Friday, October 5, 2007

Buku Saya....................


Saya tak memilki banyak buku, tapi saya memilki banyak cerita dari sedikit buku saya itu.

Beberapa bulan yang lalu teman saya meminjam buku saya. Judulnya “hafalan sholat delisha”. Sebuah novel. Dengan senang hati saya meminjamkannya, karena entahlah saya senang bila ada orang yang meminjam buku saya apalagi terus ada yang mengapresiasi kalau buku saya itu bagus. Yang meminjam ini adalah perempuan. Biasanya saya cerewet terhadap orang yang meminjam buku saya. Ada banyak syarat yang biasa saya ajukan, satu: tidak boleh membaca buku saya sambil makan, dua: tidak boleh melipat halaman, tiga:tidak boleh kena minyak, air atau yang sejenisnya, empat; tidak boleh membaca buku saya sambil tiduran karena saya nggak mau buku saya jadi alas tidur. Tapi entahlah untuk kali itu saya tak cerewet seperti itu, karena yang meminjam perempuan yang pastinya sudah tahu bagaimana menjaga buku.

Lalu beberapa minggu lalu entah mengapa saya kangen dengan buku saya itu. Ada kerinduan untuk membacanya kembali. Buku ini adalah buku terbaik yang pernah saya baca. Saya sering membaca berulang-ulang buku yang saya anggap menarik.

Saya jadi ingat kalau buku saya itu masih dipinjam oleh teman saya itu. Saya pun menghubunginya, dan alhmadulilah ia masih ingat dan berjanji akan segera mengembalikan. Waktu itu teman saya ini bilang kalau bukunya masih tertinggal di rumahnya, sedangkan teman saya ini, seperti halnya saya, adalah seorang mahasiswa yang ngekos.

Namun tiba-tiba semingguan yang lalu teman saya ini bilang kalau bukumnya “ketlisut” dan ia sedang mencoba mencarinya. Deg hati saya berdetak. Pasti ada kelanjutan dari semua ini.

Benar saja beberapa hari kemudian teman saya ini memastikan kalau buku saya itu telah hilang. Dan ia berjanji akan segera menggantinya. Ah saya jadi yang tidak enak, pastinya teman saya itu merasa tidak enak sekali dengan saya. Pastinya ia menganggap saya marah. Ah saya menyesali mengapa tidak menanyakannya dari dulu-dulu hingga peristiwa ini tak terjadi.

Sebenarnya teman saya ini tak perlu mengganti buku saya itu. Secara fisik memang buku saya akan kembali, tapi secara historis tidak. Ada banyak cerita dari buku itu yang tidak akan kembali. Ada tetes air mata yang tak mungkin bisa berpindah ke dalam halaman demi halaman buku saya yang baru itu. Ada terlalu banyak kenangan, teramat banyak bahkan, yang nilainya jauh lebih tinggi dari nominal harga buku itu. Itu yang tak terbeli.

Saya tidak marah. Tidak pula kecewa. Hanya saja menyayangkan kenapa itu terjadi pada buku kesayangan saya itu (terus apa bedanya coba?).  Tapi yang jelas saya tak marah pada teman saya itu.

Semuanya sudah terjadi bukan.

2 oktober 2007

12 comments:

Chifrul S said...

Erghhh...Q kira antum sedang dalam proses pembuatan buku. Soalna judulna itu "Buku Saya". Tapi mudah2an antum juga segera bisa buat buku. Biar bisa posting lagi, "Buku Saya yang Sudah Jadi"....

iqbal latif said...

(*sambil senyum*) emang sy sengaja nulis gt, biar penasaran.

KURNiaSiH BaHagiati said...

Hafalan Surat Delisha...Subhanallah...

sama kisahnya, buku saya tentang Delisha itu dpinjam dan sampai sekarang belum kembali...

Pemikir Ulung said...

sampe sekarang saya belum baca..ada tuh di rak..cuma karena tiba-tiba saya tidak tertarik, setelah saya tau penulisnya tidak pernah ke aceh, hehe

iqbal latif said...

kalau begitu bakal banyak buku yg g bs kau baca....

yg kasusnya seperti itu juga

Pemikir Ulung said...

mungkin saja..sebenernya agak nyesel, kenapa waktu itu baca profil penulisnya duluan, jadi menghancurkan mood..tapi saya udah niat ko..suatu hari akan memaksakan diri untuk baca buku itu

sebenernya kasusnya bukan murni seperti itu mas..tapi karena saya baca dialog mereka, dan saya jadi mikir "ini mah kayanya dialog jakarta banget, emang orang aceh diksinya begini?", begitulah kira-kira, dan saya memmutuskan untuk tidak melanjutkan membaca, padahal baru halaman pertama, yah begitulah ludi, kalo kata ai "ribet", hehe

Pemikir Ulung said...

btw mas..ini warna font ngejreng sangat deh..susah dibaca..saya bacanya sampe diblock dulu lho

iqbal latif said...

sy g terlalu suka nyari identitas penulis... mencintai bukunya saja. Titik....



meski dalam pelajaran bahasa dulu, latar belakng penulis adalah faktor ekstrinsik sebuah buku

iqbal latif said...

waduh, buatnya dulu ini.....


masih euforia kenal mp :)

Pemikir Ulung said...

ini sebenernya ada maksud implisitnya mas..saya sedang menyarankan agar warna fontnya diganti agar lebih nyaman dibaca..menyuguhkan bubur ayam yang enak lebih baik ketimbang menyuguhkan bubur nasi doang kan?

iqbal latif said...

ya ya ya..sdh tak ubah tuh!

Pemikir Ulung said...

ampun bang ampun bang