Ada saat dimana aku ingin waktu melompat saja. Menghapus beberapa tanggal ke depan untuk kemudian seketika berada di saat yang diingini. Entah tertidur (yang terasa) sejenak, selayaknya ashabul kahfi, untuk kemudian terbangun dengan tanggal yang tertera di kalender telah meloncat sepekan, sebulan, atau hanya beberapa hari saja.
Tapi tidak. Betapa waktu di depan begitu menggelisahkan, betapa bentangan saat-saat yang bakal dilalui terasa bakal begitu memberatkan, tetap saja itu mesti dilalui. Belum ada keajaiban. Tak ada lompatan-lompatan waktu seperti yang kuinginkan.
Sebab itu lah memang jalannya. Waktu itu lah memang yang akan menuakan. Tapi renik-renik hidup yang mengisi tiap satuan waktu itu, masalah-masalah yang terasa memberatkan itu, kala terselesaikan dan terlalui dengan baik, adalah anak tangga menuju kedewasaan. Maka aku harus terus melaluinya, merasainya, menerabasnya, sertakmengenakkan apapun itu. Mengabaikan lintasan-lintasan pikiran untuk berharap waktu meloncat saja sebab itu hanyalah sisi lain kekerdilan diri.
Maka kemudian, ada saat dimana aku khusyuk berdoa, di detik-detik menuju perjuangan. Untuk sebuah penenang, untuk sebuah keyakinan, untuk sebuah pegangan; ‘Ya Robbi, jadikan punggung ini lebih kokoh dari sebelumnya, sehingga akan ringan saja, beban yang begitu berat mulanya”
Demikialnlah. Ini lah aku kini. Tersusun atas jutaan peristiwa, terbentuk dari ribuan hari. Bukanlah manusia kuat memang, sebab beberapa kali masih limbung dihantam peristiwa. Tapi bolehkah aku berkata, bahwa kini aku telah mampu tersenyum lebar, kala menghadapi peristiwa yang dulu begitu memberati. Maka semoga saja, itu hasil dari pembelajaran melewati hari-hari. Yang mematangkan, yang mendewasakan. Hingga akan sampailah di sebuah titik, dimana aku akan mampu tersenyum, tiap kali menghadapi renik-renik hidup, apapun tingkatannya, seberapapun dosisnya. Semoga.
#tulisan sugesti
#sedang galau dalam arti general, bukan spesialisasi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
57 comments:
aamiin~
*mlumpat kodok*
tapi tulisan ini, sekali baca, bisa membantu menguatkan. meski tak langsung, terimakasih :)
mlumpat kodok? piye iku...bs dipraktekkan...
tapi tulisan ini kayake nggak bisa nyembuhkan melow, ziyy.. :)
sy br blajar utk lbh membiarkan logika dominan dari melow. doanya, mas :)
sy br blajar utk lbh membiarkan logika dominan dari melow. doanya, mas :)
sy juga belajar.... menempatkan pada posisinya masing2..sesuai porsinya juga
*pengen ngedit*
*mas iqbal itu ada bbrp yg typo*
Haaaa...gue beudh nih..
Maunya dah penempatan di jawa gt :D
Pernah terpikirkan hal sama
Ingin cepat-cepat berada pada hari yang tidak terbebani. Tapi benar, masalah dan beban itu mendewasakan.
Nice article :)
Ringan, tapi penuh dengan hikmah
Cuma kenapa 'lah' harus dipisah?
"Ada saat 'di mana'" juga bukan penggunaan yang tepat, hehe
Mungkin bisa diganti menjadi:
"Ada saat ketika..."
Maaf, bukan bermaksud merusak suasana tulisan, cuma suka 'gatal' aja melihat kata 'di mana' yang tidak digunakan dalam kalimat yang tepat.
hehe... silkn diedit! :)
tiru2 ai sekarang
nah, itu udah dieditin sama mba nopi :p
Sebenarnya masih ada bbrp, Rif, tapi segitu dulu. Baca lewat hp soalnya.
Maaf, ya, Iqbal, hehe
Jadi sasaran
karna waktu adalah ilusi kata Einsten,sehingga waktu adalah persepsi. sebentar dan lamanya tergangung...dari seberapa banyak memori waktu yang kita maknai,right?
ya Robbi, tempatkanlah heru di tempat dimana ia bisa mencahyai sekitarannya... Jkappun itu harus di luar jawa, jika itu memang yg terbaik, tempatkanlah........
haduh...kena tilang mbak pekerja buku...
iya, masalah 'lah' itu katanya harus digabung. hanya kadang keceplosan nulis saja. malah dalam satu tulisan ada yg tak dipisah ada yang dipisah...
hoho..oke..oke.. Matur suwun, rifi
pokoke g terima..ha ha
gpp.. Ini bagian dari pendewasaan dalam menulis :D
#editannya silakan dilanjutkan
iya..iya..bener...
tapi saya sedang tidak membahas masalah relativitas :)
wah, bagus ...
menggugah ... he he he ...
bukan menggugah orang tidur, kan? :)
Wew, pendewasaan dalam menulis :D
Ahaha, aku sendiri aja kalau nulis jurnal masih berantakan dan malah suka malas ngedit tulisan sendiri, bisa2nya protes di mari
*gulung lapak* kabuuur :D sebelum yg punya ngeh, hehehe
-.-'
mas iqbal do'anya gt..
teruskan saja! kapan lagi bisa diedit oleh yg menyeleraskan aksaranya KMGP :p
he he
"ya Allah, jadikanlah keinginan heru, adalah keinginanMu"
eh di KMGP, aku nggak menyelaraskan aksara, tapi melayout :D
*pasti belum pegang bukunya, deh*
he he..iya.Mkanya kirimin...
nah, apalagi yg melayout... (maksa)
Saat ini pun saya masih terfikir ingin 'melompat'.. Blm dewasa berarti y..
dewasa itu proses, bukan akhir
#eaaaaz
hmmm
kirim nggak ya :D
ya udah, Bal, berdoa aja :D
berdoa untuk apa?
amin..
terima kasih
;)
aku jadi pengen lompat juga deh...heu...
nunggu sorean dikit, rif...:)
kali aja beneran ngirimin atau nggak :D
eaa
alamat tak pm ya?
ha ha
niatnyo ~_~
tunggu aja dulu
belum dapat inspirasi soalnya buat kirim2 buku :D
inspirasi jangan ditunggu, tapi dijemput
:)
#eaaaaaaaa
bulutangkis seagames sudah kelar! kok masih eaa-eaa... hehe
aku pensiun deh. udah mencetak banyak penerus soalnya :D
bagaimana kalau terbang saja?
bukan pensiun, tapi dipecat ;p
boleh saja...asal tahu caranya mendarat :)
oh. gitu..
kok nelangsa banget...
*pengen bisa selalu senyum
jangan, nanti kalau sudah lewat jauh, menyesal
Film "Click" bisa jadi pelajaran, me-fast forward waktu kehidupan sesuka hatinya, yg berakhir dg penyesalan.
Film komedi, tapi pesannya dalam banget.
*pllllllllllllaaaaaaaaaaaaaaakkkkkkk
jeru
@jampang..senyum!
@berbeq...menyesal gmana, ini?
@pakiwan...belum pernah denger film it, mungkn lain kali sy tntn
@fajar...sdalam apa jar? Maaf, aku bkn tkng gali
bisa...pasti bisa... ^^
Oyi. Bisa!
saya suka gaya bertuturnya
hwoh. terimakasih.. Salam kenal.
sama-sama.salam kenal juga
Post a Comment