Pagi hari. Jalanan menuju pabrik semakin melengang saja. Tak sepadat seperti biasanya. Kau bahkan bisa berangkat lebih siang dan tak menemukan kerapatan kendaraan seperti yang sudah-sudah. Orang-orang semakin sedikit . Dan kau, kini, ‘bebas’ untuk memacu motormu kencang-kencang.
Konsentrasi orang-orang mulai mencair. Ashar, di musholla kantor yang kecil itu, kau tak perlu lagi berserba cepat wudhu untuk bisa memastikan satu tempat di shoffnya yang rapat. Tak perlu lagi dua gelombang jamaah itu. Orang-orang sudah mulai pergi untuk mengisi shoff di tempat lain, tapi tidak di sini.
Di sepanjang jalan, di kanan kirinya yang penuh rumah-rumah karyawan, satu dua akan kau jumpai pintu-pintu yang mulai terkunci. Aura sepi menyeruak dan akan kau dapati juga lampu teras yang menyala meski matahari masih tengah garang.
Orang-orang tengah memenuhi hajat tahunannya.Satu per satu dan akan semakin membanyak untuk beberapa jam ke depan.
Tapi selalu, akan ada yang harus tetap tinggal. Bukan untuk sebuah pengingkaran keinginan, bukan untuk sok-sokan. Tapi justru untuk sebuah pemenuhan.
Dan itu tak melulu menyedihkan. Bahkan boleh jadi bakal lebih menyenangkan. Bahkan saat itu dilalui dengan kesendirian.
Lihatlah, masjid-masjid masih penuh dengan muka sumringah. Anak-anak berlarian penuh tawa. Hai, ini telah jadi kampung mereka. Bukankah udara pertama yang memenuhi paru-paru mereka adalah udara dari kota yang sama dengan pelataran tempat mereka berlari berada. Tak perlu dibincang tentang orangtua mereka yang jawa, yang sumatera. Tak perlu. Ini tentang mereka.
Kau kemudian tinggal menyusun jadwalmu; menjadi pengatur jamaah sholat ied –dengan menahan lapar sedikit mungkin sebab tak ada opor sebagai pengganti rutinitas sahur-, menghadiri open house-open house, mengunjungi rekan-rekan, juga membaca-menulis. Oi, bukankah itu tetap menjadi paket yang istimewa?
Maka nanti malam, yang sepertinya bakal menjadi penghujung ramadhan, di saat pikiran sebagian orang telah tiba di tanah seberang, kau masih mempunyai kewajiban untuk memenuhi targetan-targetan itu. Dan itu butuh semangat. Semangat yang lebih. Bahkan lebih dari yang awal.
Kau masih penuh semangat, kan?
19 comments:
sedih... T-T
hmm....
aku pulang dulu ya Bal..mengumpulkan semangat yang mulai hilang :)
monggo...oleh2e seng akeh
:)
Semoga ada opor untuk om iqbal dari tetangga sebelah :D
tapi di sini kalau hari raya jarang yg buat opr juga sih!! biasanya tekwan, empekempek, atau makanan khas daerahnya masihng2 sih...
hoo gitu ya Bal??ga da opor gitu??ndak pernah lebaran di Bontang siii :)
hari jumat jadwal open house sdh penuh...
PE, K2, direksi.....
wiiih, akhirnya doamu terkabul yaa mba!
nitip oleh2 jugaaa... :p
mba lani memang 'mbok2an' memang masih, ai
ha ha
ini maksudnya apa sih? nggak ngerti -____-"
semangat banget sih.. sampe ga jelas pesannya! naka muda.. anak mudaa.. *sok tua!
ai, mbok tw tdk??? mungkin nyak kali ya kalau orang betawi...
tau lah.. ga segitu gapteknya dengan bahasa jawa..
tapi coba neh yaa kalo diconvert:
mba lani memang 'mbak2an' memang masih, ai
dua kata memang itu yang bikin bingung..
jadi maksudnya ga jelas..
ha ha..iya, ya. salah! salah satu kata 'memang' bs dihapus. terserah mw yg mana. sdh jelas?
eh, it mbok! bkn mbak, lo!
nyerah deh. ga ngerti. coba gunakan bahasa indonesia yang baik n benar saja, saudara.. hehe..
haha..tu dengerin Ai bal..gunakan bahasa indonesia yg baik n benar! :D
biasalah Ai..yg g plg,jd yg pulang dblg mbok2en..
Besok pg insyaALLAH menjejakkan kaki djogja Ai! ^^
oya,iqbal jgn lupa ambil buah2 dplastik kutaruh dteras puring 5.nuwun
jadi mbok2en artinya apa? kirain mbak2 :p
wah, sdh lengkap tuh cluenya... haruse bs merangkai penjelasan sendiri
Post a Comment