Friday, January 28, 2011

benar-kuat

Kali ini amat tegas. Tanpa ragu : “rokoknya bisa dimatikan ya, pak?”. Tidak dengan nada memaksa dan mengancam memang, tapi keputusan untuk melisankan ketidaksukaan itu sejak ketakberesan itu pertama hadir, adalah perkara yang patut diapresiasi. Dulu-dulunya, di beberapa kesempatan yang memang beda kondisinya, butuh perhitungan matang untuk membahasakan ketaksukaan dalam sebuah suara. Menimbang-nimbang. Bahkan, seringkali kalah, lalu hanya menunjukkan ekspresi tak suka dengan sesekali mengibaskan tangan pada asap yang mencoba menyapa wajah. Alasannya, lagi-lagi karena faktor tak enak. Tapi tetap saja, lama-lama,ini mencitrakan kelemahan diri.

Tapi sore itu memang beda. Ada kekuatan untuk bersikap. Kekuatan yang tak muncul begitu saja. Posisinya lah yang menentukan. Sebab sore itu memang ia sebagai raja. Sebagai penumpang yang menyewa mobil itu, memang sudah menjadi haknyalah untuk mendapatkan kenyamanan yang sesuai dengan keinginannya, atau kebenarannya. Maka menjadi berwibalah kalimat keberatan itu, bukan sebagai gerutuan yang seringkali hanya dianggap sebagai pengganggu kenyamanan. Hingga tak ada alasan bagi si sopir untuk menolaknya. Atau, kalau belum bisa segera menunaikan permintaan itu, maka yang mengalir adalah sebuah permintaan maaf yang santun melegakan.

Berbeda kasusnya dengan kesempatan-kesempatan lain. Ia menjadi kebanyakan. Sama-sama berstatus penumpang. Maka, ketika ia merasa tak nyaman dengan seseorang lain yang tiba-tiba seenaknya sendiri menyalakan rokoknya, ada resistensi yang menghambat meluncurnya kalimat penolakan dari mulutnya. Rasa segan, tak enak hati, atau bolo-bolonya seketika ikut-ikutan memenuhi pikirannya. Hingga, ketika rasa tak enak hati itu yang justru menang, maka seperti itu tadi, hanya bisa berdiam diri menolak-nolaknya dalam hati atau menunjukkan ketaksukaan dengan bahasa tubuh. Tak sampai keluar kalimat itu.

Kebenaran tanpa kekuatan adalah kelemahan, kekuatan tanpa kebenaran adalah kezaliman.

Ilustrasi di atas memang tak menjelaskan betul, tapi cukuplah kalau sekedar menjadi sebuah gambaran. Bahwa, perlu ada kekuatan menyertai kebenaran. Sebab jika tidak –kebenaran tanpa kekuatan--, yang ada hanyalah kelemahan. Kau mungkin benar, tapi saat kau tak punya kekuatan untuk membuat kebenaran itu berlaku umum, itu mungkin ketakberdayaan. Kau mungkin juga benar, tapi saat kau tak punya kekuatan untuk mempertahankan kebenaranmu dari kekuaatan lain, itu adalah kelemahan. Benar itu memang yang utama, tapi kuat juga penting. Kekuatan akan memastikan keberlangsungan kebenaran. Kekuatan juga yang akan menjamin ekspansi kebenaran.

Maka muslim yang kuat lebih disukai daripada musim yang lemah. Maka bersatu itu lebih dicintai daripada bersendiri. Karena dengan itulah kebenaran menjadi berwibawa. Berwibawa oleh sebab kekuatan akhlak, berwibawa oleh sebab kekuatan kehendak, berwibawa oleh sebab kekuatan sumber daya.

Dari Abu Sa’id Al Khudri radiallahuanhu berkata : Saya mendengar Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : Siapa yang melihat kemunkaran maka ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman.
(Riwayat Muslim)

Juga

Agama ini adalah kumpulan kebenaran, yang hanya dapat diterapkan dalam berbagai dimensi kehidupan manusia, apabila ia mendapat dukungan kekuatan yang sama besarnya dengan kebenaran itu sendiri. Kebenaran dan kekuatan adalah dua sisi dari mata uang yang sama. Kebenaran tanpa kekuatan adalah kelemahan. Kekuatan tanpa kebenaran adalah kezaliman. Dan perang adalah tempat di mana kekuatan kebenaran itu diparadekan
(Anis Matta)


22 comments:

haitami bin masrani said...

like this :)

Suka membaca ini, dan suka juga mengetahui dekat sekali sama moment....

Hm, moment apa ya...lupa :D

rifi zahra said...

Betul... *jadi inget harus lebih sering riyadhoh biar kuat* :)

akuAi Semangka said...

like this (juga)!

Ketakenakan itu memang melemahkan. Berani mengungkap kebenaran.

Btw, bolo2nya apa? Kok jadi keinget tina toon..

Pemikir Ulung said...

bolo-bolo?

Sri Sarining Diyah said...

alhamdulillah, selamat!
jarang orang yang berani untuk urusan yang satu ini!

umi kulsum said...

nice ..subhanallah. Paling sulit adalah ketika 'tidak dalam posisi kuat' tapi 'kuat untuk mengingatkan'. Kalau berkuasa, kemudian mampu mengubah, tentu biasa. Bila 'orang-biasa' membawa perubahan, itu baru luar biasa...

al fajr "fajar" said...

itulah mengapa musti mengusung orang2 bnar untuk 'berkuasa'

iqbal latif said...

suka membacakomennya...

dekat sekali dg mioment? apa?

iqbal latif said...

betulbetul.. Lari2 keliling ITB bisa tuh...

biar kuat kalo nguber pencopet

iqbal latif said...

nah, ewuh pakewuh itu termasuk 'adat' orang jawa yg seringnya malah melemahkan.....

#kayake aku salah kosakata lagi ya? haruse bolo-bolone=teman2nya=golongan2nya=balabalanya

iqbal latif said...

sdh dijawab kan?

iqbal latif said...

iya,mb! ingin berbuat... tapi tak punya banyak kekuatan....


#bagaimana kau akan menantang arus, jika kau tak menjejak dasar#

iqbal latif said...

wah..wah..suka komen fajar yg ini

akuAi Semangka said...

ewuh pakewuh itu apa?

Oalah, maksudnya itu. Bolo2 tuh memang bahasa apa? Baru kali ini baca tulisan dengan diksi itu. Terasa asing.

iqbal latif said...

ai, apakah perlu aku kasih kamus bahas jawa ya?

memang nggak ada yang lake itu... entah kenapa tercetus itu dan enggan mengubahnya.. mungkin nggak ada kekuatan :p

akuAi Semangka said...

dasar aneh! Berbicara sesuai bahasa kaummu. Lain kali jangan pake bolo2 lagi. Hehe..

Emang ada yaa kamus bhs jawa? Kamus daringnya ada? :D
yaudahsih, cukup kasih tau aja ewuh pakewuh tuh apa.

iqbal latif said...

ewuh pakewuh itu ya sungkan2an gitu, merasa nggak enak...

coba cek di google translate.. kali saja ada

rifi zahra said...

Ya ampyuuun...emangnya ane apaan ngejer2 pencopet (¬_¬")

iqbal latif said...

ngejar apa terus enaknya?

rifi zahra said...

Ngejar angkot deh -______-"

iqbal latif said...

ho ho..benerbener..

ngefans amat sm angkot sampai dikejar2

iqbal latif said...

kok aku blm bales komennya mb ari ya?

he he...

habis ngapain kok selamet mb?