Sunday, October 21, 2007

Dibalik Sebuah Kata

   

 jika tatapan lebih berbicara banyak dari sebuah kata-kata, maka itu jangan sampai menjadi panah-panah setan yang meracun hati. Sungguh, itupun bisa berbuah surge dalam bingkai mawadah warahmah”

Saya tidak sedang akan berbicara mengenai maksud dari kalimat diatas, siapa yang menulis, ataupun yang lain yang membahas khusus mengenai kalimat diatas. Saya hanya ingin berbicara kata, atau kalimat secara umum. Sejak dulu, entah apa ini sudah menjadi bagian integral dari diri saya atau tidak, saya suka sekali dengan sebuah kalimat-kalimat indah. Saya betah untuk membaca berulang-ulang atau melafalkannya berkali-kali satu kalimat bijak yang mempunya makna dalam yang tidak semua orang bisa memaknainya. Ada atau kalimat itu akan senantiasa menjadi penasehat yang tak pernah bosan mengingatkan saya, kapan saja, disaat gelap atau terang, disaat sempit atau lapang. getar sendiri saat kata itu terucap, semacam kenyamanan, atau sesuatu yang mengenergi. Saya akan sanggup berlama-lama membaca buku saat menemukan sebuah kalimat indah disana, tak jarang saya akan menyalinnya dalam buku pribadi saya, bahkan buku catatan kuliah saya. Bisa saja orang menganggap ini berlebihan tapi bagi saya ini adalah cara saya untuk menciptakan keadaan nyaman atau stabil di setiap saat, karena kata-kata

Saya juga suka mengarang kata-kata indah (minimal menurut penilaian saya), baik saya tuangkan dalam sebuah puisi, atau pesan singkat, atau bahakan dalam sebuah perbincangan singkat dengan seorang teman. Untuk bisa melahirkan satu buah kalimat itu saya bisa mencernanya cukup lama, memainkannya dulu dalam imaji, plus menimbang manfaat dan mudharatnya. Karena saya tahu betul makna dari sebuah kalimat itu dalam diri seseorang. Ini kelihatan sepele tapi sangat penting. Kesadaran saya tentang ini sangat berguna sekali bagi saya untuk memilah dan memilih kata apa yang harus saya ucapkan atau tulisakan Dan ujungnya  semoga ini sebagai  bentuk  usaha saya untuk senantiasa selalu nberkata yang ada manfaatnya.

Dalam hal hubungannya bagaiman sebuah kata bisa menginspirasi, saya punya cerita tentang ini. Ceritanya terjadi beberapa jam saat saya terpilih sebagai koordinator instruktur dalam orientasi mahasiswa baru (ormaba) 2006. Ini adalah sebuah beban berat karena di juruisan saya instrukturlah inti dari sebuah ormaba. Saat itu sudah sore dan keterpilihan saya itu masih cukup sesak memenuhi ruangan di kepala saya. Dan tahukah anda apa yang bisa membuat saya mantap dengan semua ini? Hanya sebuah SMS dari seorang karib saya. Isinya seperti ini :“jika menjadi koordinator instruktur adalah sebuah beban berat, maka jangan minta beban yang ringan, tapi mintalah punggung yang kuat agar bisa memanggul beban itu”. Sederhana kelihatannya, tapi bagi saya layaknya setitik nyala dalam kegelapan yang membutakan. Inilah mungkin yang namanya kalimat yang mengenergi dan menginspirasi.

 Maka setelah itu saya coba untuk tidak sembrono untuk memilih kata yang saya ucapkan atau tulis. Ketepatan saya memilih katalah yang akan menentukan seberapa menghunjamkah kalimat itu pada diri seseorang. Bahkan sebenarnya,  sebuah kalimat yang keluar dari diri sayalah yang punya andil besar dalam membangun nilai diri saya di mata orang lain. Jadi jangan heran kalau hanya untuk masalah meng-SMS teman untuk mengucapkan selamat ulang tahun  saja saya akan memikirkannya masak-masak. Saya tak ingin yang biasa-biasa saja karena saya tahu betul energy dari sebuah kata. Biar orang menganggap saya sok romantic. Itu jauh lebih baik dari pada dicap orang sebagai orang yang tidak memilki cita rasa kata tinggi.

“jika kau tak punya harap hari ini, berharaplah, malam ini, 19 bintang berkerlip megah di angkasa. Selamat ulang tahun”

Kalimat terakhir diatas  adalah kalimat yang saya SMS-kan pada seorang teman saat ia ulang tahun yang kesembilan belas. Saya tak tahu pasti perasaannya saat menerima SMS itu, tapi yang pasti saya punya niat baik dalam SMS itu. Dan itu saya kira lebih dari cukup.

 

Griya BNI

9 oktober 2007

 

5 comments:

iqbal latif said...

HMMMMMMMMM

Pemikir Ulung said...

manis banget dah, hahaha

keliatan ko mas..cerdas linguistik ya

iqbal latif said...

kok tak baca ulang banyak salah tulis dan meletakkan kata ya....



apanya yg kelihatan? bisa dilihat ya?? kalo manis itu dikecap kayake, bukan dilihat

Pemikir Ulung said...

oiya ya..ga ngeh tuh saya, hehehe

keliatan kalo situ "mementingkan" kata dan kalimat..kalo dari tulisannya sih keliatan

manis dah pokoknya, hehehe

iqbal latif said...

iya...dalam sebuah buku, faktor bagaimana penulis memilih kata, serta bagaiaman ia membuat kalimat...menjadi point penting dalam kecenderungan sy menyukai buku itu :)