suatu saat dalam sejarah cinta kita
kita tidur saling memunggungi
tapi jiwa berpeluk peluk
senyum mendekap senyum
suatu saat dalam sejarah cinta kita
raga tak lagi saling membutuhkan
hanya jiwa kita sudah lekat menyatu
rindu mengelus rindu
suatu saat dalam sejarah cinta kita
kita hanya mengisi waktu dengan cerita
mengenang dan hanya itu
yang kita punya
suatu saat dalam sejarah cinta kita
kita mengenang masa depan kebersamaan
kemana cinta kan berakhir
di saat tak ada akhir.
kita tidur saling memunggungi
tapi jiwa berpeluk peluk
senyum mendekap senyum
suatu saat dalam sejarah cinta kita
raga tak lagi saling membutuhkan
hanya jiwa kita sudah lekat menyatu
rindu mengelus rindu
suatu saat dalam sejarah cinta kita
kita hanya mengisi waktu dengan cerita
mengenang dan hanya itu
yang kita punya
suatu saat dalam sejarah cinta kita
kita mengenang masa depan kebersamaan
kemana cinta kan berakhir
di saat tak ada akhir.
Dalam sebuah kesempatan ngobrol pas ramadhan kemarin, Pak Cah, yang kebetulan saat itu diundang sebagai salah satu mubaligh untuk mengisi ceramah tarawih, menukilkan puisi Ust Anis Matta ini sebagai pembanding. Tak kesemuanya memang, hanya bait pertama dari puisi di atas. Mungkin karena beliau tak hafal juga hingga tak menyebutkan keseluruhan.
Awal mulanya sepertti ini. Entah bagaimana caranya ketika perbincangan antara saya, seorang teman, Pak Cah, dan seorang ustad dari Semarang kala itu kemudian membahas Ust Salim A Fillah. Mulanya membahas tentang keproduktifan penulis muda ini, juga cerita kami yang pernah mengundangnya hadir di kampus, sampai kemudian Pak Cah bercerita tentang beliau yang pernah bertukar pikiran tentang gaya penulisan ust Salim di buku ‘Bahagianya Merayakan Cinta’. Saya tak ingat benar redaksionalnya, tapi pada intinya seperti ini.
“Akh, nanti, ketika antum sudah tua, antum akan tersenyum-senyum sendiri membaca tulisan antum yang sekarang. Karena antum masih muda, masih muda juga usia pernikahannya, bahasa yang antum pakai kebanyakan bahasa fisik; dekaplah, rangkul. Kalau antum sudah dewasa, sudah matang dalam perkawinan, sudah tua, maka akan seperti puisinya anis matta ini; kita tidur saling memunggungi-tapi jiwa erat berpeluk-peluk ”
Hmmm…waktu itu saya kebanyakan mengangguk-angguk membenarkan pernyataan Pak Cah tersebut. Benar, sepanjang ingatan saya membaca buku-bukunya Salim A Fillah yang tentang pernikahan, judul-judul bab yang mengandung kata aktivitas fisik memang cukup banyak seperti yang diungkapkan pak Cah tersebut. Kalimat yang sebenarnya oke-oke saja sebab nyatanya begitu provokatif buat pembaca muda seperti saya.
Lepas dari itu, saya memang tak memastikannya dengan membuka-buka kembali bukunya ust Salim tersebut. Terlupa. Baru lah beberapa hari kemarin, ketika saya berkesempatan membukanya, saya jadi teringat percakapan dengan Pak Cah tersebut, dan membenarkan apa yang diucapkan beliau. Dekaplah aku lebih erat, itu adalah salah satu bab yang masih saya ingat –saat menuliskan ini, buku ini tidak di samping saya. Dekaplah, sebuah kalimat yang menunjukkan aktivitas fisik.
Entahlah, saya sebenarnya tak terlalu mengerti benar maksud kalimat fisik tersebut. Benar, memang kalimatnya ust Salim mengandung kata kerja yang menunjukkan aktivitas fisik, tapi yang dicontohkan sebagai pembanding yang merupakan kebalikannya, bagi saya lebih kepada maksud tulisannya, bukan bentuk kalimatnya, tentang sepasangan dalam menjalani harinya lebih dipenuhi oleh interaksi jiwa, tak lagi fisik. Lalu, lepas dari itu, jika tulisan merepresentasikan orangnya, apakah itu berarti orang-orang muda dalam memandang sebuah pernikahan memang yang lumayan banyak dibayangkan adalah aktivitas-aktivitas fisik seperti ini?
Hmmm..bila saya mengambil contoh diri saya sendiri, saya memang kerap kali terkompori ketika melihat sepasangan muda ikhwan-akhwat berjalan mesra dengan saling memegang tangan. Tapi, saya juga terkompori ketika melihat seorang bapak tekun membimbing anaknya memasuki masjid. Bila kasus terkompori pertama lebih karena melihat aktivitas fisik, bolehkah saya sebut kasus terkompori kedua itu lebih kepada aktivitas nonfisik--lebih kepada ke kedalaman? Entahlah! saya juga tak mampu menjawabnya.
Atau, apakah seperti ini? Bila saya membaca buku pernikahan yang ditulis Ust Salim A fillah, efek kompornya memang begitu terasa hingga membuat menggebu untuk menyegerakan, tapi berbeda ketika membaca buku pernikahannya Ust Fauzil Adhim. Membaca bukunya Ust Fauzil, alih-alih mengompori, malah kerap membuat kita berpikir apakah kita memang siap, apakah kualifikasi yang disebutkan itu sudah ada di diri kita. Bila orang yang mulanya tak terlalu meikirkan pernikahan bisa terkompori untuk menikah lepas baca bukunya ust Salim, sepertinya saya tidak terlalu yakin hal yang sama berlaku jika ia membaca bukunya ust fauzil. Apakah karena ust Salim relatif muda sedangkan ust fauzil lebih senior? Ataukah karena sayanya saja yang mengmbil sudut pandang kalangan muda. Atau… Entahlah!
Tapi mungkin memang begitu. Tujuan penulisan bukunya lah yang memang berbeda. Mungkin bukunya ust salim tujuannya lebih untuk mengompori anak-anak muda untuk segera menikah sehingga kalimat fisik lah yang dipakai—itu pun jika pernyataan kalau anak muda lebih cenderung kepada hal-hal fisik itu memang benar. Sedangkan bukunya ust Fauzil tidak. Atau tidak sepenuhnya. Lebih kepada pemahaman-pemahaman dan sejenisnya.
Terakhir, tulisan ini hanyalah gathuk-gathukan saya saja. Jangan terlalu diambil hati. Bila ada benarnya, itu tentu saja datangnya dari Allah. Semoga yang belum menikah segera menemukan jodohnya, dan semoga yang sudah menikah dilanggengkan ikatannya, diberkahi kebersamaannya.
Wallahu a’lam
#tulisan ini, saya sadari sendiri, sepertinya permukaan sekali, tak tuntas. Tapi tak apalah. Mumpung saya sedang mau mosting tulisan macam ini.
77 comments:
:) *berfikir*
Kok dipikir? Diterima sj! :p
semakin terasa apa yang kau rasa kini...:p
hehe... apa coba? sok tau...
mmhh gitu ya..
@chif.,.eaah. Apa coba? :)
@ian...hehe
@tin..harusny yg komen lbh ngerti, nih!
feelingmeter-ku masih valid koq. udah terkalibrasi :D
Kalbrasinya pake apa dulu. Bisa2 tak standar...
pake kiratologi koq!
sepakat kak! aku lagi baca bukunya ust cahyadi,dan ga ngerasa terkompori, bahkan aku ngomporin temen2 buat baca buku itu soalnya bagus.tapi aku belum pernah ngebaca bahagianya merayakan cinta si,soalnya aku g berani
@chif...:p..
@aish...wah! Kejutan, nih, aish komen lagi. Aq blm ada yg sukses mbca bukunya pak cah. Msh teronggok. Hehe. Tp sepintas bhasanya memang bukan bhs fisik. Hehe. La, wong, beliau sndri yg mewacnkn it
menyeramkan kah? :D
Mw pinjamkah? :p
Aku bisa cari di sby dan sekitarannya..
kalo masih beredar :)
Oi, oi...di media idaman haruse msh ada. Ada bagian yg msh tak skip
semoga ada waktu untuk kesana. :)
Aku sedang kedinginan. Aku juga ingin terbakar api. Seperti para penyalip di tikungan... :p
Bacanya deket kompor, ya? :D
*komen merusak suasana*
Kabur, ah
Mengaminkan penutupnya.
Kmrn baca 'bahagianya merayakan cinta' dg melompati bab2 tertentu :)
@chif...haha. Penyalip di tkungan sdh publsh d fb, tuh
@akunvi...iya. Haha
Aakuu... durung juga rampung maca Saatnya Untuk Menikah. Haha..
masing2 punya gaya sendiri :)
@utewae...terkomporikah? :p
@mlmblnbr.,bukune ust fauzil sing iku mlh urung tak woco
@jampang...asal bukan gaya thok sj :p
Dina iki Iqbal bahasanne cinta-cintaan.
Haha. Kode kali :p
kapan lg memang?
iya juga...beda rasanya pas baca bukunya ust.cahyadi ma bukunya ust.salim (yang tentang pernikahan):P...
Kalo dibc sblm dan sesudah nikah bd, g?
hoho,,sesekali komen deh
jiaah,,,pak cah itu ustad cahyadi toh,,baru ngeh
aku juga belum selese si,tapi sejauh ini bagus2 aja
iya,kayaknya serem gitu. takut
ini aja baca buku ust cahyadi setelah nanya2 ke ka ai sama temen aku, dan buku yang kubaca ini sebnernya kado aku buat temen aku itu hho,minjem ke dia
hm..jd gitu ya,
@aish..br tw, toh?
Ah, padahal bcaan aish pas SMA sudah 'keren2', lo! Masa sudah kuliah mengalami penurunan :p. Atau, jangan2 bukunya pak cah yg sdang dbc it 'bhagiakan diri dg satu istri', ya?
@ziyy...g gt, kok. :)
@ziyy...g gt, kok. :)
Aku terkompori kalo liat ibu2 hamil, atau jg bapak2 yg lg sayang2an sama anaknya... T_T
Klo liat ikhwan-akhwat muda gandengan tangan malah, cape de! -_-
Tentang tulisan ust Salim n pak Fauzil, ak lbih suka p Fauzil, soalnya lbih realistis mnurutku, maksutku bukan njuk p salim it g realistis, tpi pemikiran ust fauzil yg lbih matang itu momong pikiranku.
*aamiin dg penuh kekhusukan utk doa terakhirnya
he'eh, kontakanku dadi kebak cinta-cintaan, termasuk aku :))
@danti...hoho. Kalo kamu kayake stimuluse memang kudu anak2. Hehe..
Kalo ust salim memang kerasa indah2nya saja :d
eh, jangan percya kmene mb pipit :p.. Perasn ini jg bkn mbhas cinta2an..
ha gak juga sih :))
emang bukan ttg cinta, tpi klo dihubung2ke ketemu simpul taline kok
Undang2 ya hehe :)
@danti..kalo gt kayake msh simpul pangkal, blm simpul mati
@kakrahmah...undang2 dasar apa...
yo kaya kuwelah
Hehe. Siplah (lo?)
*go indonesia go
*ra jelas
ahahahahahaha.... ahahahahaha... saiki asli kowe lucu biyanget Bal!! Ahahahaha... *rusuh tenan :d
Nah, ini, kan, aku mbuat orang ketawa. Itupun kalo komen 'haha'mu g ngapusi
*coba liat tvri!
Nah, ini, kan, aku mbuat orang ketawa. Itupun kalo komen 'haha'mu g ngapusi
*coba liat tvri!
nggak ngapusi og Bal, aku ngguyu tenin mau
*tvri ono opo? bal2an. mbalik kamar.
*halah dadi chatting ning kene. s.t.o.p.
4-0, dant! skor sementara babak pertma
mantap!
hal yang sama kurasakan ketika membaca buku keduanya, mas.
mungkin...memang begitu adanya :)
baru tau
laah, pas sma novel deh, sekarang kan bukan. ada peningkatan tetep :P
bukan, aku baru baca di jalan dakwah bla bla itu
@rifi..buku k2 yg mana, rif?
@aish...tw g? Kata pak cah, d makasar it ada nama jalan namanya jalan dakwah. Ada kntrkn akhwat pula it. Jd rada grrr jg pas bdah bk 'di jalan dakwah aku menikah' d makasar wakt it
Jangan percaya komene mb pipit
>> komen orang yang lagi ulang taun selalu terpercaya. (Ora dhoif!)
*sungkem*
kalo lagi ga sadar manggilnya 'rif' ya mas? :p
maksudku buku kedua orang itu, mas salim dan pak fauzil adhim.
@mlmblnbr...berarti hari ini g berlaku lagi. Dhoif lagi :p
@kbhagia...ati2 kejenthos
@rifzahra...hehe. Kalo bgtu maksute 'keduanya' atau 'kedua buku itu' ya? :)
wah gak tau juga ya...belum baca lagi setelah nikah bukunya beliau2 itu...:P
Kebnyakan bc jurnal sekarang, ya?
nice, tp butuh satu2 je..aku bacanya..biar meresapi..
perlu diresapi, ya? he he
rame yaaahhhh :D
kirain puisi bikin sendiri :D
Hore, akhre berber komen!
#ra penting
#ujub: 'tidakkah kau perhatikan bahwa blog ini memang selalu ramai, kisana!'
iya..biar laruut... gubrak.. hehehehe
waduh, jangan terlarut, dong!
karena sudah komen, nanti kirim ke rekening saya biayanya ;p
memang berapa rupiah perkarakter? :p
berapa rupiaaah? ckck, dolar dong
Bgaimana kalo dinar? :p
deal.. nanti kukirim noreknya
Memang ada yg bs trnsfp dinar? :p
*Tepok jidat
*tambahin nepuk pake enthong
*tambahin nepuk pake enthong
enthong tu entog ya? *ngikik
enthong itu centhong..
untuk ngambil nasi
#sudah,ah! jadi panjang..
yo wis.. ngapung wae...
terserah, sudah
#muthung (lo?)
pernah direkomendasi'in temen baca buku Bahagia Merayakan Cinta..
entah kok berasa lebih berat baca buku itu dibanding baca jurnal2 psikologi internasional
yg muda melangit-langit, yg berpengalaman realistis..
ha ha..suka kalimat ini...;)
Post a Comment