Sunday, March 7, 2010

Curhat Perjalanan : Btg-Bpp-Trk

(Lanjutan dari sini)

***

Pukul tujuh pagi, hari Sabtu tepatnya, kami sepesawat lepas landas juga dari bandara PT Badak dengan menggunakan pesawat kecil Pelita Air. Ini adalah pengalaman pertama saya  menaiki pesawat jenis ini, tapi entahlah tak ada rasa ndredeg atau khawatir tatkala menaikinya seperti yang kadang diceritakan oleh teman-teman lepas menaikinya. Hanya saja, saya sempat merasa ‘berbeda’ kala memasuki ruang tunggu bandara. Memakai celana panjang (yang selalu) kepanjangan hingga selalu saya tekuk bawahnya, sebuah kaos ‘sponsor’ yang saya peroleh kala ikut lomba pemadam kebakaran sebulanan yang lalu, serta sebuah sandal slop karet kesayangan yang baru-baru saja dibeli seharga 20ribu, tiba-tiba saya merasa salah kostum demi melihat kanan kiri depan belakang saya. Saya sih memang berusaha cuek-cuek saja, tapi keadaan berbeda dengan kebanyakan itu memang sering menimbulkan ketidakenakan tersendiri. Sebuah kejelekan yang harus kita minimalisir.

Kami akan menuju Balikpapan. Jika ditempuh via darat, Bontang-balikpapan ini bisa ditempuh 5 jam. Itupun batas minimal dengan syarat jalanan lancar dan lengang. Keadaan itu, bisa didapatkan kala melakukan perjalanan darat di larut malam. Tapi dengan via udara ini, seperti yang diberitakan oleh mbak pramugari sewaktu pesawan akan lepas landas, waktu 5 jam itu bisa direduksi menjadi 35 menit saja. Cukup singkat, yang karena cukup singkatnya, buku ‘Selimut Debu’ yang saya bawa untuk membunuh jemu di udara, hanya terbaca beberapa halaman saja.

Mendarat di balikpapan dengan mulus, kami langsung menghubungi perwakilan perusahaan di bandara. Memberitahukan rencana perjalanan dinas ke tanjung selor, meminta dicarikan pesawat ke Tarakan, lalu terakhir menadatangani sebuah form isian. Tak menunggu waktu lama, kami kemudian harus segera check in, sebab ternyata pesawat menuju Tarakan akan lepas landas jam 09.40.

Bagi Anda yang tak tahu letak Bontang, Balikapapan, seta Tarakan di Peta, saya bisa memberi gambaran sederhana. Balikpapan adalah sebuah kota di Kaltim sebelah selatan, sedangkan Tarakan adalah sebuah pulau terpisah yang terletak di Kaltim sebelah utara. Sedangkan Bontang, kota tempat saya pertama kali berangkat, itu terletak di antara balikpapan dan Tarakan. Jadi jika saya awalnya terbang dari Bontang ke Balikpapan, lalu terbang lagi dari balikpapan ke tarakan, itu sama saja saya berbalik arah untuk kembali melewati kota awal saya tadi. Tapi memang begitulah, hanya dari balikpapan penerbangan ke Tarakan itu berada.

###

Saya baru tiga kali naik pesawat. Yang pertama saat saya pertama kali berangkat ke Bontang naik Lion Air, yang kedua pas pulang kampung natal kemarin naik City Link. Baik pulang atau baliknya kala itu memang naik City Link. Dan sekarang, angka itu bertambah jadi empat dengan mandala Air sebagai pengukirnya. Ya, tepat sesuai jadwal yang tertera, kami sudah memasuki pesawat. Ada mbak-mbak pramugari bermake up tebal yang (selalu) tersenyum ramah. Saya berani sumpah, jika mbak-mbak itu memakai riasan yang wajar-wajar saja, senyumnya akan jauh terlihat lebih ‘ramah’.

Terbang!! Saya cukup kaget juga melihat pesawat yang relatif penuh. Tarakan bukanlah sebuah kota besar, bukan ibu kota propinsi juga, jadi cukup mengagetkan kala penerbangannya lumayan padat penumpang—(atau karena pengetahuan penerbangan saya yang seadanya??). Awal-awal, waktu di udara saya gunakan membaca koran sindo yang kebetulan tersedia di nomor duduk sasya. Tak lama, setelah dibolak-balik, ternyata tak ada lagi yang menarik perhatian saya. Saya pun berganti dengan melanjutkan membaca ‘Selimut debu’ yang baru beberapa halaman terbaca. Tapi, lagi-lagi, tak begitu lama ngantuk mulai mendera.

Entah berapa lama saya tertidur. Saat bangun, teman saya sepertinya juga baru tertidur. Iseng-iseng kemudian teman saya membuka majalah mandala yang ada di setiap kantong depan tempat duduk kita. Teman saja itu tiba-tiba teringat ia pernah membaca artikel tentang traveling di Tarakan dalam sebuah penerbangan yang entah. Inilah kemudian kebetulan itu, ternyata memang ada panduan traveling di daerah tarakan dan Tanjung selor di majalah itu. Lengkap dengan tempat-tempat yang direkomendasikan untuk dikunjungi, serta penginapan-penginapan yang tersedia. Tak banyak memang yang ditawarkan, tapi kemudian saya tertarik pada satu tempat : Hutan Mangrove dan konservasi bekantan di Tarakan.

Tak lama ternyata penerbangan itu. Kami akhirnya mendarat juga. Sepertinya waktu perjalanan tak sampai satu jam. Entahlah, saya lupa mencatat persis pukul berapakah saya mendarat. Mungkin sewaktu balik nanti akan saya kabarkan berapa menit tepatnya. Lepas dari membaca-baca majalah itu, terdengar pengumuman kalau pesawat akan segera mendarat.

Bandara itu kecil saja. Landasannya bahkan terkesan horor dengan kanan kirinya masih tanah agak becek setelah sepertinya diguyur hujan. Waktu landing, agak ngeri-ngeri juga karena tak begitu mulus prosesinya. Namun, yang membuat terlihat hebat adalah sebuah tulisan ‘bandara Internasional’ pada nama bandara itu. Satu hal yang membuat saya bertanya-tanya, apakah parameter penyematan kata internasional pada nama sebuah bandara .
Selain Mandala Air, ternyata ada juga Batavia Air yang sedang ‘parkir’. Atau bahkan mungkin baru mendarat juga. Kamipun turun dari pesawat. Dengan setengah-setengah menutup telinga, kami cepat menuju ruangan. Berisiknya bukan main sebab ternyata si batavia Air itu mesinnya masih menyala. Serasa di ruang compresor dengan kebisingan 110 dB.

Sekecil landasannya, ruang kedatangan itu kecil juga, hanya lebih besar sedikit dari ruangan kelas SMA saya dulu. Untungnya, masih tersedia fasilitas conveyor untuk mempermudah pengambilan barang. Entahlah, mungkin conveyor ini termasuk salah satu syarat penyebutan Bandara Internasional tadi. Hanya, uniknya, saya sempat mendengar mbak petugas informasi melalui pengeras suara mengumumkan sesuatu yang menggelitik, yang intinyaa meminta pemilik mobil yang sedang terparkir dan menghalangi kendaraan pengangkut barang bagasi untuk segera menyingkirkan kendaraannya. Saya jadi berpikir, kok bisa-bisanya kendaraan itu masuk Bandara.  Ataukah kendaraan Bandara? Entahlah!!

Tapi, yang pasti, akhirnya nyampai juga… Alhamdulillah!!


2 comments:

ukhti hazimah said...

ni cerita bakalan lebih seru kalo dilengkapi foto

iqbal latif said...

he he..foto2nya menyusul deh...