Wednesday, December 8, 2010

----pahlawan di tiap masanya----

“Dulu kuliah nggak bisa beli makan enak karena nggak punya uang. Sekarang sudah kerja nggak bisa makan enak karena kolesterol”

Meski dengan sedikit candaan, beberapa kali saya menemukan kalimat ini terlontarkan. Sebagai joke atau bumbu penyegar pertemuan. Kemudian tertawa, kemudian seloroh. Tapi saya tahu, ada keseriusan dalam kata-katanya. Kala suatu hal yang dulu menjadi kesulitan telah teratasi, lalu ternyata muncul kesulitan yang dulu sebenarnya tak berarti, itu sungguh menggemaskan.

Tiap masa ada tantangannya

Lalu saya menemukan kalimat itu. Ini seperti halnya mahasiswa baru yang merasakan beratnya pengaderan, lalu berandai-andai tentang indahnya perkuliahan kala lepas dari kegiatan pepeloncoan. Maka, ketika masa itu telah datang, ia tersadarkan bahwa masa itu tak semudah dugaan awal. Ada praktikum-praktikum yang begitu menguras perhatian. Sama-sama merepotkan. Maka lihatlah perandaiannya yang berubah, “semoga cepat mencapai tingkat akhir, hingga lepas dari kegiatan praktikum yang begitu merepotkan”. Lalu….aih, masa tingkat akhir ternyata dipenuhi oleh  tanggung jawab lain   yang tak kalah ‘menggairahkan’. “semoga cepat lulus!”, demikian harapnya berubah, “agar bisa lepas dari kewajiban mengerjakan tugas akhir”. Dan kesudahannya pun dapat ditebak dengan mudahnya. Lulus kuliah ada tanggung jawab lain, bekerja pun juga. “menikahnya kapan?”, begitu yang sering terntanyakan. “kapan punya momongan?”, pertanyaan lain di fase lanjutan.

Tapi tiap masa ada pahlawan-pahlawannya

Ya, inilah kalimat optimisnya. Karena tiap masa punya tantangannya sendiri, maka ia pun memiliki penyelesaiannya sendiri. Maka ia pun punya pahlawannya sendiri. Yang boleh jadi tetap kita. Yang boleh jadi tetap kau, aku, atau mereka. Sebab satu penyelesaian kerap kali terspesifik untuk satu tantangan. Tantangan, adalah kata optimis untuk masalah.

Maka tak elok lah untuk saling mempertentangkannya

Aha! Ini lah itu. Karena tabiatnya memang begitu, karena setiap masa punya tantangannya sendiri, beserta penyelesaiannya sendiri, maka tak seharusnya dipertentangkan di antaranya. Masing-masing punya tantangan yang spesifik maka masing-masing memiliki penyelesaian spesifik. Tak melulu sama. Karena, saat kita mendapatkan penyelesaian atas tantangan kita, sesungguhnya kita sudah melangkah memasuki masa baru. Dan itu artinya ada tantangan baru , dan itu artinya harus ada penyelesaian baru. Kepahlawanan kita di masa sebelumnya, tak lagi cukup menyelesaikan tantangan di masa berikut. Perlu ada kepahlawanan baru.

Maka mari kita tengok kembali petikan kalimat di awal tulisan ini. Dan tersenyum lah kita. Jika aturannya harus menyesuaikan logika si pelontar kalimat, maka begitu sederhananya semuanya. Dan hidup, tentu saja menjadi tak adil. Sebab seseorang yang menemukan satu penyelesaian akan dengan mudah mengatasi tantangan lain hanya dengan bersenjata satu penyelesaian itu. Seperti seseorang yang sudah bekerja mapan menganggap semuanya menjadi mudah sebab masa kuliah faktor finansial lah yang kerap menantangnya. Tak bisa! Tak mungkin!

Kenyataan ini, sekaligus meniadakan pernyataan ‘masa SMA lebih menyenangkan dibanding masa kuliah’ atau ‘masa lajang lebih enak dibandingkan masa tak lajang’. Sebab itu tadi, tiap masa punya tantangannya sendiri. Yang tak pas lah untuk satu masa dilebihmudahkan dibanding yang lainnya. Semuanya punya proporsi tersendiri sesuai masanya.

Sebab telinga kita lah yang paling dekat dengan mulut kita, maka saat kita memberi nasehat, kita lah yang sebenarnya yang paling mula ternasehati

Dan pada akhirnya itu. Pada akhirnya semua ini tentang diri sendiri. Tentang membaca. Duhai, masa kuliah dulu, kala waktu membaca lebih banyak dan justru buku-buku yang terpunyai hanya beberapa, kepahlawanannya adalah mengurangi jatah makan untuk disisihkan membeli buku. Dan sekarang, kala ada penghasilan untuk membeli  buku, tapi ketersediaan waktu tak seperti semula, maka kepahlawanannya pasti beda. Pasti beda. Dan itu, boleh jadi dengan mengurangi jatah leyeh-leyeh, atau jatah tidur, atau jatah berdiam diri tanpa melakukan apa.

Selalu ada waktu untuk berbenah.

 

50 comments:

iqbal latif said...

nulis begini selalu melelahkan....

Aida Hani said...

setuju banget pak iqbal. itu pernah saya renungkan juga. dulu, doyan beli buku--dgn uang hasil kerja sampingan-- dan selalu menyempatkan diri untuk membacanya.

sekarang sudah kerja full time; beli buku, kemudian dibuka bungkusnya nanti...*entah kapan bacanya.

diri ini bener2 ga tau diri. cuma kerja aja sudah merasa lelah... :(

Katerina * said...

Selalu ada waktu untuk berbenah.
Ya....saya setuju ini. Jangan sampai kita yang ''dibenahi'' oleh waktu.

akuAi Semangka said...

'selalu ada waktu untuk berbenah'

pada akhirnya hanya kalimat ini yang nyangkut di kepala. Meski sepertinya ga terlalu nyambung dengan bahasan awal yaa?!

Priyo Kuncoro Justice said...

saya pahlawan bukan ya?

AKP Yudi Randa said...

gw msih ingat ketika tidur di keputih bro :D

al fajr "fajar" said...

hosh..hosh..hosh..
ngaso sik
hahaha

al fajr "fajar" said...

kaca spion memang harus lebih kecil daripada kaca depan mobil yah..

hihihi

HayaNajma SPS said...

bacanya juga :D

iqbal latif said...

he he...kita telah bertindak dholim pada buku yg kita beli.. :)


iqbal latif said...

nah, kalimat ini yg menohok

iqbal latif said...

saya suka kalimat ini juga

iqbal latif said...

ha ha...dirimu teliti juga (insting editornya ok)

sudah tak katakan kalau nulis begini melelahkan.. Inginnnya menyudahi...he he


jadilah kalimat itu sebagai ending pemaksa

iqbal latif said...

bisa...tinggal pakai topeng saja. minimal pahlawan bg sinchan :)

iqbal latif said...

he he...maaf atas ketaknyamanan2 dulu..

iqbal latif said...

kasih minum donk!

iqbal latif said...

mmmm...ini apa ya?

harus banyak2 melihat ke depan drpada ke belakang gt?

iqbal latif said...

kalo ada kata taaruf nya g melelahkan ya? :p

HayaNajma SPS said...

tetep aja tuh, kalo yang nulis model dirimu :P beraaaattt...

al fajr "fajar" said...

habis baca tulisanmu to Bal, jadi terpikir..bahwa nostalgia2 masa lalu itu umumnya kita anggap lebih menyenagkan daripada masa sekarang

padahal kan setiap jaman ada tantangnnya dan ada "pahlawan"nya masing2

hikmah kaca spion versus kaca depan mobil..ya, mari berbenah itu..haha
bukan terlalu asyik mengingat2 masa lalu tanpa bertekad menjadi lebih baik

iqbal latif said...

tulisan berat untuk orang berat :p

iqbal latif said...

ho ho..iyo

berarti maksudku bener...

dulu ada petikan puisi gini:
"kawan, kau telah berbicara masa depan justru ketika aku masih ingat bocah"
ironi...

khaleeda killuminati said...

pas banget iq! sekarang, membaca dan menulis menjadi kegiatan yang paling kurindukan. jarang-jarang

iqbal latif said...

hehe...aktivitas membaca menjadi begitu mewah, ya, da?
ngajarnya full day kah?

khaleeda killuminati said...

yup! dari jam 7 pagi sampe jam 4 sore. tapi kadang pulangnya sampe jam 5, ada aja yang dikerjain di sekolah. pulang2, bawa koreksian, nyelesaikan modul, worksheet, soal2 ujian, raport. Sistem pembelajaran di sekolah ini active learning soalnya, jadi tiap hari harus nyari metode dan strategi pembelajaran baru biar anak2 semangat belajar. pyuh.. *curcol

iqbal latif said...

hwoo...ngalah2in wong pabrik... Sekolah gini gurunya juga haqrus rajin belahjar berarti ya? hoho

desti . said...

suka quote ini.

overal saya suka tulisan pak iqbal yg ini. (*boleh ge er)
karena sikonnya pas. :D

iqbal latif said...

wah...quote itu pertanma ada di jurnalnya pemikirulung.... hanya saya modifikasi redaksionalnya...


berarti biasanya nggak suka ya, des? :)

desti . said...

eh.. pemikirulung dan penasulung. namanya mirip. jadi lupa2 inget.

lebih ke -pas enggaknya- sama sikon waktu baca. :)

tulisan pak iqbal mah berat2
cerbung aja berat hehehehe... *menurutku

iqbal latif said...

pemikirulung sm penasulung beda..

hoho..jadi lah orang berat utk mudahnya membaca tulisan berat :D

Romi :. said...

keren

iqbal latif said...

semoga bermanfaat.....

Pemikir Ulung said...

bagus..seperti biasa.. :)

ada joke, ada seloroh..bukankah kedua kata itu artinya sama?

Pemikir Ulung said...

*merasa tersindir*

:p

Pemikir Ulung said...

iya..ada juga yang seringketuker..si nisa :(

iqbal latif said...

dalam kasus ini, sku menganggap seloroh itu lebih kepada berolok-olok.... candaan sambil mengolok. He he... kurang pas kah?

iqbal latif said...

kalo begitu tak ubah deh.. : Tulisan vesar untuk orang besar :p

iqbal latif said...

pemilik id itu jenis kelaminnya sama kah? ha ha

Pemikir Ulung said...

sama ajaa..kesindir juga, hahaha

Pemikir Ulung said...

bisa juga kayanya, hehe
*peace ah*

Pemikir Ulung said...

gender can be camouflaged when you interact in virtual world (kata bos iman)

sejauh ini sih yang kutahu sama, hehehe

tapi aku duluaaan yang pake id itu, huhu

iqbal latif said...

ya sudah milih sendiri saja

iqbal latif said...

peace balik

iqbal latif said...

kalo id ku kayake g ada yg miripin..he he

Pemikir Ulung said...

*tangkis*

iqbal latif said...

tendang!

Pemikir Ulung said...

*lapor polisi tuduhan kekerasan dalam dunia maya*

iqbal latif said...

@kabur ke makasar@

:D

Pemikir Ulung said...

*males ngejarnya*

iqbal latif said...

mana berani polisi ke makasar.. :D