Sunday, September 7, 2008

Buka Unik di UGM

Ada yang unik di UGM…

Ceritanya tentang masih hari pertama saya di UGM. Sebetulnya, ini memang hari pertama saya di UGM, tapi ini bukanlah kunjungan pertama saya di UGM. Jadi, segala sesuatu mulai teradaptasikan. Mulai sedikit biasa, meskipun saya tak mampu untuk memungkiri kalau UGM itu elegan. Mungkin kalau seorang perempuan, UGM itu ayu. Memesona. Auranya tersembul dari dalam. Bukannya cantik tapi kering. (sayang dan sayang kami kelupaan membawa (atau lebih tepatnya meminjam ) kamera....tak bisa terabadikan deh keeleganan itu)

Menjelang ashar, saya sempatkan melihat-lihat bazar buku di sekitaran masjid kampus UGM (ini bukan keunikan yang ingin saya ceritakan, karena pada kunjungan pertama saya dulu, saya sudah tahu kalau tiap ramadhan ada bazar buku di sepanjang koridor sekitar masjid itu). Ada sih beberapa buku yang menarik ingin dibeli, tapi saya pendam keinginan itu mengingat masih banyak buku yang saya beli belum terselesaikan membacanya. Tapi, kemudian mata saya tertumbuk bukunya Tere Liye yang judulnya ”Rembulan Tenggelam Di Wajahmu”. Saya sudah membaca buku itu, tapi ingin saja membeli buku itu sebagai koleksi sebab dari lima buku Tere Liye pasca ”Hafalan Sholat Delisa” hanya buku itu yang belum saya punya. Sempat ingin membawa buku itu ke mas yang njaga, tapi segera saya urungkan. Mungkin nanti atau besok saya beli kalau keputusan saya berubah.

Adzan ashar berkumandang. Orang-orang yang tiduran di masjid (nah ini yang nggak ada bedanya dengan di ITS : masjid jadi tempat favorit untuk tiduran saat Ramadhan) bergegas mengambil wudhu. Saya sih punya wudhu jadi langsung saja ke barisan shof sholat.

Selesai sholat, tilawah sebentar. Sempat terjadi diskusi kecil antara saya dan teman saya apakah akan berbuka di masjid ini atau pulang saja ke penginapan. Dan, setelah memastikan ke seorang teman yang kuliah di UGM apakah di masjid UGM menyediakan makanan untuk berbuka, keputusan pun jatuh ke alternatif pertama : berbuka di masjid. (keputusan yang nanti tak kami sesali demi sebuah pengalaman, atau pemandangan baru yang kami temui)

Sudah bisa ditebak, apakah gerangan yang kami lakukan untuk mengisi waktu antara ashar dan maghrib? Yup benar. Tiduran. Saat itulah kami baru sadar bahwa kami belum istirahat sama sekali sejak perjalanan tadi. Terasa sekali lelah mengikis fisik kami. Maka, tanpa tertahankan lagi, kami mengambil posisi paling privaci untuk merebahkan tubuh penat kami. Di bagian belakang, di bawah tangga. Bersisian, tanpa bantal. (bahkan jaket). Sambil mendekap rapat laptop yang kami letakkan di tengah-tengah.

Tapi, belum genap setengah jam mata kami terpejam, kami terbangun. Suara seseorang memakai pengeras suaralah yang membangunkan itu. Ternyata ada kajian. Sang MC meminta semua orang yang masih berada di pinggir untuk segera merapat ke depan untuk mengikuti kajian (walaupun saya tahu jelas kalau permintaan itu sebenarnya lengkapnya berbunyi : mohon untuk yang tidur untuk segera bangun dan mulai mengikuti kajian). Kamipun bangun. Tak ada pilihan lain. Lelah memang masih bergelanjut. Tapi mau apa lagi. Mana mungkin kami tetap tiduran sementara di depan ada seorang ustadz memaparkan materi penuh ilmu. Tapi kami tak mendekat. Masih terduduk di tempat semula sambil perlahan mengembalikan kesadaran. Toh dari tempat ini suara sang ustadz bisa tertangkap jelas.

Materi kajiannya adalah tentang puasa dan kesehatan. Baru setelah sekitar setengah jam terbengong-bengong di kejauhan, kami mengambil air wudhu dan merapat ke tengah. Bergabung dengan orang-orang lain yang sudah memenuhi ruangan tengah (lumayan juga lo yang ikut kajian). Pengisinya adalah seorang dosen dari farmasi UGM, jadi kelihatannya lumayan berkompeten untuk mengisi materi ini.

Jam lima lebih sedikit, makanan diedarkan. Sebungkus nasi. Satu orang dapat satu. Tidak seperti di ITS yang empat bungkus untuk berlima, atau kalau lagi membludak jamaahnya malah tiga bungkus untuk berempat. Sempat bingung juga, bertanya-tanya dalam hati di manakah gerangan kami akan makan sedangkan di sepanjang bangunan masjid terpampang pengumuman ’dilarang makan dan minum di masjid’. Sedangkan yang datang begitu banyaknya. Tapi akhirnya pertanyaan itu terjawab dengan segera. Pas setelah kajian berakhir, seluruh jamaah kemudian beringsut ke sisi sebelah selatan. Melewati taman masjid. Tujuannya hanya satu : mengambil minum dan buah. Di sanalah akhirnya kami mendapatkan jawabannya. Seorang panitia berkali-kali mengingatkan kalau makannya di areal taman. Tak boleh di masjid.

Ohhhh... berkali-kali saya terbengong-bengong. Ternyata buka puasa di sini bergaya pesta kebun. Tiba-tiba saja orang-orang mulai membentuk kelompok kecil dan enjoy saja duduk di rerumputan. Meletakkan nasi bungkus dan segelas tehnya di depan. Bercengkerama. Sementara yang lain ada yang terlihat menyudut. Menikmati kesendirian saat waktu paling ditunggu itu datang. Saat satu dari dua kebahagiaan yang dijanjikan bagi orang yang berpuasa itu hadir.Bebas dengan pikirannya. Beberapa yang lain memilih duduk-duduk di bibir kolam yang mengering airnya. Lagi-lagi mengobrol sambil memadang lalu lintas di bawah. Dan di sisi timur, akhowat juga melakukan hal yang serupa. Lebih banyak yang mengelompok kayak halaqoh. Melingkar. Di bawah pohon palm. Atau di sisi sebuah pager tanaman. Lalu, dari bawah, nampak beberapa orang menaiki tangga (mungkin kurang bisa memahami bagi yang belum pernah lihat masjid UGM). Bergabung dengan yang lain. Tampaknya mereka hanya ingin mencari momen berbuka saja. Di tangan mereka sudah tertenteng menu berbuka. Uighhh....suasana ini, pemandangan ini, keadaan ini, tak pelak lagi menerbitkan ketakjuban. Tiba-tiba saya tersergap pesona. Damai saja melihatnya. Tentram. Tapi tak membuai. Padahal sebelumnya, siang harinya, hati ini sempat dongkol. Marah, tapi entah ke siapa. Berprasangka macem-macem.Di sepanjang jalan, di warung-warung, orang-orang dengan enjoynya melahap hidangan. Tanpa risih, tanpa rasa bersalah, tanpa upaya untuk menutup-nutupi.

Adzan maghrib berkumandang. (Ternyata) teh tanpa gula sebagai pembuka. Tak apalah!

 

 

17 comments:

akuAi Semangka said...

takapalah..
yang penting kebersamaannya itu kan..?!

kayanya tempat yang bagus untuk dijadikan tempat ifthor gratis.hehe..!

merie adnan said...

Emang asiik banget berbuka Di Makam UGM. selain gratis, juga nikmat karna biasanya rame2 dirumput. Selalu itu yg paling dicari oleh mahasiswa yg lagi cekak seperti saya dulu...

Duuuh... kangennya sholat tarawih di Makam UGM.

iqbal latif said...

yup..direkomendaswikan sekali..
kejadian ini menginspirasi saya untuk merasakan suasana ramadhan di berbagai kota..entah kapan terlaksana

iqbal latif said...

makam??? kok pake singkatan itu mbak...bukannya disana nyebutnya maskamp?? sempet bingung juga saat temen nyebutin istilah itu...butuh waktu beberapa menit untuk bs connect

akuAi Semangka said...

ralat: ga gratis juga dink!
kalo diitung2 sama ongkos ke UGM dari jakarta..
hmmpf!jadinya mahal..

merie adnan said...

Kalo kami dulu nyebutnya MaKam = Masjid Kampus.
Kabarnya dulu disana bekas Makam (kuburan).

Zulfi Ifani said...

Berbuka di Maskam? dua tahun lebih kuliah di UGM, saya baru 2x berbuka di sana.... Selebihnya mutar-muter ga jelas...

salam kenal !

iqbal latif said...

salam kenal balik...sering2 mampir ya mas!

Abu Busthom said...

Barrakallahu fik...

AKP Yudi Randa said...

serrruuuuuuu

fifi hasyim said...

UGM lg, jd ngiri...

iqbal latif said...

ayo ke UGM!!!!

iqbal latif said...

he he...sebenarnya ada satu lagi postingan tentang UGM..tp g sempet mbuatnya...tentang pertemuan dg mantan rektor yang udah jadi menteri, pak nuh, di maskamp UGM

khaerudin sip said...

trus apa berlaku juga ke UGM tentang opini kalau jogja itu kota yang terkenal dengan pergaulan bebasnya ???yah coba aja dijawab setahunya, toh aku tahu disana nt cuma sekilas

iqbal latif said...

waduh pertanyaan berat nih....kalo yg nt maksud muda-mudi berduaan, berbaur g jelas di warung2 pinggir jalan...nampak nyaman....kayaknya banyak

sari sholihah said...

kuliah di UGM ya?
yogya dan UGM itu emang ngangenin...
salam kenal ya... maaf langsung kasih komentar...
rada sensitif niih kalo lihat kata yogya dan UGM heheheee...

iqbal latif said...

nggak...saya kuliahnya di sby
kebetulan ada sesuatu yg perlu dikerjakan waktu itu di UGM..
salam kenal