Friday, January 21, 2011

(QN ala tobie) jalan cinta calon penulis

Ada sebuah fakta yang bersumber dari masa SMP dulu bahwa saya sudah memimpikan menjadi seorang penulis bahkan sejak usia belia itu. Pernah saya ceritakan dulu dalam sebuah postingan di sini juga bahwa masa kecil saya bukanlah sebuah masa yang dipenuhi dengan limpahan buku. Gairah membaca itu begitu tinggi, tapi buku sebagai salurannya, tak selalu tersedia. Saya, tidaklah seperti orang-orang yang sering saya baca kisahnya tentang orang tuanya yang rajin membelikan buku. Tidak. Buku-buku, secara tak kontinyu, saya peroleh dari perpustakaan sekolah yang sering terkunci dan tak terlalu banyak diminati.

Berawal dari penemuan sebuah buku usang di perpustakaan SMP. Saya lupa judulnya dengan pasti, hanya seingat saya, ada kata ‘guntingan koran’ dalam kalimat judulnya. Menceritakan tentang keberhasilan menjadi seorang penulis di media massa dari kliping-kliping yang dikumpulkan. Buku itu, begitu kuatnya menyihir saya hingga pada usia sebelia itu sempat membuat coretan tulisan tentang bagaimana budi daya salak yang baik. Salak memang adalah buah yang cukup berlimpah di kampung saya tapi tak tergarap dengan optimal. Berbekal dua buah buku yang dibawa bapak dari penataran tentang optimalisasi salak ini, saya tulis artikel itu. Tulisan itu seingat saya tak pernah selesai dan masih terbengkalai dalam suhuf-suhuf yang tak rapi. Tentu saja kala itu saya menuliskannya dengan tangan. Era komputer dalam hidup saya masih jauh setelah masa itu.

Tulisan pertama saya yang dipajang di umum adalah sebuah tulisan ringan di mading SMP. Bukan tulisan yang niat sebenarnya. Hanya sebuah tulisan iseng di sebuah buku saya yang kemudian disalin seorang teman untuk dipajang di mading. Seingat saya, tulisan itu berupa percakapan yang isinya mengandung judul-judul sinetron yang ngetren kala itu. Sayang, tulisan itu sudah tak saya temukan lagi hingga tak bisalah menelusuri riwayat kepenulisan.

Tapi kemudian, justru di SMA, saat saya mendapati sebuah perpustakaan yang jauh lebih lumayan dari perpustakaan SMP, dimana selain menyediakan buku bacaan terbitan balai pustaka juga menyediakan majalah sastra Horison, niat menjadi penulis itu teredam. Bukan teredam dalam pengertian biasanya sebenarya, hanya perlahan kata ‘penulis’ tereliminasi dari pekerjaan utama yang ingin saya raih (kelak saya mengerti, mungkin memang begitulah harusnya). Namun begitu, di luar fakta keinginan menjadi penulis itu memudar, justru aktivitas menulis seolah merengkuh saya. Saat SMA itulah saya keranjingan dengan puisi hingga seluruh buku kumpulan puisi di perpustakaan sekolah sudah saya jengkali isinya.

Saat kuliah, mungkin saya sebuah anomali. Entahlah, di sebuah jurusan teknik, di sebuah institut teknik, akan jarang kau jumpai seseorang yang mencintai menulis ini. Tentu saja maksud saya bukan menulis paper atau jurnal-jurnal. Orang-orang teknik banyak yang melakukan itu, meski saya kurang menyukai tulisan macam begitu. Entahlah, mengapa sesuatu yang ilmiah, sesuatu yang serius katanya, harus disajikan dalam sebuah bahasa yang serius dan kaku. Maka tak heranlah jika banyak yang ketiduran membacanya, atau segera melupakan isinya beberapa saat setelah memmbacanya. Sebab tak ada lagi yang menjejak dalam benak.

Saya mulai menulis cerpen. Ya, pada SMA saya memang telah mencoba-coba melakukannya, tapi tak ada yang benar-benar berhasil. Saat kuliah ini lah cerpen pertama saya berhasil terbuat. Dan, yang membahagiakan, cerpen pertama itu berhasil dimuat di deteksi jawapos meski sudah setahun lewat sejak saya mengirimkannya. Kejutan, kata itu kiranya yang mampu mewakilinya.

Kemudian, akhir 2007, seorang teman memperkenalkan multiply ini. Duh, betapa saya begitu antusias memperoleh info baru ini. Informasi bahwa saya bisa menulis di sebuah web pribadi dan bisa dibaca banyak orang, cukup sudah membangkittkan gairah menulis saya. Sebelum-sebelumnya, saya sering kali menulis tulisan-tulisan ringan di buku-buku kuliah. Sambil menunggu kuliah, atau bahkan saat kuliah, kata demi kata mengalir. Saya memang beberapa kali menyengaja untuk duduk di pojokan yang jauh dari perhatian dosen saat sudah mengetahui dengan pasti bahwa kuliah yang akan dilalui hanyalah rangkaian kebosanan. Menulis, adalah cara jitu berkamuflase untuk mencitrakan diri sedang mencatat tiap penjelasan si dosen. Tentu saja, cara ini tak layak Anda tiru.

Bila ada sebuah sarana yang begitu mendekatkan saya dengan mimpi menjadi penulis, maka multiply inilah jawabnya. Adanya sebuah rasa bahagia tiap selesai menulis adalah sebuah fakta, tapi adanya sebuah apresiasi dari pembaca bahwa tulisan kita ‘menginspirasinya’ adalah sebuah kesadaran bahwa saya harus terus menulis. Menulis yang baik. Tapi kemudian inilah tantangannya, saat kau menulis untuk dirimu sendiri, saat kau menulis serupa menumpahkan segala sampah pemikiran yang begitu menjejal, hal itu ringan saja. Tak perlu ada yang ditutup-tutupi. Tumpahkan saja apa yang perlu ditumpahkan. Tapi menjadi tidak saat tahu adanya fakta akan ada banyak orang yang membaca tulisan ini. Maka, kejujuran pun menemukan medan juangnya.

Sudah tiga tahun lebih usia multiply ini, dan saya belum juga menjadi penulis. Bukan multiply ini yang salah, tentu saja. Hanya saya saja yang lebih sering menginginkannya tapi tak jua benar-benar serius melakukannya.

Menulis, pada akhirnya adalah kebutuhan jiwa. Ketika saya menemukan sebuah saluran untuk rasa kesepian, marah, mengharap, atau bahagia, itu sebenarnya lebih dari cukup. Jika kemudian ada orang yang mendapatkan sesuatu yang baik dari tulisan kita, itu adalah bonus. Bonus yang hebat. Sebab kata baginda nabi, sebaik-baik orang adalah yang bermanfaat bagi sesamanya.

Maka saya harus yakin, senyampang saya terus menulis, kata demi kata, lembar demi lembar, mimpi jadi penulis itu akan segera mewujud. Sebab, sekeras apapun kau membantahnya, ‘menulis’ dan ‘penulis’ hanya masalah beda awalan. Kata dasarnya sama. Dan agaknya, atau memang pastinya, harus me yang berulang-ulang tak kenal menyerah, baru pe akan datang dengan sendirinya.

Doakanlah kawan!

44 comments:

iqbal latif said...

jika menemukan salah ketik, atau kesalahan logika...mohon dimaklumi ya..sudah ngantuk dan ingin segera tidur

Romi :. said...

qn?

akuAi Semangka said...

qn tapi ditulis di blog? Beneran ngantuk neh si om! Haha..

youzhmie yusuf said...

Hmm,kan udah jadi penulis..?penulis blog pribadi kan?yg penting pny karya brupa tulisan maka disebut penulis.kecuali maksudnya penulis yg membukukan tulisannya..

emilf f said...

kuiknot nya salah kirim Mas! Ayo bangun....tulis lagi

desi puspitasari said...

Bal, ndang nulis nek pingin dadi penulis.

Kurangi tidur--menulislah!

Eh, tapi kan we kerja ning kantor dink ya hehe

Ar Rifa'ah said...

jfs. Tulisan Anda mewakili saya. Nice!

tintin syamsuddin said...

kog tulisannya melebar ya..

iqbal latif said...

sekalian njawab romi..... sengaja memang. memancing orang2 ngelirik....

Lagipula kan nggak ada ketentuan bakal mendiskualifikasikan qn ku sebelumnya kan? he he... la wong bukan buat lomba..

iqbal latif said...

he he..iya... Tapi penulis yg artinya sdh kita mafhumi yg sdh membuat buku gitu

iqbal latif said...

nggak...memang dibuat di blog kok

iqbal latif said...

ha ha...iyo...

tapi andrea hirata iso nulis LP jare pas dadi karyawan Telkom yo?

hmmm....

iqbal latif said...

ho ho..iya kah? mewakili yg apanya ya?

iqbal latif said...

benar! ha ha... awalnya nggak pingin nulis. jarang2 mulai nulis sdh malam..

malm-ngantuk-melebar

Siska Rostika said...

Tetap ikut lomba ga Mas?

al fajr "fajar" said...

wis takbatin.. hahahaha..

kretip..kreatip..

Romi :. said...

sem

Romi :. said...

og

Romi :. said...

a suk

Romi :. said...

ses

Romi :. said...

jadi mujahid

Romi :. said...

pena..

Romi :. said...

.

Ar Rifa'ah said...

hampir semuanya. bedanya saya kuliahnya di farmasi anda di teknik. Dua-duanya sama-sama gak nyambung sama dunia penulisan, kecuali penulisan jurnal dan laporan

iqbal latif said...

tetep...
knapa memang, mb?

iqbal latif said...

wah, ikut aliran kebatinana ternyata...

iqbal latif said...

@romi..amin.. he he... sempet kaget kok banyak komen.. ha ha..ternyata romi

@megalatous..iya kah? ha ha... dulu pas ada pelatihan nulis oleh mbak HTR di tempat saya, sedikit banyak yg ikut.. :)

desi puspitasari said...

orak. maksudte: kurangi tidur-e, kan dirimu wes kerja kantoran jadi nek aku pesen kurangi tidur dadi ga tega

rifi zahra said...

Ada yg pernah bilang : "Kamu sudah jadi penulis kalau kamu menulis, Kawan!"

iqbal latif said...

ha ha...iyo. Lek sesuk mlebu mikir dua kali lek arep melekan....

iqbal latif said...

iya...maksud sy bk pngertian sperti itu :)

rifi zahra said...

Kalau begitu, semoga suatu saat mas jd penulis yg mas maksud ya. Yg lebih hebat dari bang tere! :)

iqbal latif said...

aha..kenapa bawa-bawa bang tere..:)

#buku terbarunya terbit tuh..


ups! ngaminin doanya dulu

rifi zahra said...

Biar ada tolak ukurnya :D hehehe :)
Eliana udah terbit? Burlian sm Pukat aja aku blm baca...

iqbal latif said...

he he..oke deh..
ditunggu saja. Semoga saja tak kelamaan nunggunya ;)

yani prasetio said...

dduuuuh, kenapa nggk diikutkan lomba QN nih..?

semangat terus menulis ya... *juga menyemangati sendiri niih*

iqbal latif said...

mbak yani, saya ikut kok! Tapi tulisan ini nggak diperuntukkan buat qn memang..he he

fauziyyah arimi said...

*mampir*
hampir mirip (bhwa kondisi ingin menjadi seorang penulis, tapi sampai saat ini bahkan belum punya karya yg dipublikasikn)
ya.. sama2 mendoakan..
:-)
tfs

iqbal latif said...

lo? bukannya di mp-nya sdh banyak karyanya yg dipublikasikan..he he..

oke.. samasama mendoakan

Pemikir Ulung said...

insya ALLAH

iqbal latif said...

:)

Lani Imtihani said...

Aku baru baca eh..hehe..jadi inget dulu jaman kuliah sering bawa note kecil, trus kalo lg ngantuk di kelas sibuk nulis sendiri..haha..kebiasaan jelek :))

iqbal latif said...

telat

Lani Imtihani said...

Haha..lebih baik telat drpd tidak :p