Tuesday, November 1, 2011

(catatan perjalanan) : akhir

Entah mengapa suara peluit mengawali keberangkatan sebuah kereta. Serupa lengkingan uap panas yang meniup-niup celah sempit pada teko saat tekanannya menyamai tekanan sekitar--mendidih. Adakah memang perlu suara-suara untuk menandai keberangkatan? Gerbong yg perlahan melaju dan uap air yg sedikit demi sedikit membebaskan diri dari liquidanya.

Tapi mengapa mesti senyap mulanya? Stasiun masih di depan dan waktu menuju ke sana kita reka-reka dari gerak tak stabil jarum pengukur kecepatan. 'cepat, cepat! Sudah menjelang jam tujuh'. Tapi tak ada yg mengucap itu, kan? Seolah keterlambatan bukan sebuah soal sebab kita menjadi bebas untuk tak patuh pada lengkingan peluit penjaga stasiun.

Apakah kita memang menunda berkata-kata untuk diledakkan di garis batas yg dengan tak bergairah kini kita kejar? Kalimat-kalimat seloroh mungkin telah terpencil sebab kemunculannya hanya kian menambah pahit keadaan. Roda-rodapun berputar dalam bimbang seolah semuanya telah bermufakat menggagalkan sebuah rencana yang niscaya. Kita bahkan tak tahu apakah kita benar-benar sedang menginginkan untuk sampai.

Ah, pada akhirnya seorang dari kita berlari. Meninggalkan pintu mobil yg masih terbuka, membiarkan seorang lagi berbesar hati menutupnya. Lalu lari juga. Hai, mengapa semakin kita buat dramatis ini semua? Tidakkah ini harusnya berlangsung lambat, seperti fragmen perpisahan baik-baik dalam layar kaca.

Kereta belum juga berangkat, kita tahu benar hal itu. Belum ada tiupan peluit, maka harusnya kita tak perlu berlari. Tapi kita sadar, kita belum membeli sebuah hak untuk dua tempat pada gerbong yang telah berjajar.

Lalu, adakah sebuah kebodohan, atau keseruan yang lain, kala mbak penjaga loket menggeleng. Menabrak-nabrakkan jemari lentiknya pada keyboard, lalu sekali lagi menggeleng. Aha, aku tak tahu dengan pasti apakah kita menyesal atau terbahak menemukan fakta ini. Mungkin kita perlu bertanya pada diri masing-masing, adakah yang telah mendoa agar ini menjadi nyata.

Kita beringsut. Membiarkan putaran jarum jam menjatuhkan vonisnya. Memandang tabel keberangkatan, yang kemudian kita tahu, sama sekali tak memberikan jawaban. Seseorang kemudian berbisik, mestikah ini kita gagalkan, lalu kita pacu motor ke selatan, seperti rencana di sebuah pagi, di antara debur ombak karimunjawa?

Tapi mbak penjaga kemudian tersenyum. Ini kode, kan? Kode untuk sebuah kepastian buat hamba yang dengan sepenuh hati bersabar. Hingga meledaklah kita, hingga berlarilah kita. Aha, kita jadi bingung sendiri, apa yang sebenarnya sungguh-sungguh kita maui.

Ransel telah ditempatkan, tempat duduk diduduki, gerbong belum juga ada tanda-tanda diberangkatkan, saat kita tersadarkan, seseorang masih di luar. Ah, kita terlalu kerap membaca dan menulis cerita, bahwa keberangkatan itu mesti ada yang terpandang sedang tertinggal di luar lalu yang lain melambai-lambai di balik kaca dalam gerbong yang melaju. Hinga saat menyadari tak ada sesiapa di luar kereta sebab masih di luar sana, menjadi kuranglah rasanya.

'aku nggak boleh masuk'. Pada akhirnya kalimat itu yang berbicara. Entahlah, kemudian tak ada yang menyalahkan tentang kenapa ia tak sedikit saja berbohong kalau sedang mengejar kereta. Tak ada, tak perlu. Kita sadar. Kita akhiri saja hanya dengan suara, lalu huruf-huruf. Hingga lengkingan peluit meningkahi suasana. Lalu.... Selamat tinggal, jogja!


-di sebuah kursi bus yang bergerak menuju surabaya-

34 comments:

iqbal latif said...

La, kok, koyok dramatise

desi puspitasari said...

:))
Kapan-kapan kalau ke Bali, ke Banyuwanginya naik kereta ekonomi aja, ya, Masnya.

iqbal latif said...

hoho..lek penuh remek laan?

urung tw naik kereta ekonomi jarak jauh

desi puspitasari said...

Nah, urung pernah, kan? Berarti patut dijajal. ;)

iqbal latif said...

lek akeh barenge koyoke enak-----


suatu saat

desi puspitasari said...

:))
ancen kudu akeh barengane men gak krasa kesel e.

Aku--gak sida, ah.

iqbal latif said...

apane nggak sido?

kayake lek didinaske nang jakarta pengen nang kepulau seribu..ha ha

#rekreasi perusahaan kayake bisa mengusulkan ke karjaw lagi...hehe

Desi Puspitasari said...

Coba search Wakatobi. Tp kayake belum akeh paket wisatane.

Note: aku tetap menyukai kisah-kisah di kereta & di stasiun kereta. (abaikan)

iqbal latif said...

kadoen iku... derawan seng cedek ae urung.. Kayake pengen belajar nyelam.. :)

#koyoke ono seng ngopast tulisan iki..ha ha

iqbal latif said...

kok catper terakhir iki nggak ono seng komen yo? nggak koyok catper sebelum2e...

ha ha----

#tutup laptop, bersiap boarding

tun hidayah said...

kereta ekonomi itu langganan, dulu, sewaktu kuliah.. Perjalanan kereta, yg paling saya suka :)

HendraWibawa WangsaWidjaja said...

catatan akhir ...
ini catatan yang paling indah dari semua catatan perjalananmu ... he he he ...

rifi zahra said...

alhamdulillah...

akuAi Semangka said...

karena ga ngerti :D

Sun - Ungu said...

bahasa untuk komunitas tertentu saja

iqbal latif said...

dari mana ke mana? iya, naik kereta itu nggak kerasa..:)

iqbal latif said...

iya, bang! harus diakhiri, soale bsk sdh masuk kerja..hehe

iqbal latif said...

iya, alhamdulillahh....

sdh nyampe bontang juga ini

iqbal latif said...

ah, masa g ada yg ngerti satupun paragraf2 di atas? :)

iqbal latif said...

komunitas apa? hoho

desi puspitasari said...

Udah nyampe Bontang? Kok cepet men, Bal?

iqbal latif said...

wes! Dapat pesawat balikpapan-bontang tadi... Biasa hari efektif lebih lowong

tun hidayah said...

Madiun-jakarta :)

iqbal latif said...

Woo. Jauh juga..

iqbal latif said...

Woo. Jauh juga..

Sukma Danti said...

Siapa yg berbesar hati menutupkan pintu mobil? Iqbal ngalem awake dewe :D

Mat bkerja kembali, kawan, smg mjd lebih semangat! :)

iqbal latif said...

@kbahgia..hehe. Ngerti ae! Kpan lg muji diri sndiri..
Smangat? Haha. Hbs cuti iku slalu berat :)

iqbal latif said...

@kbahgia..hehe. Ngerti ae! Kpan lg muji diri sndiri..
Smangat? Haha. Hbs cuti iku slalu berat :)

Sukma Danti said...

Haha! Mngkn krn jauh di mato yak? Ak si meski seneng 'libur' panjang, tp sll bersemangat saat menemui hari pertama 'bekerja' :p

Sukma Danti said...

Haha! Mngkn krn jauh di mato yak? Ak si meski seneng 'libur' panjang, tp sll bersemangat saat menemui hari pertama 'bekerja' :p

iqbal latif said...

Berbahagialah! Tak bnyk yang merasakan kesenangan sebesar kesenangan yg kau dapat.
Mmm...mungkin karena yg dhadapin si kinestatik cakep it ya?hehe

Sukma Danti said...

Eng nggak juga :p

iqbal latif said...

Btw, kowe ngerti tlsan iki, g, dant? Iku ai g ngerti soale..

Sukma Danti said...

Yo ngertilah, setiap adegan di atas iku, aku mengalaminya, maksutku aku terlibat di dalamnya, jd meski mbok arep tok dramatisir kaya opo aku dong :))

Tp meski mngkn ak tak ada di sana , nek leh ku maca alon2 Insya Allah ngarti :)