Saturday, December 18, 2010

(catatan liburan) beras basah

Beras basah namanya. Unik memang. Sebuah pulau kecil tak berpenduduk di pinggiran Bontang. Tak kuketahui dengan pasti dari manakah nama Beras Basah itu berasal. Mungkin dari legenda macam asal usul nama kota Banyuwangi, atau karena alasan sederhana karena pasirnya yang putih hingga mirip beras, yang karena tersapu air laut menjadi basah ; jadilah Beras Basah. Entahlah.

Terkenal sekali pulau ini di sini. Awal-awal ke Bontang sini sekitaran Maret 2009 bahkan teman-teman sudah ada yang menggagas untuk mengunjungi pulau ini di akhir pekan. Menikmati deburan ombak atau sekedar memperoleh kebaruan suasana untuk lepas dari keseharian. Tapi kemudian rencana itu gagal. Ada berbagai faktor yang menyebabkan urusnya rencana itu terelaisasi dalam kerja. Salah satunya, seingatku, karena alasan safety.

Kegagalan rencana mengunjungi Beras Basah di awal ke Bontang itu, pada akhirnya dikuti kegagalan rencana berikutnya. Beberapa kali ada niat untuk mengunjunginya tapi tak satupun yang berbuah tindakan. Kebanyakan, lebih karena kurangnya kemenggebuan dalam keinginan itu. Hanya rencana lintas lalu yang tak terlalu mengikat. Hingga beberapa hari yang lalu, saat teman-teman kantor mengagendakan ke pulau itu ramai-ramai di hari Sabtu.

Ada berbagai macam cara menuju pulau itu. Tentu, karena itu sebuah pulau maka terserah dari mana kah orang-orang bertolak untuk menuju. Seluruh laut di sekelilingnya adalah jalannya. Tapi hari itu kita lewat pantai Marina. Sebuah pantai merangkap pelabuhan kecil yang berada di kawasan PT Badak. Karena salah seorang rekan kantor ayahnya menjadi karyawan di perusahaan tetangga tersebut, maka menjadi mudahlah urusan itu. Ada fasilitas bagi keluarga karyawan untuk menjangkau pulau kecil itu dengan menaiki speed boat yang disediakan perusahaan.

Kemudian, ternyata tak butuh waktu lama untuk menyeberangi lautan menuju pulau itu. Cepat saja waktu berlalu ketika mercusuar yang menjadi ciri khas pulau itu terlihat. Fakta adanya mercusuar di pulau ini aku ketahui dari mulut ke mulut selain dari jepretan orang-orang yang sudah pernah berkunjung ke sana. Sekitar lima belas menit waktu menyusuri lautan itu kala speed boat pada akhirnya telah merapat pada pelabuhan kecilnya. Pelabuhan kecil itu terbuat dari jembatan kayu ulin yang menjorok ke lautan. Kayu ulin ini, memang menjadi ciri khas bangunan laut di sini. Selain karena kuat dan liat, kayu ini memiliki keistimewaan dari ketahanannya terhadap air laut. Konon katanya, semakin direndam maka semakin kuat.

Sekitar pukul delapan pagi kala itu. Rombongan kami pun naik ke darat. Mengangkuti perbekalan dan mulai menyusuri pulau. Dan benar, kecil saja pulau itu. Sepertinya lebih besar sedikit dari luasan lapangan bola yang 110 x 70 meter. Abrasi dan kenaikan permukaan air laut benar-benar mengancam eksistensi pulau ini. Nampak terlihat beberapa beton dibuat di beberap sisi pulau untuk melindungi pulau dari kikisan ombak.

Vegetasi di pulau ini tak banyak. Karena memang kecilnya. Kelapa lah yang terlihat mendominasi. Tapi terlihat memang sengaja ditanam. Terlihat dari penyebarannya yang teratur dengan usia yang sepertinya seragam. Kemudian, ada pandan laut (itu kalau memang benar itu namanya), ada semacam tanaman menjalar yang entah apa namanya, serta beberapa pohon lain yang tak terlalu unik untuk disebut.

Lalu pantai. Pasir, pasir, dan pasir. Selalu menyenangkan menjejakkan kaki telanjang kita pada hamparan pasir lembut untuk meninggalkan jejak tapak-tapak. Jejak yang tak berusia panjang sebab tak butuh waktu lama sapuan ombak menghapusnya. Inilah pengandaian yang sering dipakai untuk mencatat kesalahan seseorang pada kita. Tulislah di hamparan pasir pantai, lalu biarkan ombak menghapusnya dengan segera, untuk kembali meninggalkan hamparan pasir yang mulus.

Ambil gambar, ambil gambar, dan ambil gambar. Itulah yang kemudian dilakukan. Sempat menyesal juga tak membawa peralatan renang saat menyadari laut yang begitu jernih yang seolah menantang untuk diterjuni. Seorang bapak, rekan kerja juga, nampak snorkling. Membuat iri. Sepertinya tak pernah sekalipun saya renang di laut, tapi entah mengapa ada semangat menggebu untuk mencobanya. Mungkin karena melihat deburan ombak yang tenang. Kemenggebuan yang sayangnya tak tersalurkan.
Satu jam berjalan mengelilingi pulau, saatnya makan perbekalan. Menunya kala itu adalah ayam bakar porsi besar. Cukup menuntaskan rasa lapar yang sebelum berangkat hanya diisi bubur beras merah porsi separuh. Dan, saat itulah, saat kami berkumpul untuk menyantap perbekalan, bapak yang snorkling tadi datang.

“nggak renang? Bagus lo!”, ujarnya sambil membawa sambungan kaki ikan duyungnya (entah apa itu namanya)
“Nggak bawa baju renang tuh, Pak”
“alah, pakai itu saja nggak papa. Nanti kering sendiri.”

Maka kemudian diperoleh lah kesepakatan itu. Lepas makan, dengan meminjamkan peralatannya, si bapak berjanji untuk mengajakku melihat terumbu karang sambil mencengkeramai ikan-ikan. Aku begitu antusias menjemput kesempatan itu.

Kawan, inilah yang kemudian terjadi. Tahu lah aku kenapa pengalaman pertama itu seringkali mengesankan. Aku, yang masa kecilnya lebih sering menghanyutkan diri di sungai kecoklatan di kala hujan, pada akhirnya untuk pertama kali menceburkan diri di lautan. Mengenakan kaca mata renang, sebab belum terbiasa memakai perlatan snorkling, serta kaki ikan duyung, dimulailah pengalaman pertama itu. Bergerak dari biir pantai: awalnya pasir, lalu rerumputan, lalu terumbu karang. Wah! Ingin histeris rasanya. Betapa terlambatnya aku mengetahui fakta keindahan ini. Keindahan yang dulu lebih sering terlihat di TV, ternyata dekat saja. Hanya berjarak beberapa meter dari bibir pantai. Bahkan dengan kedalaman tak lebih dari tinggi badanku.

Ada ikan zebra, ada ikan biru, ada ikan ini, ada ikan itu. Ah, betapa aku baru tahu kalau ikan-ikan indah itu dapat aku temui dengan mudahnya. Bahkan hanya dengan berbekal kaca mata renang. Bahkan dengan memakai celana kain dan kaos. Indonesia memang benar-benar kaya.

Puas memandangi terumbu karang, akhirnya kembali naik ke daratan. Cepat-cepat mengambil air mineral untuk membasahi tenggorokan yang sempat kemasukan asinnya lautan. Mesih begitu menggebu. Masih saja terpesona. Menginginkan membeli peralatan snorkling, mengiginkan Derawan, menginginkan Raja Ampat, menginkan Gilli Trawangan. Entah kapan.

Setelah menunggu beberapa saat, pukul sebelas, akhirnya speed boat jemputan datang jua.

41 comments:

iqbal latif said...

foto-fotonya insyaAllah besok

Romi :. said...

nice. Seru.

al fajr "fajar" said...

nah iki sing takenteni..hehehehe

iqbal latif said...

sipp....seru

Romi :. said...

di padang ada juga pulau indah. Pulau cingkuak. Udah jadi objek wisata. Asyik buat snorkeling atau diving. Deket mentawai sih.

iqbal latif said...

tp g iso moto terumbu karange lo!

iqbal latif said...

@jaraway...tapi ra iso moto terumbu karng lo! :)
@tranparanmole....jadi pingin keliling indonesia..he he.. kalo diving blm berani

Siska Rostika said...

Pernah ke pulau ini pas SMA. Histeris pas turun dr kapal nginjak ganggang. Dan air setinggi leher. Gak bs berenang soalnya. Pertama kali megang patrick temannya spongebob.

al fajr "fajar" said...

ora popo
pantai & laut ki wis kereeen..hehe

iqbal latif said...

@bundananda...lo? dulu belum ada geladaknya kah? kok bisa nyemplung
@jaraway..ok-ok.. ntar ojo terpukau yo karo hasil jepretanku :p

Sri Sarining Diyah said...

nice traveling...
aku juga suka banget liat dalamnya laut yang indah...
kangen nyebur jadinya...

Salman Rafan Ghazi said...

fotonya mana, Mas?

Pemikir Ulung said...

pengeeeeeeen

iqbal latif said...

wah, kalo mbak kayake sudah kemana-mana :)

iqbal latif said...

besok ya..... he he.. Kudu dilihat! :p

iqbal latif said...

mw?


*di kepulauan seribu kan banyak

Pemikir Ulung said...

Iya. Tapi belum pernah. Ah pengen, pengen, dan pengen *ngikutin gaya nulis blognya

iqbal latif said...

bukane ai kayake sering.....

dirimu kebanyakan ubek2 rs kali...

Pemikir Ulung said...

Siapa itu ai? Hehe. Kami kan 2 orang yg berbeda yg menjalani hidup yg berbeda pula, jadi kalo ai sering, belum tentu ludi juga

iqbal latif said...

iya... ngerti..

tapi kan dirimu tadi bilang pengen.. La wong sdh punya teman yg suka ngelakuin hal itu kok nggak ndompleng :)

HayaNajma SPS said...

oo.. jadi itu maksudnya..

iqbal latif said...

iya dokter hay!

HayaNajma SPS said...

aamiin

Lani Imtihani said...

aiss..aku kalah..

iqbal latif said...

langsung tindakan.... ha ha

akuAi Semangka said...

loh, mba lani kenapa ga ikut? ga diajak yaa? ^^v

akuAi Semangka said...

namanya fin atau bisa juga bilang kaki katak. kayaknya kalo kaki duyung cuma satu yaa? lah, alatnya itu kan sepasang :D

hweee... akhirnya bisa merasakan alam bawah laut juga. seru kaaan....! bener2 bikin ketagihan deh..

iqbal latif said...

mbak lani dolan dewe tuh, ai....

iqbal latif said...

meski sempat menelan air laut, g rugi lah! he he

itu di kepulauan seribu banyak juga kah?

akuAi Semangka said...

dolan dewe-jalan sendiri?

Ya banyak lah.. Ada seribu. Hahaha..

iqbal latif said...

tapi kayake masih bersihan di kaltim ya? :)

akuAi Semangka said...

ga tau yaa.. Belum bisa membandingkan karena blum pernah snorkling di sana. Hoho..

iqbal latif said...

ya sudah...kapan2 ke kalimantan

akuAi Semangka said...

aamiin. Kalo ada umur n rejeki lah :)

Lani Imtihani said...

hey..aku kerja yaa,demi mendapat generasi pkt slanjutnya :))

iqbal latif said...

hoho...

iqbal latif said...

ya terserahlah.....



kayake efek moco pas upacara

Julie Utami said...

Beras basah adalah nama sebuah jalan di Singapura, tapi mereka eja jadi Bras Basah Street.

Lani Imtihani said...

eh Bal..kok tampilan di tempatku aneh ya?? melebar ke samping gitu..

iqbal latif said...

apanya? garagara foto itu kayake! ntar tak hapus ae

Lani Imtihani said...

ya tampilan postingmu ini..keluar dari box gitu..