Wednesday, July 27, 2011

kebahagiaan itu tentang memberi, kang!

“mau tak belikan pakaian, nggak? Celana nomor berapa?”

Pesan itu terkirim, tapi ia tak segera memasukkan ponsel ke saku celana. Ia tak benar tahu memang, tapi seperti ada yang ingin ditambahkan. Tapi ragu. Entah apa. Entah kenapa. Beberapa detik saja memang usia keraguan itu, sampai jemarinya bekerja kembali memencet-mencet keypad ponsel.

“mumpung aku ada di mall”

Terkirim. Ponsel masuk saku celana, dan ia memutuskan untuk mulai berkelililing.

Belum ada jawaban. Sang empunya ponsel yang terkirimi mungkin sedang tidur, atau sedang tak punya pulsa, atau sedang meninggalkan ponsel itu di kamar. Atau entah.

Ia terus berkeliling. Memasuki TB Gunung Agung. Tapi tentu saja ia tak benar-benar tahu apa yang sedang ia cari. Semalaman, ia sudah dibuat pegal-pegal setelah mengelilingi gramedia yang begitu luas. Sudah cukup banyak buku yang telah ia beli, sudah tak terhitung buku yang ia lihati, maka saat itu, sudah tak ada semangat lagi lah untuk menjengkali tiap raknya.

Suara ponsel terdengar pelan. Tanda sms masuk. Ia merogoh saku. Memencet ‘view’:

“nggak”

Singkat. Padat. Tidak terlalu jelas menggambarkan ekspresi si pengirim memang, tapi seketika itu meninggalkan jejak yang ia sendiri bahkan tak tahu mengapa begitu dalam terabasannya. Ada kekecewaan, rasa sakit, ketakbergunaaan, ketakbermanfaatan, sedih, nelangsa. Tapi juga ada pengertian, pemakluman, kesadaran. Semuanya menjalin dalam perasaan absurd yang entah apa namanya.

Ah, ia hanya ingin berbuat. Itu saja. Memberi sedikit dari yang ia mampu untuk seseorang yang ia tahu, atas jerihnya pula lah ia kini berada. Membagi kebahagiaan. Sebab ia telah benar-benar tahu dan merasai, bahwa sejatinya yang paling menyakitkan itu bukanlah saat tak ada orang yang membersamai kala kita bersedih, tapi justru saat kita bahagia, tapi kita tak punya seorang pun untuk menjadi tempat dimana kebahagiaan itu bisa dibagi. Tapi kemudian, di detik itu juga ia sadar, bahwa sepenggal kata ‘nggak’ dalam sms itu menyiratkan sebuah kecukupan, ketakinginan untuk memberatkan sedikitpun, sebuah kata singkat untuk menyatakan sekalimat ini; “bahwa kau tak perlu memberi apapun, aku sudah cukup bahagia melihat kau bahagia”.

Ia terus melangkah, ketika sms sepertinya masuk.

“aku sudah punya celana. Belikan baju lengan pendek saja”

SMS itu. Ia sedikit mendongak, mencoba mengingkari apa-apa yang tiba-tiba saja hadir. Ya Tuhan, mengapa justru di siang-siang seperti ini ia menjadi begitu melankolis. Mengapa semuanya tiba-tiba saja hadir. Kenangan-kenangan, lintasan-lintasan kejadian, konstruksi masa depan. Semuanya. Membuatnya berpikir sejenak tentang di posisi manakah ia telah berada, dan datang dari mana. Oleh karena siapa. Tentang orang-orang yang berdiri mengawal sepanjang jalan.

Lalu apakah yang bisa diartikan dengan ‘aku sudah punya celana’?. Inikah gambar kebersahajaan yang sudah terlalu padat mengristal, potret penerimaan seorang lelaki kampung, tentang ‘sudah punya’ saja sudah cukup. Tak perlu lebih. Tak perlu ada untuk sebuah ruang kemanjaan dimana gengsi, nafsu, dan keduniawian kerap kali ikut bersarang dengan nyaman. Maka sampai di situ saja. Sudah. Cukup. Berikan saja apa-apa yang memang belum! Tak perlu melebihkan apa yang sudah dipunya.

Ia memasukkan kembali ponsel. Melangkah ringan, seakan melayang. Tapi melayang dengan jiwa yang tentram. Kebahagiaan itu ada pada memberi, ia paham betul akan hal itu. Tapi bayangan bahwa seseorang akan berbunga atas pemberiannya itu, adalah musabab yang membuat tingkat kebahagiaan itu berlipat-lipat tak terkira. Maka kemudian menjadi tak terbantahkan lagi fakta ini, bahwa, ah, ia semakin tak sabar untuk segera menemukan senyum itu.


#27-280711
#Ruang Tunggu SHIA – Kampung halaman tercinta


37 comments:

iqbal latif said...

--entah fiksi entah fakta--

Lailatul Qadr said...

fakta keknya.... aku suka kalimat ini, mas...

"yang paling menyakitkan itu bukanlah saat tak ada orang yang membersamai kala kita bersedih, tapi justru saat kita bahagia, tapi kita tak punya seorang pun untuk menjadi tempat dimana kebahagiaan itu bisa dibagi"

^__^

Heru Nugroho said...

perspektif baru, renungan baru.. :)

Rifki Asmat Hasan said...

tapi kita tak punya seorang pun untuk menjadi tempat dimana kebahagiaan itu bisa dibagi

tanda kiamat semakin dekat

Lina Komarudin said...

ga usah repot-repot, mas... :)

desi puspitasari said...

2 paragraf terakhir.. iya banget, Kang.

Diah Pitaloka said...

Kisah pribadi nih,mwehehe.

-- Fathîa™ -- said...

Keren..

rahmah ... said...

Mau terbang kemana lagi ini mas iqbal?

emilf f said...

Menyimak...

cak Dayat said...

welcome home saudaraku....

tun hidayah said...

suka pemilihan kata2nya... :)

agie botianovi said...

:) sudah di kampung halaman rupanya....
bahagia memang sulit untuk diterjemahkan...

HendraWibawa WangsaWidjaja said...

sudah sampai di Pasuruan sepertinya, ya ...

Catur Wahono said...

keren sekali..:) *koment pertama dirumah mas iqbal....

saya juga lelaki kampung....yang tdk kampungan :D

iqbal latif said...

@lailatulqadr...mmm, kalimat dg kontens seperti it pertama kali saya dapat dr petikan film 'cinta silver' pas nonton cinema-cinema

@mutsaqif...komen baru juga :) (ujian2 ngempi aja masih, nih, orang)

iqbal latif said...

@jampang...kalo bgtu, berbagi kebhagiaan dg aku lah, bang

@semangatdafa...gpp kok. G merepotkan sama sekali :)

iqbal latif said...

@jampang...kalo bgtu, berbagi kebhagiaan dg aku lah, bang

@semangatdafa...gpp kok. G merepotkan sama sekali :)

yasir burhani said...

Nice...
Kesederhanaan. Ya. Jika sudah kau punya itu, jangan pernah mencoba melepasnya.
Sebab, sekali kau melampaui kesederhanaan itu, akan sulit utk kembali.
:)

iqbal latif said...

apanya yg iya banget, teh? he he..

rinda erinda said...

jadi di manakah letak keikhlasan?

iqbal latif said...

@luvummi...hmm, sok tau, nih, si diah

@fath27rhm...yg buatan fathia mana?

iqbal latif said...

@kakrahmah...pulang kampung. Via sby jadinya..
@beautyborneo...silakan, mb!

iqbal latif said...

@cakdayat...tak tunggu di rumah..
@utewae...termakasih. Smga bermanfaat..

iqbal latif said...

@hisbotia...iya, sdh nyampe. Sulit memang, g ada kamusnya :)

@hwwibntanto..iya, bang.

iqbal latif said...

@cawah... :) (hidup lelaki kampung :D). Termakash untk komen perdananya

@yasirburhani...iya. Sdrhana. Mudah diucpkan tp sulit pd kenyataannya.

samsiah iah said...

gak mau komen apa2... menikmati tulisan2nya saja ^_^

iqbal latif said...

Hehe.. Knapa? La, itu sudah komen.

samsiah iah said...

gak apa2..^_^
eh iya ya...haduh...hehe..

iqbal latif said...

Baiklah... Silakan menikmati dg cranya masing2

Lolly aja said...

ikutan menikmati tulisan apik ini yaaa....:)
*membuat tulisan yg apik ini kan juga bagian dari memberi lhooo..:)*

iqbal latif said...

Hehe, iya, yah? Terimaksh sudah mampir. Lama tak keliatan

-- Fathîa™ -- said...

Buatan apa?

iqbal latif said...

Tlisannya fathia..

-- Fathîa™ -- said...

Ooo.. InsyaAllah.. Ini masih sibuk packing buat senin, mohon do'anya semua.. #cak iyo nian :p

iqbal latif said...

Ok ok. Semangat untk stats barunya. Bkalan bnyk inspirasi buat nulis..

iqbal latif said...

Ok ok. Semangat untk stats barunya. Bkalan bnyk inspirasi buat nulis..