...dy mahasiswa juga. masjid juga deket2 di sini

Brazkie Adams said...

bener mas...tanya aja langsung..sekalian tanya keluarganya...kerjaannya...masalahnya..dsb nya...bisa nambah silaturahim tuh

melihat langit said...

hmm..aku sy jadi penasaran juga..
gmana kalo pas beliau selesai sholat, (dzikir, doa)..kakak samperin aja..ajak ngobrol..

juditha elfaj said...

yah... kayaknya sih emang tinggal ditanya dulu aja ya utk mngeawali pembicaraan lbh lanjut...
gitu aja kok repot? piss!
Smngat, pak!

~MenjelangPemilu,PengamatPolitikLgSeringDiundangKeSanaSini
~MenjelangApaYaPengamatJama'ahMasjidDiundangKeSanaSini^_^v

AKP Yudi Randa said...

wah wah wah..
jangan2 kemarin daku bener2 diperhatiin nih..:D


gini bal..kamu ngeliat gimana aku akrab ama orang diwarung pada saat kita makan malam itu?
padahal aku tidak pernah mengenalnya..
satu hal..menyapalah duluan dalam hal2 biasa diluar keburukannya..
misalnya dimana tinggalnya..
nama..
atau semacamnya.
atau..carilah topik yang sesuai dengan based nya dia..dari sana kamu akan mengerti kenapa seseorang itu selalu telat..

oCha's zone said...

jadi beneran ternyata klo yudi basicnya sksd ;))

iqbal latif said...

ok...ok..sedang diusahakan..
(*wah... gara2 tak tulis disini kok saya jd semangat ya?)

iqbal latif said...

mmmhhh..
ok!..seringnya tuh dy meski sering akhir datengnya tp cepet juga ngilangnya..he he

iqbal latif said...

bentar..bentar.... kalo sy sdh mendeklarasikan diri sbg pengamamat masjid, bakal banyak tawaran datang...he he.
(*kalisajaYaSayaDijadikanKonsultanMasjid2YgSepi)

iqbal latif said...

he he...
harusnya aku perlihatkan orangnya ke kamu kemarin ya yud...kayaknya kamu orang baru langsung disantap gt yah....

mungkin dumulai dari ..jurusan apa dy? angkatan?

iqbal latif said...

wah.....baru tahu yah??

piss ya yud!

AKP Yudi Randa said...

hahahahaha emang harus gitu..
anak bisnis tidak bisa tidak mengandalkan SKSD PALAPA
alias sok kenal sok dekat padahal g ada apa apa..:))

iqbal latif said...

gt ya yud??..kayaknya emang km maen antem aja sm orang...

AKP Yudi Randa said...

ya...begitulah bro..
karena kesempatan, ide, hikmah, dan kebaikan itu kita tidak pernah tau datangnya dari mana..
main hantem boleh aja..tapi kudu tau diri juga..jangan segan2 minta maaf klo salah orang atau salah dalam bersikap..:)

iqbal latif said...

perkembangan "seseorang"itu : ternyata kosnya deket sekali..lebih deket dari kos saya..hanya sejarak 20an meter...
la kemarin tak omongkan ke salah seorang jamaah yg kebetulan seniorku,,,eh ternyata dy menyadari juga

shofie syamwiel said...

kost nya k arah gg 3 ga??? tak bantu detektifin tah?? hehehhe

iqbal latif said...

nggak....
ntar takut malah orangnya g mw ke masjid lagi

shofie syamwiel said...

heheheheh...:D