Sunday, October 21, 2007

Karena Itu Kau Jahit dengan Cinta

    

Karena Itu  Kau Jahit dengan Cinta

 

Saya sempat terkejut, ketika berjalan menyusuri sebuah lorong di kampus, saya menemukan sembulan-sembulan kecil benang di lipatan bawah celana dengan warna yang berbeda dengan warna celana itu. Aneh. Agak lama juga saya berpikir. Memang dulu saya pernah menjahit lipatan celana bagian kiri saya yang mengelupas dengan warna berbeda, tapi bukan warna ini. Lagipula saya telah menggantinya dengan warna yang pas dengan warna celana saya, dengan teknik menjahit manual yangh cukup lumayan bila dibandingkan dengan jahitan celana bagian kanan saya sekarang ini. Sampai……

Upss! secepat kilat saya buang pikiran itu dari dari kepala. Bukankah celana ini yang kemarin saya bawa puolang ke rumah, dicuci di rumah, dan berada di rumah selama kurang lebih dua hari. Jadi, ah tak salah lagi ada orang di rumah yang menjahitnya. Ada orang di rumah yang tak tega melihat lipatan celana saya itu mengelupas. Keempat kakak saya tak mungkin melakukannya, mereka semua laki-laki dan tak mungkin mengurusi hal-hal demikian. Hanya tiga orang perempuan yang mungkin berada di rumah. Kakak ipar saya tak mungkin melakukannya, sedangkan nenek….ia terlalu tua untuk melakukan pekerjaan serumit itu. Hanya tinggal satu orang yang mungkin melakukannya:  ibu.

Hati saya bergetar, bagaimana pikiran jahat itu melintas di benak saya, bagaiman mungkin saya, secara tak langsung mengolok  hasil pekerjaan ibu. Bukankah yang paling penting itu beliau lakukan dengan naluri keibuannya, dengan cinta, dengan ketulusan, dengan tanpa pengharapan lain kecuali bisa melakukan yang terbaik buat anaknya. Sesuatu yang tak akan bisa dilakukan  oleh penjahit profesianal sekalipun.

Saya tertekuk, lekuk. Hati ini lumer selumer-lumernya. Sekonyong-konyong pikiran ini dipenuhi senyum ibu, senyum yang merekah yang selalu ia persembahkan di saat kepulanggan saya , senyum yang selalu saya rindukan di saat-saat berat menghadapi gejolak hidup di perkuliahan. Senyum yang mengenergi.

Ah ibu, andai kau tahu betapa aku selalu merindu senyummu.Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

 

Sby,

090306

12 comments:

Pemikir Ulung said...

manisnyaaaaaa.....

kalo aku sering dimarahi bapak karena jahit pake benang warna beda mas, atau nyuekin baju yang kancingnya lepas, dan mensubstitusinya dengan peniti "kaya bukan anak tukang jahit aja!!", kata bapak gitu

aku juga pernah takjub takjub, rok-rok pada ada kancing hak-nya..mamaku yang masang-masangin..hehe

iqbal latif said...

kancing hak itu yg kayak giman ya?? adakah hubungnnya dg hak sepatu?

Pemikir Ulung said...

hehe..wajarlah kau tidak tahu..itu adalah alat yang untuk mengaitkan yang letaknya ada di ujung ban

iqbal latif said...

ho ho...begitu ya....

Pemikir Ulung said...

apakah kau tahu ban?
tentulah aku tidak sedang membahas sesuatu yang bundar terbuat dari karet dan kalo botak bisa divulkanisir lagi, kau tidak sedang membayangkan ban yang itu kan? :p

iqbal latif said...

g tahu juga...


tapi aku jadi males tanya, karena dirimu menjawabnya dengan sebuah istilah yg g kupahami juga... Bakal g selesei2 kalo gitu

Pemikir Ulung said...

sudah kuduga..
jadi penasaran, emangnya orang-orang biasa menyebut benda itu apa ya?

iqbal latif said...

ya sudah! jelasin! pake gambar kalo bisa :D

Pemikir Ulung said...

dasar bukan anak tukang jahit, hehe

sedang saya gugling..tak nemu gambar yang pas..

di celana, bagian pinggangnya, itu mas nyebutnya apa? kan dia melingker di pinggang tuh, lebarnya sekitar 5cm, pas di pinggang, biasanya ada tali sabuk disitu..nah diujung-ujungnya ada semacam logam pengait, yang 1 untuk mengait, yang 1 tempat berkait..itu namanya apa dah?

itu yang saya masud dengan ban dan hak

iqbal latif said...

apa ya nyebute.. kayake gini deh : cathokane celono....


ha ha

Pemikir Ulung said...

hahaha..*ngakak beneran*

berterimakasihlah pada saya karena dengan ini saya beritahukan istilah lain, yang lebih dikenal di kalangan tukang jahit dan tukang jualan barang perlengkapan menjahit, dan sepertinya lebih enak didengar ketimbang "cathokane celono", kancing hak..ya, begitu saja penyebutannya



jadi, sudah paham sekarang apa yang ibu saya lakukan? hehehehehe

iqbal latif said...

jangan2 tukang jahit di daerah saya melazh celingkuan saat sy bilamngin itu :)