Wednesday, October 7, 2009

PV = nRT

Sudah kita ketahui bersama bahwa segala hal yang berjalan, atau yang tengah berlangsung, bahkan yang sudah lancar, perlu semcam aturan, atau alat, atau institusi, atau sikap, atau gabungan di antaranya untuk memastikan keberjalanan atau keberlangsungannya .  Seseorang yang sudah menghajatkan rutin olahraga di ahad pagi, setelah menancapkan niat yang benar di hatinya bahwa yang ia lakukan ini semata untuk kesehatannya, perlu hal lain untuk menjamin hajat yang sudah menggebu di awal itu tidak mandeg di pertengahan. Maka ia perlu, sebagai contoh, membuat hal-hal berikut ini : yang pertama mungkin ia akan menuliskan sesuatu sebagai pengingat di kamarnya yang bisa terlihat kapan saja. Cara ini ringkas dan prakstis tapi terbukti cukup efektif, karena ternyata kontinyuitas itu kadang terganggu karena persoalan sepele semacam lupa. Lupa bahwa seharusnya kita melakukan suatu hal.Yang kedua mungkin ia akan mencari teman yang mempunyai hajat yang sama. Adanya teman, selain sebagai pengingat, sekaligus dapat menjadi penyemangat di saat virus malas mulai menjangkiti. Serta hal lain.

Dalam bahasa yang lain, dapat dikatakan bahwa kita memerlukan sebuah kontrol agar apa yang sudah berjalan akan tetap berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Tujuannya jelas, agar apabila jalan itu mulai agak tersendat-sendat, akan ada yang mendorong, agar apabila mulai melenceng, sekian derajat saja, sudah ada yang meluruskannya, agar apabila sudah berpayah-payah, akan ada yang otomatis menyemangati. Pokoknya, dengan kontrol ini, diharapkan ketidakberesan sedikit saja dapat terdeteksi sedini mungkin untuk segera dibereskan. Tanpa perlu menunggu lama dan berlarut-larut.

Di dunia saya saat ini, kontrol ini adalah sebuah keniscayaan. Bekerja dengan sebuah proses dimana parameter seperti suhu, tekanan, konduktivitas, ph, atau yang lain perlu dijaga stabil, maka kontrol adalah hal mutlak yang mesti dijalankan. Bagaimana mengontrolnya inilah yang kemudian beraneka. Untuk tekanan saja, bisa menjaganya dengan berbagai cara serta alat. Ada steam jet ejector yang berfungsi menjaga tekanan sistem tetap vakum, atau blower  yang menghisap dan menghembus, atau pompa yang bertanggungjawab membangkitkan tekanan liquida, atau venting yang akan membuka menutup dengan bukaan tertentu sesuai sinyal yang diberikan controller untuk melepas sedikit gas . Fenomena venting inilah yang kemudian menarik. Dalam sebuah sistem bertekanan , yang mana tekanan itu sendiri dibentuk oleh interaksi antar molekul-molekul dalam sistem tersebut, apabila tekanan mulai mengarah naik hingga mencapai set point dari kontrol tekanan, maka venting akan membuka dengan bukaan tertentu untuk melepas molekul-molekul gas (*ha…saya tidak terlalu pede berbicara masalah instrumentasi ini*). Molekul-molekul gas  yang tak lain pembentuk tekanan tadi. Dengan berkurangnya molekul gas tadi diharapkan interaksi antar molekul gas menjadi lebih berkurang. Hingga tekanan turun sesuai kondisi yang diharapkan. Maka kemudian venting akan menutup, atau paling tidak memperkecil bukaannya.

Sudah sering kita dengar bahwa apa-apa yang terjadi di alam ini, dengan fenomena-fenomenanya yang begitu luar biasa, dapat kita lihat semuanya dalam diri kita. Termasuk masalah venting di atas. Hanya saja dalam bentuk lain yang lebih sering abstrak. Tanpa kita sadari, hal-hal semacam harap, benci, cinta, rindu, dendam, dengki, damba, senang, haru, cemas, gelisah, adalah semacam gas yang saling berinteraksi dalam ruang jiwa kita mencipta sebuah tekanan. Jika daya tahan tekanan dalam ruang jiwa kita itu cukup tinggi sehingga interaksi hal-hal di atas tidak sampai mendekatinya, maka tidak akan terjadi masalah (inilah yang kemudian dinamakan dengan kemampuan seseorang untuk memendam). Namun jika tidak –dimana daya tahan tekanan ruangan jiwa kita terlalu rendah hingga mudah saja tergapai-, maka  perlu sebuah mekanisme agar ruang jiwa kita itu tidak meledak oleh tekanan yang tak mampu tertahan. Maka perlu adanya venting. Kita perlu membuang sedikit –hanya sedikit- dari hal-hal pembentuk tekanan itu. Itulah yang kemudian disebut dengan berbagi. Itulah yang kemudian disebut dengan curhat. Curhat, tentu saja tak hanya mewujud bercerita ke teman dekat sambil berkata, ‘rahasia ya!’, tapi juga bisa berbentuk dengan menulis di diary, membuat cerpen, menulis di status FB, mencipta puisi, serta hal lain (*atau bahkan tulisan ini*). Dengan melepaskan sedikit dari damba, resah, gelisah, suka, dan senang itulah, maka diharapkan ruangan jiwa kita menjadi kembali lapang. Tekanan yang menekan-nekan itu menjadi berkurang.

Ada yang salah? Tentu saja tidak. Hanya saja kita bukanlah sebuah bejana  yang ketika gas dilepas maka tekanan langsung bisa turun begitu saja. Ketika kita melepaskan apa-apa yang menekan, dengan bercerita ke teman misalnya, maka di detik pertama saat kita selesai bercerita itu memang tekanan langsung turun drastis, tapi, sayangnya,  tidak selalu untuk detik-detik selanjutnya. Saat teman kita mulai merespon atas curhatan kita , inilah penentunya. Jika ia mampu memberi kalimat-klimat pendukung yang mampu menentramkan sih enak, tapi jika tidak, mala sebaliknya. Jika yang keluar dari mulut atau sikap teman kita itu malah sesuatu yang membuat kita semakin tersudut, semakin terkungkung, maka tak ayal, tekanan yang baru saja turun itu, akan segera bangkit dan  justru semakin kuat menekan-nekan dinding jiwa kita. Itulah kemudian mengapa kita perlu memilih teman yang tepat untuk kita ajak berbagi. Teman yang bersedia untuk menampung segala ‘buangan’ kita untuk ia tampung dalam ruangan jiwanya yang lapang.

Tapi kemudian, ada yang lebih tepat dari teman yang tepat. Yang tak akan membocorkan curhatan kita. Yang tak hanya bersedia menampung sebagian ‘buangan’ kita, tapi semuanya. Yang tak hanya menurunkan sedikit tekanan, tapi bahkan menghilangkannya.  Yaitu, curhat dengan sang pemilik tekanan; Allah. Uniknya, curhat yang satu ini, tak hanya melepas gas-gas pembentuk tekanan hingga tekanan yang menekan ruangan jiwa kita itu menjadi anjlok, tapi ajaibnya juga mampu memperlebar ruangan dalam jiwa kita. Dan itu artinya, dengan semakin lebarnya ruang jiwa kita, daya tampungnya akan jadi lebih besar. Akan lebih benyak himpitan-himpitan hidup yang bisa kita tahan, akan lebih besar ujian-ujian yang mampu kita tanggung. Maka, yuk, mari, berlama-lama curhat sama Allah. Hingga semoga, akan tercipta orang-orang yang lapang jiwanya.

Wallahu a’lam.
Kecubung 17
(tulisan melebar yang melelahkan)

17 comments:

CyberTaz Faza said...

rumus fizik...

iqbal latif said...

rumus ruhiyah juga kok..he he

khaleeda killuminati said...

whuuiihh....kalo tulisannya orang teknik kimia itu kayak gini ya? keren keren...

akuAi Semangka said...

mampir dulu om.. *blum sempet dibaca ^^v

iqbal latif said...

g juga.. biasanya sih persamaan sepanjang semeter.. He he

iqbal latif said...

akuai..>>jangan dibaca! nanti bingung

akuAi Semangka said...

kalo bingung tinggal pegangan,,santai laaah.. hehe..

sf.lussy dwiutami said...

Sepokats... ALLAH adalah tmpt katarsis termuantuap.

Oiya, posisi kita sbg tman jg jgn sampe diambil alih oleh hape, karena hape skrg sdh bs mengingatkan... Hehe

akuAi Semangka said...

Setelah membaca tulisan ini, menyimpulkan bahwa genre tulisannya curhat ilmiah *emang ada?^^

ga membingungkan kok..Cuma karena derivatnya banyak, perlu dibikin lebih sistematis aja..Trus kalo sempet, point2 pentingnya ditekankan (dgn warna berbeda/bold)

linda mayarni said...

subhanallah,bahkan rumusan2 kimia,fisika dsb,menggambarkan prilaku manusia

Lani Imtihani said...

cara lain menggambarkan kebutuhan manusia untuk mendekat ke penciptanya ya bal...mmm,,nice :D

tentang curhat ,,,,selain berfungsi untuk mengeluarkan tekanan dengan sedikit membuka katupnya,,,juga berfungsi untuk mendapatkan emosi positif ba,,,curhat ke orang yang emosinya sedang negatif akan bikin parah,,,karena emosi itu menular,,,
emang ya,,,curhat terbaik cuma ke Empunya Jiwa ^^

iqbal latif said...

lussysf..>> hape?? mengingatkan bangun..mengingatkan makan

akuai...>> uow..OK2..ai,ai, si keponakan sdh bisa ngasih wejangan om nya

ndafarmasi..>> subhanallah.. semoga kita masih mau dan mau belajar

kernngharapan..>> psikolog ngomong. Ora melu2..(kayake biasa jd tempat curhat)

Lani Imtihani said...

hohoho,,
iya nih,,order curhat jadi meningkat sejak di Bontang -_-"

iqbal latif said...

bs buka praktek mbak

Lani Imtihani said...

mmm...boleh boleh boleh ^^v

muslimah cerenz said...

ehm...yes, i agree.
but not easy

iqbal latif said...

sulit tapi mungkin tepatnya