Saturday, November 19, 2011

-melompat-

Ada saat dimana aku ingin waktu melompat saja. Menghapus beberapa tanggal ke depan untuk kemudian seketika berada di saat yang diingini. Entah tertidur (yang terasa) sejenak, selayaknya ashabul kahfi, untuk kemudian terbangun dengan tanggal yang tertera di kalender telah meloncat sepekan, sebulan, atau hanya beberapa hari saja.

Tapi tidak. Betapa waktu di depan begitu menggelisahkan, betapa bentangan saat-saat yang bakal dilalui terasa bakal begitu memberatkan, tetap saja itu mesti dilalui. Belum ada keajaiban. Tak ada lompatan-lompatan waktu seperti yang kuinginkan.

Sebab itu lah memang jalannya. Waktu itu lah memang yang akan menuakan. Tapi renik-renik hidup yang mengisi tiap satuan waktu itu, masalah-masalah yang terasa memberatkan itu, kala terselesaikan dan terlalui dengan baik, adalah anak tangga menuju kedewasaan. Maka aku harus terus melaluinya, merasainya, menerabasnya, sertakmengenakkan apapun itu. Mengabaikan lintasan-lintasan pikiran untuk berharap waktu meloncat saja sebab itu hanyalah sisi lain kekerdilan diri.


Maka kemudian, ada saat dimana aku khusyuk berdoa, di detik-detik menuju perjuangan. Untuk sebuah penenang, untuk sebuah keyakinan, untuk sebuah pegangan; ‘Ya Robbi, jadikan punggung ini lebih kokoh dari sebelumnya, sehingga akan ringan saja, beban yang begitu berat mulanya”

Demikialnlah. Ini lah aku kini. Tersusun atas jutaan peristiwa, terbentuk dari ribuan hari. Bukanlah manusia kuat memang, sebab beberapa kali masih limbung dihantam peristiwa. Tapi bolehkah aku berkata, bahwa kini aku telah  mampu tersenyum lebar, kala  menghadapi peristiwa yang dulu begitu memberati. Maka semoga saja, itu hasil dari pembelajaran melewati hari-hari.  Yang mematangkan, yang mendewasakan. Hingga akan sampailah di sebuah titik, dimana aku akan mampu tersenyum, tiap kali menghadapi renik-renik hidup, apapun tingkatannya, seberapapun dosisnya. Semoga.



#tulisan sugesti
#sedang galau dalam arti general, bukan spesialisasi

57 comments:

Salman Rafan Ghazi said...

aamiin~

*mlumpat kodok*

fauziyyah arimi said...

tapi tulisan ini, sekali baca, bisa membantu menguatkan. meski tak langsung, terimakasih :)

iqbal latif said...

mlumpat kodok? piye iku...bs dipraktekkan...

iqbal latif said...

tapi tulisan ini kayake nggak bisa nyembuhkan melow, ziyy.. :)

fauziyyah arimi said...

sy br blajar utk lbh membiarkan logika dominan dari melow. doanya, mas :)

fauziyyah arimi said...

sy br blajar utk lbh membiarkan logika dominan dari melow. doanya, mas :)

iqbal latif said...

sy juga belajar.... menempatkan pada posisinya masing2..sesuai porsinya juga

rifi zahra said...

*pengen ngedit*
*mas iqbal itu ada bbrp yg typo*

Heru Nugroho said...

Haaaa...gue beudh nih..

Maunya dah penempatan di jawa gt :D

NoviKhansa Utami said...

Pernah terpikirkan hal sama
Ingin cepat-cepat berada pada hari yang tidak terbebani. Tapi benar, masalah dan beban itu mendewasakan.

Nice article :)
Ringan, tapi penuh dengan hikmah

Cuma kenapa 'lah' harus dipisah?
"Ada saat 'di mana'" juga bukan penggunaan yang tepat, hehe

Mungkin bisa diganti menjadi:
"Ada saat ketika..."

Maaf, bukan bermaksud merusak suasana tulisan, cuma suka 'gatal' aja melihat kata 'di mana' yang tidak digunakan dalam kalimat yang tepat.

iqbal latif said...

hehe... silkn diedit! :)

tiru2 ai sekarang

rifi zahra said...

nah, itu udah dieditin sama mba nopi :p

NoviKhansa Utami said...

Sebenarnya masih ada bbrp, Rif, tapi segitu dulu. Baca lewat hp soalnya.

Maaf, ya, Iqbal, hehe
Jadi sasaran

Muhammad Durizki said...

karna waktu adalah ilusi kata Einsten,sehingga waktu adalah persepsi. sebentar dan lamanya tergangung...dari seberapa banyak memori waktu yang kita maknai,right?

iqbal latif said...

ya Robbi, tempatkanlah heru di tempat dimana ia bisa mencahyai sekitarannya... Jkappun itu harus di luar jawa, jika itu memang yg terbaik, tempatkanlah........



iqbal latif said...

haduh...kena tilang mbak pekerja buku...

iya, masalah 'lah' itu katanya harus digabung. hanya kadang keceplosan nulis saja. malah dalam satu tulisan ada yg tak dipisah ada yang dipisah...

iqbal latif said...

hoho..oke..oke.. Matur suwun, rifi

iqbal latif said...

pokoke g terima..ha ha


gpp.. Ini bagian dari pendewasaan dalam menulis :D

#editannya silakan dilanjutkan

iqbal latif said...

iya..iya..bener...


tapi saya sedang tidak membahas masalah relativitas :)

HendraWibawa WangsaWidjaja said...

wah, bagus ...
menggugah ... he he he ...

iqbal latif said...

bukan menggugah orang tidur, kan? :)

NoviKhansa Utami said...

Wew, pendewasaan dalam menulis :D

Ahaha, aku sendiri aja kalau nulis jurnal masih berantakan dan malah suka malas ngedit tulisan sendiri, bisa2nya protes di mari

*gulung lapak* kabuuur :D sebelum yg punya ngeh, hehehe

Heru Nugroho said...

-.-'
mas iqbal do'anya gt..

iqbal latif said...

teruskan saja! kapan lagi bisa diedit oleh yg menyeleraskan aksaranya KMGP :p

iqbal latif said...

he he

"ya Allah, jadikanlah keinginan heru, adalah keinginanMu"

NoviKhansa Utami said...

eh di KMGP, aku nggak menyelaraskan aksara, tapi melayout :D

*pasti belum pegang bukunya, deh*

iqbal latif said...

he he..iya.Mkanya kirimin...


nah, apalagi yg melayout... (maksa)

tun hidayah said...

Saat ini pun saya masih terfikir ingin 'melompat'.. Blm dewasa berarti y..

iqbal latif said...

dewasa itu proses, bukan akhir

#eaaaaz

NoviKhansa Utami said...

hmmm
kirim nggak ya :D

ya udah, Bal, berdoa aja :D

iqbal latif said...

berdoa untuk apa?

tintin syamsuddin said...

amin..

iqbal latif said...

terima kasih
;)

rifi zahra said...

aku jadi pengen lompat juga deh...heu...

iqbal latif said...

nunggu sorean dikit, rif...:)

NoviKhansa Utami said...

kali aja beneran ngirimin atau nggak :D
eaa

iqbal latif said...

alamat tak pm ya?


ha ha

NoviKhansa Utami said...

niatnyo ~_~

tunggu aja dulu

belum dapat inspirasi soalnya buat kirim2 buku :D

iqbal latif said...

inspirasi jangan ditunggu, tapi dijemput
:)

NoviKhansa Utami said...

#eaaaaaaaa

iqbal latif said...

bulutangkis seagames sudah kelar! kok masih eaa-eaa... hehe

akuAi Semangka said...

aku pensiun deh. udah mencetak banyak penerus soalnya :D

akuAi Semangka said...

bagaimana kalau terbang saja?

iqbal latif said...

bukan pensiun, tapi dipecat ;p

iqbal latif said...

boleh saja...asal tahu caranya mendarat :)

akuAi Semangka said...

oh. gitu..

iqbal latif said...

kok nelangsa banget...

Rifki Asmat Hasan said...

*pengen bisa selalu senyum

Haya Najma said...

jangan, nanti kalau sudah lewat jauh, menyesal

Iwan Yuliyanto said...

Film "Click" bisa jadi pelajaran, me-fast forward waktu kehidupan sesuka hatinya, yg berakhir dg penyesalan.
Film komedi, tapi pesannya dalam banget.

al fajr "fajar" said...

*pllllllllllllaaaaaaaaaaaaaaakkkkkkk

jeru

iqbal latif said...

@jampang..senyum!
@berbeq...menyesal gmana, ini?
@pakiwan...belum pernah denger film it, mungkn lain kali sy tntn
@fajar...sdalam apa jar? Maaf, aku bkn tkng gali

Lina Komarudin said...

bisa...pasti bisa... ^^

iqbal latif said...

Oyi. Bisa!

aisya rai said...

saya suka gaya bertuturnya

iqbal latif said...

hwoh. terimakasih.. Salam kenal.

aisya rai said...

sama-sama.salam kenal juga