Saturday, May 10, 2008

Tujuh Jam Bersama Mbak HTR

            Workshop kepenulisan bersama mbak Helvy Tiana Rosa. Begitulah mungkin bunyi sebuah pengumuman yang terbaca oleh saya ketika saya melintasi sebuah papan pengumuman yang penuh tempelan. Seingat saya saat itu hanya ada tanggal saja tanpa menyebutkan yang lain-lain. Tempelannyapun terkesan sederhana dan kalah ngejreng dengan tempelan disampingnya. Mungkin sebuah pengumuman pemanasan, terlihat karena waktu pelaksanaan yang memang masih lama.

Seketika itu saya langsung tertarik. Amat jarang sekali seorang penulis terkenal sekaliber mbak Helvy datang ke kampus saya. Dan memang jarang pula acara semacam workshop kepenulisan seperti ini dilaksanakan di kampus teknik seperti kampus saya. Acara-acara yang dihelat lebih ke acara-acara ilmiah atau pelatihan pengembangan diri yang sayangnya kurang saya minati (*ini salah satu keburukan saya*).

           Dan hari berganti minggu sampai akhirnya saya menemukan pengumuman kelanjutan dari yang dulu. Sebuah tempelan full color yang jauh lebih menarik daripada termpelan yang dulu. Workshop kepenulisan “kreatif menulis buku” bersama Helvy Tiana Rosa. Berbagai prestasi mbak Helvy dipapaprkan dalam pengumuman itu. Hal yang tidak terlalu baru buat saya, mengingat sudah terlalu sering hal itu saya baca di buku-buku, juga di internet. Hal yang cukup mengagetkan adalah biaya yang harus saya keluarkan untuk mengikuti acara itu. Disana tertulis jelas Rp 50.000. Bukan karena saya merasa nominal itu terlalu mahal untuk mengikuti sebuah acara workshop bersama Helvy Tiana Rosa. Sama sekali tidak. Hanya saja untuk saat itu nominal itu amat cukup besar untuk langsung saya habiskan dalam satu hari. Insting mahasiswa saya berhitung. Meskipun sedikit demi sedikit saya mulai cari uang sendiri tapi tetap saja saya masih mendapat kiriman dari kakak-kakak saya. Dan amat tidak tahu diri sekali saya kalau harus menghabiskan jatah makan berhari-hari itu hanya untuk memenuhi keinginan pribadi saya, di luar kebutuhan pokok. Acara tertulis tanggal 10 mei 2008.

           Bahkan hingga malam harinya, tanggal 9 mei, saya belum memutuskan apakah saya bakal ikut apa tidak acara tersebut. Saya ingin ikut tapi bagian lain dari diri saya berkata jangan. Saya sama sekali  tidak khawatir akan kehabisan tempat kalau seandainya saya ikut mengingat acara semacam ini amat jarang diminati oleh mahasiswa di kampus saya. Lama sekali pergulatan keinginan itu memenuhi kepala saya. Bingung. Hingga kemudian saya SMS salah satu adik angkatan saya yang kemungkinan menjadi panitia acara tersebut. Saya tahu ia aktif di organisasi penyelenggara acara workshop itu. Isinya hanya ingin tahu lebih banyak tentang acara workshop tersebut dan apa mbak Helvy saja pembicaranya. SMS balasan baru saya dapat beberapa jam berikutnya. Ia menjwab kalau memang mbak Helvy saja yang mengisi acara tersebut. Di akhir SMS ia meminta saya untuk ikut acara tersebut mengingat  pesertanya yang masih sedikit. Saya kemudian SMS lebih lanjut bertanya fasilitas apa saja yang bakal saya dapat jika seandainya ikut. Lama lama saya tunggu tapi kali ini SMS saya tidak berbalas. Sayapun belum memutuskan apa-apa malam itu.

           Baru pagi harinyalah SMS saya dibalas. Pukul enam pagian, dua jam menuju acara tersebut. Ia meminta maaf karena sewaktu saya mengirim SMS saat itu ia sudah tertidur. Dalam SMSnya ia menjelaskan berbagai fasilitas yang bakal saya dapatkan, yang  sudah sangat setandar untuk sebuah penelitian. Ia meyakinkan saya sekali lagi untuk ikut, ada nada pengharapan yang saya tangkap dalamkalimat dalam SMSnya. Saya kemudian menyanggupinya dengan sebuah kata InsyaAllah sambil iseng-iseng bertanya apakah tiketnya 50.000. Dan jawaban dari SMS tersebut benar-benar membahagikan saya : tidak, sekarang sudah turun jadi 30.000, asyik banget kan. Saya pun mantap ikut workshop tersebut.

           Saya kemudian tiba di tempat pelaksanaan acara tersebut sekitar jam delapan lewat. Artinya saya terlambat. Tapi seperti biasa acara belum dimulai. Saya menyesal mengapa tidak sarapan saja dulu. Jika mag saya kambuh di tengah acara maka ini akan sangat mengnganggu sekali. Untung kemudian di meja pendaftaran terlihat tumpukan kotak kue, artinya para peserta akan langsung mendapatkan kotakan plus air mineral. Isinya donat, lumayanlah buat mengganjal perut sementara.

           Seperti yang diungkapakan adik angkatan saya semalam, memang peserta acara workshop ini hanya sedikit. Di meja pendaftaran sewaktu saya daftar baru tertulis 20-an orang. Saya menduga itu tidak akan bertambah dengan jumlah yang cukup signifikan. Wajah-wajah panitia terlihat mendung terbayang ketidakberhasilan acara ini.

           Dan benar saja, peserta tidak banyak bertambah, hanya panitia saja yang banyak. Bahkan hingga mbak Helvy datang. Saya tercenung sejenak membayangkan orang yang sebelumnya tindak tanduknya hanya bisa saya baca lewat tulisan-tulisan ternyata sekarang berdiri di depan saya dan akan sangat mungkin nantinya  memanggil nama saya. Setelah Salim A Fillah, Sirikit Syah, Shofwan Al Bana, Hernowo, dan Andrea hirata, akhirnya sekali lagi saya bisa bertemu langsung  dengan penulis. Tak tanggung-tanggung, kali ini penulis itu adalah Helvy Tiana Rosa, penulis yang katanya baru saja meluncurkan buku ke-45-nya.

           Acarapun dimulai. Ah baru saya sadari sama sekali tidak rugi saya ikut acara ini. Baru pertama kali mbak Helvy berkata-kata, itu sudah cukup kuat menyengat naluri menulis saya yang belakangan ini tumpul digerus rutinitas tugas akhir. Semangat saya naik. Asa saya membumbung. Kalimat “saya bisa menjadi penulis” kembali memenuhi ruang kepala saya.

           Sebenarnya materi yang disampaikan mbak Helvy sudah sangat sering saya baca dari buku-buku kepenulisan yang saya beli ataupun dari artikel-artikel cara menulis yang berserak di internet. Tapi akan sangat berbeda jika disampaikan secara langsung oleh orang yang benar-benar menginspirasi. Saya seperti menemukan pengetahuan baru di sana. Energi baru seperti terserap begitu juga. Dan ini yang saya butuhkan.

           Acara baru berakhir sekitar setengah empat sore. Di akhir acara itulah, sesuatu yang sedikit membanggakan terjadi. Saya terpilih menjadi salah satu peserta workshop terbaik (ini mungkin karena pesetanya sedikit jadi kesempatan semakin besar). Dasar pemilihannya dari tiga kali simulasi yang diadakan mbak Helvy. Kebetulan saya dapat penilaian lumayan bagus. Simulasi pertama disuruh membuat judul cerpen yang menarik, simulasi kedua menulis paragraph penutup untuk sebuah cerita dongeng. Tapi endingnya harus diubah. Sedangkan simulasi ketiga lagi-lagi membuat judul, tapi kali ini untuk tulisan semacam chicken soup. Hadiah untuk peserta terbaik itu pasti sudah dapat diduga. Ya, sebuah buku. Buku yang special dibawa oleh mbak Helvy. Dan Alhamdulillah saya dapat buku terbarunya, Bukavu. Maka  kalau mau otung-itungan  materi, impaslah uang 30.000 yang saya keluarkan di awal acara ini.

            Jam empat kurang seperempat, saya keluar dari ruangan itu. Tak banyak yang saya bawa keluar yang berbeda dari yang saya bawa masuk tadi. Tapi satu yang pasti, ada perubahan drastis dalam pikiran ini. Bahwa saya harus terus menulis. Seperti sebuah pesan dari buku yang ditandatangani mbak Helvy : to Iqbal, nulis yuk. Ah semoga mbak, semoga jemari ini masih kuat mencatatkan kebenaran. Amien.

 

 

 

9 comments:

Tomi Satryatomo said...

Amien. Semoga Allah mudahkan.

Salam dari Depok..

iqbal latif said...

amin.
wah akhirnya mas tomi ngunjungi blogku nih.
perlu sering2 pake judul HTR hi kali ye

Anisa Nisa said...

Amiin...
Waktu akh iqbal dapat BUKAVU di sebelah
Wahh... Pengennnnnn...

iqbal latif said...

nanti saling oinjam aja mbak!!

Anisa Nisa said...

ok deh! aku sudah selesai baca bukuku, kalo Bukavunya udah selesai pinjem ya

Helvy Tiana Rosa said...



Selamat dan terus menulis!

iqbal latif said...

insyaAllah mbak!
terima kasih, akhirnya mampir juga

Akhi Dirman Al-Amin said...

selamat...

iqbal latif said...

makasih