Aku telah sampai di ujungnya kala yang ingin kubeli tak semuanya telah terbeli. Tadi, ada beberapa yang menarik perhatianku tapi tak juga menggerakkanku untuk mengambil dan kemudian membayarnya. Kini, tak mungkin kuulangi menyusuri gang sempit penuh manusia itu untuk melengkapi pembelianku.
Orang-orang kian berdatangan, kebanyakan sepertiku, pulang kerja dan memutuskan mampir sebentar mencari makanan berbuka. Di pasar kaget ramadhan ini. Di sebuah lorong sempit yang sepanjang sisinya disesaki meja-meja penuh aneka makanan khas berbuka.
Aku telah mendapatkan sayur, juga minuman manis berbuka, tapi belum juga kutenteng keresek berisi lauk berbuka itu. Aku tak membeli nasi sebab berencana memasaknya sendiri.
Telah sampai di ujung keramaian ini, aku sama sekali tak berniat memutar lagi. Malas untuk kembali berjubelan dengan orang-orang yang juga sama sibuknya mencari makanan berbuka. Maka aku terpaksa menatap lapak dekatku yang sepi dari pembeli itu. Menu yang ditawarkan cukup menggoda tapi entah mengapa tak banyak yang tertarik menghampirinya.
“Yang tongkol ini berapa, Bu?”
Ibu itu menatapku. Beberap detik, seolah memastikan dengan pembeli macam apa ia berhadapan. Mulutnya terlihat bergerak untuk menyebutkan angka tapi tak jua angka itu keluar. Semacam ada keraguan. Hingga, “tujuh ribu pak”
Aku menarik napas. Tak tahu harus bagaimana. Aku tahu ibu itu telah berjuang antara menyebut angka yang memang seharusnya atau angka penyesuaian demi melihat seragam yang aku pakai. Aku yakin harganya tak naik. Kemarin, aku menanyakannya, masih enam ribu.
Sekali lagi aku menarik napas. Memandang ibu itu. Menimbang. Lalu memutuskan mengeluarkan lembaran tujuh ribu. “Satu saja, Bu”
38 comments:
Tongkol diapain tuh mas?
Pake seragam apa?
bumbu merah, mb!! Kalo di rumah dulu sih nyebutnya bumbu bali..
kan pulang kerja, jadi seragam kerja..he he
yang sering dimakan di kantor kayaknya :D
Kalo dihargai 5ribu, mau beli dua? :p
dimakan di kantor?? apa??
nggak juga..wong dimakan sendiri.. he he
di sini 5ribu kayaknya hehe
@berry89...ukurannya mungkin yang beda
iya menu makan siang kalo lagi ga puasa :)
Wih,
tongkol kesukaan saya Mas,
Disini kalo gak salah 20 - 25 Perkilonya..
*Hm, pas gak ya comment saya dengan tulisan ini :D
di sini dimana tuh mas??? camp atau??
di kamp laaaaaah....
tanah para pekerja :P
Tumben dia senang tongkol bukan masak habang haruan?
*Melirik bang hai..msh kesel soal = nenek...
Saya juga penyuka tongkol..atau lebih tepatnya penyuka ikan...atau lebih tepatnya lagi penyuka segala..he he
bundananda---->>>kalo yg kesel itu berarti merasa, bun!!!
habang haruan itu apa ya mb??
Bumbu bali jg tp ikan gabus...
boleh..boleh.. Ikan patin boleh juga...
*siang2 sdh ngomongin makanan*
mahalllll
lumayan besar tapi kok din.. g habis sekali makan.. :)
Kalo patin kurang pas. Itu lbh tepat dipepes. Atau dipindang...
o-o..diapakan kalo g ikut masak kayake enak deh, mb sis.. He he..
-siap-siap kalo ke samarinda mau mampir biar dimasakin habng haruan-
emang e lek nganggo klambi PNS regane dilarangno ta?
nggak nganggo seragam PNS kok mb!!
waduh, iyo iyo... ojo "histeris" ngono ta
ini seperti iklan sebuah rokok yg meminta istrinya sabar tapi dengan nada tak sabar juga.. he he
hehehehe...aku eroh iklan e, apiiiikkkk *dadi mbahas iklan*
Wiih.. Ikan.
ekspresinya kayak kucing saja...
Justru hendak menjauhi ikan itu. Ikan adalah teman :D
jiah... jadi ingat film tarzan yg diperanin alm Benyamin
Mas, soal iklan itu...knp aku ngerasa iklan itu kurang lengkap ya?
Dan kalimat: "jadi ikut ga sih ibu KAMU?"
Busyet dah.. ibu KAMU? Kalo itu ceritanya mereka suami istri, itu si suami termasuk klub sussis kyk dilagu sule... Hebat diKAMU-KAMUin gt ga marah..
makanya, saya bercanda sama teman begini : "kalau istri sampai gt, suruh pulang saja!" he he
makasih atas partisipasinya, langsung di locked ya, tidak boleh diedit lagi
ok-ok...
sepotong berapa kilo?
ini FF,, berarti harganya juga fiksi
harganya asli kok, desti. sepotong itu seiris. tapi tlalu bsr untuk sekali makan
Post a Comment