Monday, June 2, 2008

Tulisan Iseng (BBM, AC, dan Rakyat Kecil)

Hampir tiap hari saya melewatinya. Sekitar jam setengah duabelasan dan setengah tigaan. Laboratorium bahasa, begitu kiranya yang tertulis dalam sebuah tulisan yang menempel di tembok bangunan itu, menunjukkan tempat apakah itu. Letaknya dekat dengan jurusan saya yang memungkinkan saya untuk sering-sering melewatinya.

Tiap kali melintasinya saya hamper selalu melirik sebuah titik, atau lebih tepatnya sebuah benda. Atau kalau melirik kurang , maka saya sering menoleh objek itu. Selalu sama keadaanya. Sebuah pintu, pintu yang terbuka. Hampir selalu begitu.. Beberapa kali ada petugas tempat itu keluar masuk, tapi tak pernah ada yang mencoba menutup pintu itu. (*kenapa? Pertanyaan saya yang pertama*)

Saat saya tepat melintas di depan pintu terbuka itu, saat saya membutuhkan tolehan kepala 90o untuk tepat menatapnya, saya selalu merasakan ada udara yang sejuk berhembus. Sekitar 20o C.  Kontras sekali dengan udara sekitar Surabaya yang lebih sering panas. Tapi hanya sesaat, sejarak dua langkah kaki. Sensasi dingin itu akan cepat menghilang saat saya telah melewati pintu itu.

Maka logika sederhana mengatakan : suhu dalam ruangan itu lebih dingin daripada suhu di luar. Pasti ada AC di ruangan itu. AC yang seharusnya untuk mendinginkan ruangan saja. AC yang didesain hanya untuk mendinginkan ruangan dengan luas atau volume  tertentu. Tapi tidak kenyataannya, AC itu harus bekerja lebih keras, melebihi yang seharusnya. Ada yang tidak mau menutup pintu. Ada yang tidak mau repot. Lebih enak dibuka saja, lebih mudah untuk keluar masuk.

            (*Pertanyaan saya yang kedua : berapa energi sia-sia yang harus terkeluarkan akibat kerja berlebih AC, akibat kebocoran itu. Dan berapa akhirnya uang listrik yang harus dibayar institut akibat tindakan tak perlu karyawannya*)

            Lepas dari ruangan itu saya sering kali berpikir, betapa mudahnya orang-orang itu menghambur-hamburkan energi untuk suartu hal yang tak perlu. Sedang di tempat lain ada orang-orang yang sampai bentrok demi memperjuangkan harga sebuah energi, BBM. Atau di tempat-tempat yang jauh, di pelosok negeri, di desa-desa, orang-orang mengais energi dari kebun-kebun, dari patahan ranting. Mencari kayu bakar untuk menanak nasi, atau menjerang air. Mereka yang tak mampu membeli energi made in pertamina, tapi tak pernah mengeluh, tak pernah berkoar-koar di televisi. Hanya sebuah tindakan nyata, bahwa sabuk harus lebih dikencang erat, bahwa jurigen minyak saatnya digantung di dinding bambu . Bahwa saatnya kembali memakai tungku.

Ah!

(*pertanyaan saya yang ketiga: benarkah memang orang-orang yang kekurangan sering kali lebih pandai bersyukur daripada orang-orang yang mapan?*)

 

11 comments:

Atik Savitri said...

Hmm.. patut direnungkan jg..
banyak orang mapan tp kurang bersyukur. Kekayaan atau kemiskinan adl suatu cobaan dari-Nya u/ menguji hamba-Nya ini. Sabarkah kita bila ditempa derita? atau bersyukurkah kita saat kita dberi kenikmatan yg berlebih?

iqbal latif said...

kuncinya ada pada syukur, bersyukur atas segala keadaan, senang maupun susah, enak maupun g enak. karena syukur akan menciptkan tanggung jawab.

(*waduh2 jd sok tw gini saya*)

fifi hasyim said...

detaiiiiiiL bgt. sy yg sering k Labsa ja gak bgitu memperhatikan (fokusnya beda)........kyknya tipe2 melankolis korelis y?(he2, baik tulisan maupun penulisnya).

iqbal latif said...

he...he.....iyakah?
kalo ada esuatu yg tidak mengundang perhatian qt artinya sesuatu itu g menarik. dan yg menarik blm tentu yg menyenagkan.....artinya (*waduh jadi beribet gn*)

Farid Khoirul Huda said...

wuih... padahal ini tulisan iseng yak...tapi analisisnya detail sampe ngukur suhu ruangan... ini sebuah tulisan bagus...!!!!
itu baru satu lab, padahal satu jur ada berapa lab??? satu ITS??? berapa banyak energi terbuang sia-sia? (kira-kira ada ga ya mahasiswa ITS yang TA bwt ngukur energi di kampus ini yang terbuang sia-sia??? trus kasih solusi...)

iqbal latif said...

usul yang bagus akh, kira2 jurusan apa yang tepat ya. atau kalo nggak ya buat LKTM aja kali ya.

fifi hasyim said...

he2.......kLo di buat LKTM pasti lgsg kaLah.......he2, jurinya marah2, dy biLang: ' kok ada anak ITS yg sbegitu vulgarnya membahas kekurangan ITS?'..........(salah ya.......?)

iqbal latif said...

begitu ya??? wah g bisa kasih komentar lagi deh kalo yang sudah lolos PPKM nasional ikut ngomong. ;p

fifi hasyim said...

mz iqbal ni bisa2 aja (dibandingkan dg org yg dah nge-lab di Lab. Biomass(bener gni nulisnya?), dah pernah jd SC, dah jd asisten, dah ngadepin smw praktikum yg ada di tekkim, dah maw lulus (amien), sy gak da apa2nya, maba, bru maw jd mantan maba, semester brapa skrg? hehe2). dulu pernah ada yg nyelutuk nanyain 'blh gak bwt LKTM ttg pengkaderan?'...hwehehehe........tapi untungnya cuma nanyain thok,,,CSD is Ok...meski mpe skrg bLom juga jd warga,,,,,,,,,,,,,hiksssssss,

Fauzi anwaR said...

iyo, ga usah jauh2 bal.anak2 kalo abis kuliah juga jarang yang matiin lampu 'n AC ruangan. kalo tak liat yang kuliah terakhir jam 3, lampu tetep terang benderang. mungkin pikiranny biarin aja nyala sampe kuliah anak LJ malem nanti, jadi ga perlu dimatiin.....
Ayo semua, matiin lampu 'n AC yang ga perlu....

iqbal latif said...

ji...dikau kok tiba2 rajin liat postingan mp.....udah kelar kah pabriknya?? ha ha...
semangat!