Sunday, October 21, 2007

Semoga Itu Bukan Dirimu

   

 

Jika ada orang yang mengatakan “lakukanlah perjalanan jika ingin memperoleh pengalaman”, rasanya itu benar, minimal buat saya. Pernyataan itu saya buktiksn sendiri ketika saya dan beberapa teman kuliah seangkatan mengadakan kegiatan di sebuah kota yang jarang saya  kunjungi. Saya menginap di rumah salah satu teman laki-laki saya yang kebetulan berasal dari kota itu, sedangkan teman-teman saya yang perempuan menginap di rumah seorang teman yang yang juga berasal dari kota itu. Tapi bukan itu sebenarnya inti ceritanya. Ceritanya, atau sepetik pengalaman saya dimulai ketika kami (saya, dua orang teman, dan seorang yang member saya tumpangan menginap) pergi ke tempat teman-teman perempuan saya menginap yang merupakan rumah salah seorang teman saya itu. Seingat saya hari itu sudah sore dan kami hanya mampir sebentar setelah hampir setengah hari sibuk mempersiapkan segala sesuatu untuk kegiatan esok harinya. Untuk itulah saat itu kami hanya duduk di teras dan dan tidak masuk ke dalam. Sang tuan rumah (teman perempuan saya itu) seperti layaknya tuan-tuan rumah yang lain menghidangkan suguhan bagi tamu-tamunya. Sampai di sini berhenti.

Ceritanya dimulai ketika teman saya itu akan menghidangkan camilan bagi kami teman-temannya. Entah karena gugup atau karena terlalu bersemangat menyambut tamu, toples yang berisi camilan itu lepas dari tangannya, dan ada sebagian isinya tumpah ke lantai. Saya masih ingat isinya sejenis kerupuk dan rengginang. Seperti biasa, seperti orang-orang pada umumnya, teman saya tersebut segera memungut kembali cemilan yang tumpah ke lantai tersebut. Namun yang sedikit tidak biasa, ia tidak mengembalikannya ke toples, malah melangkah ke luar rumah dan membuang cemilan tersebut ke tempat sampah.

Beberapa orang mungkin menganggap itu wajar, tapi bagi saya tidak.

Saya melongo, terenyuh, tak tahu harus berbuat atau ngomong apa. Beginikah poteret kehidupan teman saya. Saya jadi merinding. Di rumah, jangankan memungut dan memakan kembali makanan yang jatuh ke lantai keramik licin seperti di rumah teman saya itu, saya saja pernah mencuci dan menggoreng kembali tempe yang jatuh ke lantai tanah ketika akan dipindah dari penggorengan ke piring. Terus memakannya. Jadi lauk makan yang tetap nikmat. Sehat! Terbukti saya bisa kuliah dengan teman-teman saya itu.

Setelah peristiwa itu saya jadi merenung sambil berharap semoga kejadian itu bukan murni dari diri teman saya itu, bukan atas dasar kebiasaannya. Tapi atas dasar tekanan sedang dilihat temannya, atas dasar perasaan untuk menampilkan tindakan sehigienis mungkin di hadapan teman-temannya. Saya jadi miris membayangkan jika itu benar-benar kebiasaannya, mengingat masih banyak orang yang mungkin belum pernah memakan cemilan itu. Orang-orang yang untuk mencari sesuap nasi saja sulit. Orang-orang yang mengharap uluran tangan kita.  Sedang kita?

Ah!

25 maret 2006

11 comments:

galuh wirama said...

saya tau 8ball, ini crita tentang CEC tahun lalu ya??saya tidak menyangka itu bisa membuat sangat berkesan (tapi yang ini kesan yang buruk...hehe).
Mungkin kita bisa saling melihat dari kaca mata orang lain.
Thanks membuat saya melihat dari kaca matamu...
peace,=p

iqbal latif said...

upss benar sekali galuh,kaca mata kita punya desain sendiri2... untuk itulah sekarang kita bisa saling melengkapi. itu bukan kesan jelek kok.

Chifrul S said...

Oh...that girl was Gwirz? Hayo...ati2 ntar ditanyain ama kerupuk yang kamu campakkan dulu :D

Pemikir Ulung said...

saya bisa memahami tindakannya mas..mungkin kesehariannya tidak seperti itu, tapi tidak etis rasanya menyuguhkan ke tamu makanan yang sudah jatuh, dan mungkin ga semua tamu kaya mas, yang biasa memungut makanan yang sudah jatuh, dibersihkan, kemudian dimakan, ga semua orang punya kebiasaan yang sama dengan kita

duh, dilematis memang..saya juga pernah ko merasakan tatapan aneh orang lain manakala saya memungut dan memakan makanan yang sudah jatuh, jadi, kalau sudah jatuh, saya memilih untuk tidak menyuguhkannya ke orang lain, dimakan sendiri saja

atau dipandang "kelaparan" dan ditanya "laper ya?" ketika saya disuguhi makanan dan memakannya benar-benar sampai habis, hingga butiran nasi terakhir. ingin rasanya agar mereka itu tidak hanya memandang aneh, tapi kemudian bertanya kenapa saya begitu, karena saya dengan senang hati akan menjelaskan, bahwa memang begitulah budaya islam, begitulah RosuluLLAH SAW yang mulia itu mengajarkan. pernah juga sih saya jelasin tanpa ditanya

ah..andai kita bisa mentransfer pikiran yaa

mudah2an bisa dihitung da'wah..bil hal

bagus nih tulisan :)

iqbal latif said...

wah..... panjang benar komenmu :)


tulisan ini sdh dibaca oleh si tokoh utama cerita di atas... he he (jd nggak enak)...

kalo ludi yg perawat sj memungut makanan kembali, ok berarti... he he


di sini jg sering marah2 ke temen yg sukanya g menghabiskan makanan.. padahal sisitimnya prasmanan yg ngambil sesuka dia



--dirimu kok sering baca2 postingan awal... kalau dibaca ulang terkesan mentah tulisannya--

Pemikir Ulung said...

yang komen pertama ya? enak ya begitu..aku juga pernah "marah-marah" sama senior di kampus lewat blog, terus mereka pada baca, mungkin berbagi link, sampe berbulan kemudian masih ada aja mba-mba yang minta maaf ke aku, ternyata mereka abis baca blogku, hehehehe

sebenernya aku agak kurang suka dgn sistem inbox mp yang cenderung mengabaikan tulisan-tulisan lama..padahal, seperti kubilang, inspirasi ga pernah basi..di dalam arsip lama juga banyak inspirasi ko..aku memang suka nelusuri blog orang, yang lampau-lampau juga kubuka..yah, kalo waktu dan fasilitasnya memadai sih :D

wajar mas..tulisan saya di awal malah lebih dudul lagi..ga jelas pisan..tapi ini kaya menaiki anak tangga..semakin lama semakin dekat..dengan gaya menulis kita yang ajeg..wajarlah kalo ngerasa mentah dengan tulisan lama

~dan saya semakin khawatir..komen panjang itu ga berkenan bagi pemilik blog ya? soalnya bukan kali pertama saya dijawab begitu

iqbal latif said...

aku dulu lumayan parah...nulis tentang pembimbing KP-ku (kritik pedas)..ke sebuah blog baru yg bahkan belum punya temen.. Ndilalah kok bisa dia menemukannya.... ya sudah deh...

kenapa dengan inbox mp? memang ada yg lebih baik??

gpp kok komen panjang... sy malah suka.. Pasti memperhatikan banget kalo bs komen panjang seperti itu

Pemikir Ulung said...

sayangnya sejauh ini tidak..kalo mau yang praktis ya

kalo mau..ya kaya saya ini, dateng ke sitenya, buka blog page-nya..bacain dah tuh 1-1, haha, sayangnya..ini blog table view :(

iqbal latif said...

sy malah suka table view kalo ngelihat postingan orang2 ;)

Pemikir Ulung said...

iya saya tau..
tapi saya maunya baca langsung tulisannya..kalo table kan jadi gabisa

ah sudahlah..tak usah dibahas

iqbal latif said...

baiklah!